Tujuan (Efesus 2 : 10)

Bahan Diskusi (15 menit):

  1. Kita tahu kapan hari kelahiran kita, namun kita buta tentang kapan hari kematian kita. Tapi di antara dua titik ini, itulah kehidupan – kehidupan yang sungguh singkat. Pertanyaannya: Sudahkah Anda menemukan panggilan dan tujuan hidup?
  2. Bagaimana seseorang mengetahui bahwa ia sudah menemukan tujuan hidupnya atau belum?
  3. Dimanakah letak panggilan dan tujuan hidup Anda? Apa jadinya jika Anda tidak sedang berada dalam track yang seharusnya?
  4. Dapatkah seseorang lari dari panggilan hidupnya? Jadi orang seperti apakah ia?

Renungan Firman (15 menit):

Seorang pemuda berkata, ‘bro, jujur gw iri sama sapi. Sapi ini jelas jalur hidupnya. Lahir, terus dibesarkan jadi bakalan, digemukkan jadi indukan, terus pada usia dan berat tertentu dia dipotong untuk daging serta segala karkasnya jadi berkat bagi yang mengolahnya. Bagi sapi, keberadaan-nya di dunia ini jelas, yaitu: dipotong jadi daging untuk dikonsumsi manusia. Nah, gw? Lahir uda, jadi gede juga uda, tapi gw ada di dunia ini untuk apa? Kontribusi apa yang bisa gw kasih ke sekeliling?”

Lagi seorang ibu berkata, ‘orang koq pada mikir kejauhan ya? Mau berdampak dengan menjadi pengusaha yang memperkerjakan banyak orang, mau menjadi penyanyi yang bisa go international, dll. Lha, aku piye? Tiap hari dikurung di rumah jadi ibu rumah tangga, nemenin anak zoom sekolah, beberes rumah, masak, tunggu suami pulang, dst. Tiap hari berputaran di sekitar itu, boro-boro bahas Ester dipakai Tuhan jadi ratu untuk menolong bangsa Yahudi, atau Debora yang jadi hakim-nya Tuhan, atau wanita-wanita kaya yang men-support pelayanan Tuhan Yesus, gw mah tiap hari liat-nya kompor dan rumah. Temen gw sich percaya bahwa panggilan Tuhan atasnya akan membawa dia keliling bangsa-bangsa, sementara gw? Gw uda berhenti berharap. Daripada mimpi ketinggian, nanti jatuhnya sakit, mending ga usah mimpi sama sekali. Gw puas dengan menjadi biasa”.

Dan orang berikutnya berkata, “gw sich bingung sama jalan hidup gw. Kerjaan gw serabutan. Jadi supir pernah, jadi office boy pernah, usaha sendiri pernah, bangkrut pernah, ketipu orang puluhan juta pernah, ditinggal oleh istri juga sekarang lagi ngalamin. Ini benang merahnya hidup gw kemana coba? Ga nyambung banget. Kalo pendeta bilang, ‘jalan hidup dan masa depan gw cerah dan penuh harapan’. Pengen gw teriakin, dasar lo penjual angin surga. Kalo belum pernah ada di posisi gw, better jangan sok menggurui. Puzzle hidup gw aneh, bro. Salah jalan gitu ya?”

Pertanyaan untuk Direnungkan (10 menit):

  1. Hidup dengan visi yang jelas adalah kerinduan setiap orang. Tapi dimanakah visi unik setiap kita berada?
  2. Adakah kehidupan dengan puzzle yang tidak bersambungan itu? Apa yang Anda perlukan untuk dapat ‘melihat’ rencana dan rancangan TUHAN di dalamnya?
  3. Apa kerinduan TUHAN atas setiap rencana-Nya bagi kita? Dan apa usaha Dia untuk membuat segala rancangan-Nya jadi?
  4. Apa itu manusia baru?

Kesimpulan (20 menit)

Dalam parenting dikatakan bahwa peran Ayah adalah memberikan arahan (guidance) dan visi bagi anak-anak-nya, selain rasa aman dan percaya diri. Sementara peran Ibu adalah memberikan kasih sayang dan kelembutan. Sang Ayah umumnya dapat mengenal karakter dan potensi dari anak-anaknya dan menuntun-nya untuk masuk dalam ‘gelanggang pertandingan’ hidupnya kelak. “Nak, papa liat kamu gigih dalam mempertahankan pendapatmu, kamu tidak suka diatur, kamu kreatif, dapat menciptakan ide-ide yang out of the box. Dan papa berdoa supaya kamu dipakai TUHAN jadi pengusaha. Papa akan mulai bawa kamu kenal dengan kolega-kolega bisnis papa untuk kamu beradaptasi sedari dini”. Sementara ke anak satunya, ia berkata, “kamu butuh ada yang nge-lead, kamu ga bisa dilepas sendirian. Tapi keahlian analisa dan olah data kamu excellent. Kamu cocok kerja ke perusahaan besar bagian managerial. Kamu nanti kuliah ambil jurusan S2 manajemen bisnis dan papa yakin kamu sukses. Kamu juga harus memperlengkapi dirimu dengan skill bahasa, IT dan akuntansi”. Ya, diperlukan orang yang mengenal dan mengasihi kita untuk ia kemudian memberikan pandangan yang jauh ke depan (visi) sekaligus pendampingan setiap hari (daily) dalam kita mencapai visi tersebut, dan Pribadi terbaiknya itu adalah Allah. Adalah paling tepat untuk menanyakan apa maksud kita diciptakan tentunya kepada Sang Pencipta kita sendiri. Ialah Designer Agung dan Pelukis Kehidupan kita.

 Setiap kita tentu pernah mengalami momen ‘tersesat’ layaknya seorang pelaut di tengah samudra lepas. Semua keliling-nya adalah air, ia tidak tahu harus kemana. Salah memilih arah tujuan, pasti ia pun akan gagal menemukan pelabuhan tujuan-nya. Dan petunjuk satu-satu-nya hanyalah langit dengan navigasi bintang-nya. Melihat ke sekeliling, tidak ada clue, menengadah ke atas, ketemu lah arah. Ya, guidance itu dari atas. Visi hidup kita ada di ‘catatan surga’ – seperti perkataan Daud, “mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satu pun dari padanya. Dan bagiku, betapa sulitnya pikiran-Mu, ya Allah! Betapa besar jumlahnya (Mazmur 139 : 16 – 17)!”  

Panggilan atau tujuan hidup kita ada dalam diri ‘manusia baru’ kita. Tidak perlu mengajari burung untuk terbang atau ikan untuk berenang. Itu adalah natur-nya. Yang diperlukan oleh burung dan ikan tersebut adalah mengenal identitas-nya, siapa dia sesungguhnya, maka secara otomatis natur alamiahnya pun akan mengikuti. Natur manusia lama kita adalah dosa, dan segala tujuannya adalah berbuat dosa / kemelesetan. Jika kita terus mengandalkan natur ini, maka 100% pasti tujuan hidup kita pun akan meleset dan isinya penuh dengan kegagalan karena natur ini defect / corrupted. Syukur pada Allah, karena karya keselamatan Yesus, kita diberi jalan menjadi manusia baru, identitas kita dipulihkan sebagai manusia rohani (spiritual man), manusia yang roso-nya hidup, pemikirannya terang karena ia memiliki pikiran dan perasaan-Nya Kristus, manusia yang juga kembali memiliki keserupaan dan kesegambaran dengan Allah, sesuatu yang hilang karena kejatuhan Adam. Segala pola laku dan output kehidupan-nya digerakkan oleh manusia batiniah (godly identity) di dalamnya. Kehendak-nya telah dimatikan dan sekarang ia percaya bahwa segala jalan-jalan TUHAN dalam hidupnya adalah yang terbaik dan dengan rela hati mau taat dan setia mengiring rencana kehendak TUHAN — jalan terbaik menuju kemaksimalan hidup seorang manusia.

Namun pertanyaan one million dollar-nya adalah: sudahkah kita menengadah ke langit, mencari wajah Pencipta kita, meminta sudut pandangan mata-Nya, bagaimana Ia memandang segala puzzle tidak beraturan dalam hidup kita? Sudahkah pula kita menyelami hati-Nya, bagaimana Ia dalam kasih-Nya terus setia memberi arahan (visi – ujung mentok kehidupan kita) sembari memberi tuntunan dan kekuatan setiap hari dalam kita berjalan mencapai visi tsb? Sudahkah Anda tahu godly identity Anda? Jika sudah, selamat berpetualang bersama TUHAN. JIka belum, mungkin ini waktunya. Tuhan Yesus memberkati pencaharian akan ‘jalan ninja’ kita. Amin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *