Kasih sebagai Dasar Hidup (1 Korintus 3 : 1 – 13)
Bahan Diskusi (15 menit):
- Apa itu “Kasih”? Darimana datangnya “Kasih”?
- Apakah manusia bisa mengasihi dari diri-nya sendiri?
- Kasih seperti apakah yang manusia bisa berikan kepada orang lain?
- Apa hubungan antara “Kasih” dengan “Kehidupan kita sehari-hari”?
Pengantar Firman (10 menit):
Menulis sesuatu tentang “kasih” itu mudah bahkan mengajar teori tentang “kasih” itupun tidak sulit. Kasih itu bla bla bla – bahkan anak Sekolah Minggu pun bisa menghafal 1 Korintus 13 dengan baik. Yang sulit itu mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Dan orang yang belum pernah mengalami pedih kecewa-nya mengasihi orang lain, ia sepertinya belum benar-benar belajar tentang mengasihi.
Seorang pengusaha pernah berkata, “saya lebih baik pelihara anjing ketimbang membangun relationship dengan manusia. Mengapa? Karena anjing tahu dan ga akan gigit siapa yang kasih makan. Tapi manusia? Sekalipun udah dibantu, tetap aja jika ada kesempatan, ia akan gigit. Mau orang gereja, orang kerudungan, Tionghoa, Batak, apapun lah. Pas usahanya lagi goyang, dia bakal tega gigit siapa aja yang support dia. Yang penting dia selamat, ga malah orang laen korban. Dan ini ga cuma 1 orang gw ngalamin hal begini, gw bisnis uda puluhan taun, rupa ragam manusia uda tau. Manusia itu ga bisa dipercaya dan cuma segelintir yang tau balas budi”
Lagi, seorang ‘jemaat pelarian’ dari gereja berkata, “bro, lu klo tau orang yang gw maksud, pasti ga akan nyangka. Ini gw karena tetanggaan aja makanya gw saksi mata. Itu orang yang tiap minggu kotbahnya berapi-api, muncul di konten online, bahkan bawa renungan Firman di camp kegerakan pria, tiap hari ia cekcok sama istrinya, dan istrinya klo keluar dari rumah, mata sembab dan muka bengep. KDRT dia, bro. Di mimbar ngajarin “kasih” tapi kelakuan dia minus. Munafik! Dia sendiri ga bisa mengasihi istrinya, gimana bisa ngajarin kasih TUHAN ke jemaatnya.”
Seorang teman curhat ke sesama ibu-ibu penjemput anak di sekolah, “saya ada ART di rumah. Ibu-ibu paruh baya, baru kerja beberapa bulan di tempat saya. Ini baru ketauan dia punya tensi tinggi dan kemarin dia mimisan keluar darah. Saya bawa ke dokter tenyata dia kondisi akut. Terpaksa anak saya tinggal di rumah, saya temani dia pake gocar, saya papah masuk UGD, ga lama datang resepsionis kasih estimasi biaya. Ini kenapa saya majikan malah jadi repot dan keluar banyak biaya? Suami dan anaknya sendiri uda ga perhatiin dia, kenapa saya malah nanggung beban ini? Saya sebenernya ga butuh ART, tapi karena saya belas kasih, saya ajak dia bantu beres-beres rumah, tinggal dan makan bareng. Saya ga membeda-bedakan menu makan. Dia ga perlu sewa kontrakan, gaji dia bersih. Tapi koq malah saya tambah repot?”
Pertanyaan untuk Direnungkan (10 menit):
- Salah satu tindakan “kasih” itu adalah “percaya segala sesuatu, sabar menanggung sesuatu”. Jika Anda sudah percaya penuh pada seseorang tapi dia mengecewakan bahkan merusak rasa trust Anda, apakah Anda masih mau mengasihi dia?
- Jika Anda di posisi majikan tsb. Anda yang niat awalnya untuk murni membantu, tapi justru malah ‘dibebani’ satu jiwa, keluar dana, waktu dan tenaga. Apakah Anda akan tetap posisi terus membantu atau dikembalikan ke keluarganya?
- Jika ada orang yang berbuat salah pada Anda, begitu mengecewakan, tapi kemudian dia minta maaf. Anda mengampuni dan memberi dia kesempatan kedua. Tapi tidak lama, dia melakukannya lagi dan kembali datang minta maaf. Sampai berapa kali Anda sanggup mengasihi dan mengampuni dia?
- Apa inti dari 3 poin di atas tsb? Apakah Anda bisa mengasihi orang lain? Dasarnya kasih Anda itu apa?
Kesimpulan (25 menit)
Mungkin dari 3 hal di atas masih ada orang yang cukup baik dan mampu lolos “ujian kasih” tsb. Dia tetap mau men-support orang yang menyalahgunakan trust-nya, dia tetap mau mendengar kotbah pendeta dan melakukan ajaran-nya, meski tidak mengikuti perilaku buruknya, dan dia mau menganggap ART-nya sebagai jiwa yang harus dia layani dan kasihi seperti dia melayani TUHAN. Wow. Itu keren. Tapi jika standar kasih-nya dinaikkan lagi menjadi “mengasihi musuh bahkan berdoa bagi mereka yang menganiaya. Apakah Anda masih bisa? Yesus bilang jika kasih kita hanya saat kondisi semua kondusif, pemungut cukai juga sudah melakukannya dan orang-orang yang tidak mengenal TUHAN pun berbuat demikian (Matius 5 : 45 – 48)”.
“Jika mengampuni 1x sich banyak orang bisa, 2x pun masih pada bisa, 3x itu sudah istimewa, 4x jangan coba-coba, 5x itu nyari ribut namanya, 6x itu titik meledak, 7x itu gw uda jadi malaikat – Tapi 70×7 kali? Itu sich ga mungkin (Matius 18 : 21)”. Tidak ada seorang pun yang bisa mengampuni orang yang berulang kali melakukan kesalahan yang sama dan minta maaf lagi dan lagi. Tidak! Orang jika tidak bisa dibina, harusnya dibinasakan à pandangan umum.
Perkara kasih itu “sabar” aja sudah sesuatu, tapi definisi kasih di 1 Korintus 13 itu ada banyak. “Ok, saya bisa sabar. Artinya saya sudah praktek kasih. Tapi kasih juga murah hati. Nah, kalo saya sabar tapi pelit. Bagaimana donk?” Lanjut tahap berikutnya, “sekarang saya uda belajar sabar, murah hati, tidak cemburu, tapi saya masih terus ingat kesalahan orang lain, saya pemarah, dll. Ini gimana? Untuk berubah dari orang tidak sabaran jadi orang sabar aja itu butuh proses waktu bertahun-tahun. Kalo belajar sabar butuh 2 tahun, murah hati 1 tahun, tidak cemburu 2 tahun, emang saya harus punya berapa tahun umur untuk bisa masuk standar “kasih” yang ada di 1 Korintus 13 secara sempurna? Seumur hidup juga tidak akan cukup. Kesimpulannya: manusia tidak akan bisa mengasihi dari dirinya sendiri”.
Ya, banyak orang mampu mengasihi dengan “kasih bawaan lahir”-nya, tapi “kasih bawaan lahir” ini ada batasnya. Dan TUHAN akan bawa setiap kita ke titik mentok untuk menyatakan bahwa kasih kita sangat terbatas dan tidak bisa diharapkan. Ada titik dimana “Aku bisa mengasihi semua orang bahkan musuh sekalipun, tapi tolong, tidak kepada mantan suamiku. Sampai mati pun, aku tidak akan mengampuni dia” – ini titik ujian. “Ya, Tuhan, aku bisa lupa sama kesalahan-kesalahan si A, si B, si C, dan semuanya. Tapi untuk si Z, tidak!. Terlalu menyakitkan. Sebelum dia datang minta maaf, aku tidak akan selalu simpan setiap detail kesalahannya padaku”.
Ada ‘kasih bawaan lahir’, ada ‘kasih yang dari TUHAN’. Manusia terbatas dalam mengasihi dan selamanya akan kesulitan untuk mengasihi. Tapi syukur pada Allah, ketika kita mengalami kasih Allah yang besar itu, dilingkupi aliran kasih-Nya – segala dahaga kekosongan diri kita akan kasih terisi oleh Allah, kasih Allah menjadi kasih-nya kita. Dan oleh kasih yang lahir dari keberadaan ‘Allah adalah kasih’ di dalam hidup kita tsb, kita dapat mengasihi diri kita sendiri. Dan setelah kita dapat mengasihi diri sendiri, disitulah kita kemudian dapat mengasihi orang lain dengan takaran yang sama seperti kita mengasihi diri kita sendiri. Allah adalah Kasih. Hanya orang-orang yang telah mengalami Allah yang dapat mengasihi seperti 1 Korintus 13. Tanpa pengenalan akan kasih Allah tsb, kasih kita hanyalah ‘kasih bawaan lahir’, kasih yang jika kondisi baik, kasih kita keluar, tapi jika kondisi buruk, kita justru inginnya mengutuk, membenci, membinasakan. Dan jika takaran kita mengasihi diri sendiri begitu rendah, maka kita pun hanya dapat mengasihi orang lain pun begitu rendah.
Manusia perlu mengalami kasih Allah terlebih dahulu untuk kemudian ia mulai belajar mengasihi diri sendiri dan dari situlah ia pun bisa mengasihi orang lain seperti ia mengasihi dirinya sendiri bahkan kasih itu menjadi dasar hidupnya. Kemanapun ia berjalan dan berada, kasih Allah segera terpancar melalui keberadaan-nya. Kiranya Tuhan Yesus merahmati. Amin.