Renungan Minggu, 9 Januari 2022

(Sebelumnya Aku Buta, namun Sekarang Aku Melihat)

Yohanes 9 : 25

Pada tahun 1748 kapal yang ditumpangi John Newton diterpa badai dan hampir menenggelamkan seluruh penumpang dan awak kapal-nya. Di tengah kepanikan tsb Newton teringat akan kisah Yunus dan ia pun berdoa. Sungguh ajaib, laut berubah menjadi tenang dan kapal pun selamat sampai di tujuan. Peristiwa tsb menjadi titik balik pertobatan Newton muda. Ia menyadari betapa gelap kehidupan-nya — jual beli budak, pesta pora dan kemabukan. Dan pada akhirnya dia menjadi seorang Pendeta dan mengarang lagu ‘Amazing Grace’, dimana ia menulis sbb: amazing grace how sweet the sound, that save a wretch like me! I once was lost, but now I found, was blind but now I see.” Pujian ini adalah pengakuan John Newton yang meski bisa melihat secara jasmani, tetapi sesungguhnya dia buta secara rohani/spiritual. Ia tidak menyadari bahwa kehidupan-nya sedang menghina Tuhan, memperlakukan sesama manusia sebagai objek eksploitasi dan hidup sesuka hati memuaskan gairah kemudaan-nya. Lewat peristiwa badai tsb, ia diingatkan dan Puji Tuhan ia mampu berespon benar atas “teguran Tuhan” yang membawa pertobatan dan kehidupan yang berkenan kepada Tuhan.

Tidak sedikit orang yang mengaku percaya, secara fisik bisa melihat namun buta secara rohani, dibuktikan dari banyak pilihan salah yang diambil-nya dalam kehidupan. Saat diberi pilihan untuk sabar malah emosi, diberi pilihan untuk jujur malah curang, diberi pilihan untuk setia malah selingkuh, dsb. Mungkin Tuhan terkesan mendiamkan dan tidak bereaksi. Dan bukannya orang menjadi sadar, justru mata rohani-nya makin tertutup dan menjadi-jadi. Apakah benar Tuhan membiarkan umat kesayanganNya terus dan semakin tenggelam dalam kebutaan-nya? Tidak! Ada banyak momen Tuhan ijinkan terjadi dalam hidup kita sesungguhnya untuk menyadarkan kesalahan dan kemelesetan kita. Memang bukan bagian kita untuk bertanya peristiwa seperti apa yang didatangkan Tuhan supaya kita tobat, tapi bagaimana kita meresponi-nya, itulah yang bernilai. Tidak sedikit yang mendengar kebenaran firman dan bertobat, tapi ada banyak pula orang yang harus menemui masalah berat terlebih dahulu baru mau bertobat (contoh: John Newton, Paulus).

Jemaat yang dikasihi Tuhan, ada baiknya kita semakin peka dengan kebenaran Firman yang menegur. Jangan biarkan kebutaan rohani menguasai kehidupan kita sehingga kita tidak sanggup lagi melihat kebenaran. Jangan menunggu hancur untuk bertobat, tetapi lembutkan hati, buka mata rohani sehingga kita bisa melihat hidup lama kita dengan bening, bahwa itu adalah kotoran yang harus ditinggalkan, dan dengan mata rohani yang bening pula, mari kita songsong kehidupan baru bersama Tuhan (Filipi 3 : 7 – 8). Amin.

Bpk. Agus Rijanto

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *