(Yoh 2 : 24-25)

Budaya Popular merupakan salah satu dari sekian banyak sumbangan dunia. Pada budaya popular ini, kita (manusia) diajak atau terajak untuk melihat hal-hal yang besar yang dilakukan oleh pribadi-pribadi yang ada. Kemampuan-kemampuan spektakuler yang mampu menarik perhatian orang banyak untuk datang dan juga “mempercayai” dari apa yang dilakukan. Tampilan tersebut menjadi hal yang utama untuk kita lihat sedangkan makna yang terkandung dibalik semua itu tidak kita gali lebih dalam. Sehingga seiring berjalannya waktu dan ketika ekspektasi-ekspektasi tidak terpenuhi atau tidak mampu terjawab akhirnya muncullah kekecewaan.

Teks kita kali ini sepertinya menyinggung akan hal tersebut. Paskah Yahudi merupakan moment berkumpulnya umat di kota suci Yerusalem, sebagai pengenangan akan pembebasan dari tanah Mesir menjadi memori yang selalu dikenang. Saat itu sesungguhnya bisa menjadi moment yang dapat dimanfaatkan untuk menunjukkan kemampuan-kemampuan yang hebat dan dahsyat untuk menarik pengikut. Namun Yesus tidak terjebak dengan situasi itu. Yesus banyak melakukan tanda-tanda (baca: hal-hal spektakuler). Itu memang menyebabkan banyak orang-orang yang sepertinya menjadi “percaya” kepadaNya (23). Namun menariknya dalam ayat 24, justru ada kontradiksi yang tercatat, bahwa Yesus tidak mempercayakan diriNYA kepada mereka. Hal ini terjadi karena Yesus mengenal mereka semua.

Yesus ternyata tahu apa yang mereka inginkan, yang tidak lain adalah hal-hal yang ajaib saja. Sedangkan hati mereka belum menjadi tempat untuk bersemayamnya DIA.

Pengiringan yang palsu seperti ini sering terjadi dalam kehidupan beriman. Saat munculnya kekecewaan karena ini dan itu, tidak lagi mendapat ini dan itu dan lain sebagainya, menjadikan undur dari jalan yang dilalui. Karena itu, marilah kita dalam masa pra paskah ini, beningkan kembali hati untuk mengenal DIA yang akan mati itu. Sehingga tepatlah sikap dan perbuatan kita dalam mengiringiNya.

Pdt. Elfriend P. Sitompul