(1 Kor 3 : 1-9 )

                Kekecewaan, atas banyak hal dalam hidup ini, adalah sesuatu yang dapat menimpa siapa saja. Salah satu contoh, ada yang disebut ‘Paris Syndrome’, atau sindrom Paris. Sederhananya, sindrom ini menunjukkan kekecewaan orang atas kota Paris, Perancis, yang ternyata sangat berbeda jauh antara kenyataan dengan apa yang biasa ditampilkan di layar lebar, TV, maupun buku bacaan. Hal yang sama juga bisa saja terjadi dalam aspek iman percaya. Tidak sedikit orang memilih percaya kepada iman tertentu karena apa yang mereka dengar/lihat saja, dan akhirnya tidak sedikit pula yang kecewa ketika melihat realitasnya yang tidaklah sama dengan cerita yang didengar. Bagi mereka yang baru percaya, terlepas iman percaya manapun, hal ini memiliki dampak yang bisa membuat mereka kehilangan semangat keimanan mereka. Semangat keimanan ini haruslah dijaga, karena hal ini bisa menolong kita semua (bukan saja orang-orang baru percaya), untuk menjadi manusia baru yang tangguh.

                Setidaknya ada enam poin yang ada pada manusia baru yang tangguh, yang saya dapatkan, ketika merenungkan teks ini. Saya menjabarkan ini, dengan harapan bahwa poin-poin ini bisa menjadi pengingat bagi kita semua.

Poin pertama, harus memiliki semangat belajar dan membangun filter sebagai bagian dari pondasi iman. Pondasi iman adalah hal yang esensial bagi kehidupan manusia, terlebih lagi bagi mereka yang mengaku percaya Yesus Kristus. Pondasi iman ini juga yang diharapkan bisa menolong kita sekalian menghadapi hidup ini, dengan segala karut marut yang ada, dan oleh karena itu haruslah kuat, dengan pengetahuan, dan bukan sembarangan pengetahuan saja.

Kedua, harus memiliki kesadaran bahwa realitas tidak jarang mengecewakan. Kenapa saya bilang harus memiliki yang ini? Tidak sedikit orang masuk Kristen dengan harapan semuanya akan auto indah, tinggal sebut nama Yesus semua masalah auto selesai. Kehidupan ini tidaklah sesederhana itu.

Ketiga, harus memiliki kesadaran akan kapasitas diri (kelebihan dan kelemahan). Hal ini juga tidaklah sekadar berbicara tentang pelayanan di gereja saja, namun juga bisa diaplikasikan dalam hidup keseharian kita masing-masing.

Keempat, menyadari bahwa kehidupan sebagai orang Kristen itu tidak mudah. Tidak sedikit jumlah orang yang memahami bahwa ‘masuk Kristen = semua masalah auto selesai’. Masalah seseorang hanya akan selesai ketika masalah itu selesai, atau anda sekalian yang ‘selesai’, atau dipanggil Tuhan.

Kelima, menyadari bahwa setiap orang yang ditemui membawakan pelajaran dan turut menjadi bagian dari ‘belajar seumur hidup’. Sedikit menyambung dengan poin kedua, seorang manusia baru yang tangguh haruslah sadar bahwa orang-orang lain juga turut menjadi bagian dari ‘belajar seumur hidup’.   

Keenam, keseimbangan antara pengetahuan dan pengalaman dalam proses mengenal Allah, yg bila dijalani dengan tepat, dapat menghasilkan ‘kedalaman’. Kedalaman inilah yang mampu membuat kita melihat dunia dengan clear/jelas, dan menolong kita menyusuri hidup ini dengan suatu pembawaan yang bisa membuat orang terheran-heran.

Menjadi manusia baru, apalagi manusia baru yang tangguh, itu bukan perkara satu hari langsung dapat. Tidak ada satupun suplemen obat yang bisa langsung membawa orang percaya ke sana. Kiranya kita, terlepas berapa tahun kita sudah menjadi orang Kristen, senantiasa dimampukan untuk menjadi manusia baru yang tangguh. Amin.

Alfonso Alexander

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *