(Filipi 1 : 15-18)

Sudah menjadi keharusan bahwa berita Injil yang diterima untuk kembali diberitakan, sehingga pesan dan makna dari Injil tersebut tidak berhenti hanya di diri sendiri namun sebaliknya berita Injil tersebut akan menyebar ke berbagai tempat dan orang. Ini adalah konsekuensi logis yang melekat pada setiap orang yang telah percaya. Bagaimana pun situasi/keadaan yang sedang dialami, tetaplah melakukan pemberitaan Injil. Contoh yang sangat baik dalam hal ini adalah Paulus. Ia yang sedang dalam penjara tetap melakukan pemberitaan Injil. Misi telah menjadi gaya hidup yang selalu diwujudkannya. Namun sayangnya kesadaran akan pemberitaan injil ini tidak selalu ada dalam kemurnian. Motif dari apa yang dilakukan ternyata ada maksud tertentu untuk diri sendiri.

Hal ini sedang dialami oleh Rasul Paulus. Ia mengirimkan surat kepada jemaat Filipi. Yang dalam bacaan kita terlihat jelas ada masalah yang dihadapinya salah satunya pemberitaan Injil yang tidak murni (15). Sepertinya hal ini terjadi karena ada unsur iri hati terhadap apa yang dilakukan oleh Paulus. Namun menariknya, Paulus tidak terjebak dalam hal itu. Ia tetap berfokus pada apa yang telah ditetapkan baginya yaitu Injil harus tetap diberitakan (18).

Injil harus diberitakan, namun kemurnian harus tetap terjaga. Bagaimana caranya? Menyadari apa dan siapa yang diberitakan, tokoh utama yang tidak lain adalah Kristus itu sendiri. Karena itu mengimani DIA dengan benar menjadi hal pokok yang harus selalu terjaga. Fokus pada pesan bukan pada pembawa pesan.

Pdt. Elfriend P. Sitompul