Renungan Minggu, 24 April 2022
Ini Cerita-ku, Ini Lagu-ku
Yohanes 21 : 15 – 19, 24 – 25
Simon, anak Yohanes, itulah asal muasal-nya. Yesus, Sang Guru memberi nama tambahan pada dirinya “Petrus” atau “Kefas” yang diartikan sebagai: batu karang. Dari arti “Petrus” ini kita bisa melihat bahwa Petrus memang memilki karakter yang keras seperti batu karang. Apa yang diinginkan-nya maka sering sekali tanpa pikir panjang akan ia lakukan (silakan lihat dalam kisah di injil sikap dari Petrus). Namun sang batu karang yang terlalu bersemangat ini seringkali menjadi pribadi yang ingkar dengan semangat-nya (ingat kisah penyangkalan 3 kali-nya atas Yesus). Tetapi semua itu tidak menghilangkan kasih Yesus atas diri-nya. Ia tetap menjadi salah satu dari murid yang paling dikasihi-Nya.
Petrus, sang batu karang, itu terubahkan dengan sungguh-sungguh paling tidak dalam teks bacaan kita saat ini. Ia yang menyangkal Yesus sampai 3 kali, disapa Yesus dengan pertanyaan tentang kasih-nya kepada Yesus. Yesus menyapa dia, tidak mengunakan dengan nama Petrus, tetapi nama aslinya Simon, anak Yohanes. Paling tidak Yesus dengan menggunakan nama panggilan kecil ini hendak mengajak Simon kembali kepada kemurnian diri-nya. Kemurnian itu kiranya juga akan menjadi bagian dalam kasih kepada Yesus.
Singkat cerita, Simon Petrus, sang batu karang, itu mengalami kemurnian dalam dirinya. Itu berimbas dengan sikap hidup baru yang penuh kesungguhan tanpa terlalu takut lagi untuk bersaksi akan Yesus, Sang Guru yang juga Mesias itu dalam kehidupan-nya. Bahkan, itu diwujudkan sampai ia menerima kematian dengan disalib terbalik ketika tertangkap di Roma saat ia sedang memberitakan Yesus Sang Juruselamat dunia. Kisah hidup-nya berujung kepada menjadikan namanya tercatat sebagai Paus pertama yang menghadirkan gereja Roma Katolik. Bagaimana dengan cerita hidup kita, sudahkan itu juga akan mengisi catatan akan karya-karya Allah yang hadir dalam kehidupan ini?
Pdt. Elfriend P. Sitompul