Renungan Minggu, 20 Februari 2022
Spirit-filled (Dipenuhi oleh Roh)
Roma 8 : 14
Seorang murid pernah bertanya kepada guru agamanya: “manakah yang lebih mudah: berbuat benar atau berbuat dosa?” Dengan bijak sang guru memberi analogi, “ada dua ekor anjing, yang satu putih, dan satunya lagi hitam. Menurutmu: manakah yang lebih kuat?” Dengan cepat sang murid pun menjawab, “Yang paling kuat adalah dia yang mendapat makan lebih banyak. Jika anjing hitam yang lebih banyak diberi makan, maka dia lah yang lebih kuat dan sebaliknya.” Dan sang guru pun mengangguk tanda setuju dengan jawabannya.
Pandangan di atas memang terlihat benar tapi apakah itu alkitabiah? Firman TUHAN sesungguhnya tidak pernah mengajarkan tentang ‘adu kuat antara daging dan roh’ sebab daging kita ini selamanya lemah, meskipun roh itu memang penurut. Selama daging kita masih hidup, selama itu pula ia akan menjadi titik lemah kita. Dan melalui daging tsb, dosa akan selalu dapat masuk, menguasai dan menggiring kita untuk terus berbuat pelanggaran / kemelesetan (hamartia) sekalipun kehendak untuk hidup benar itu ada pada kita. Kita mau-nya hidup benar, tapi pada sisi antagonis-nya, natur daging kita justru selalu berbuah dan mengerjakan dosa. Tekad kita tidak akan cukup kuat melawan natur daging ini. Ibarat seseorang mengangkat tangan memegang pensil setinggi-tingginya. Untuk sejangka waktu pensil itu terasa ringan, tapi lambat laun seiring lelah otot — meskipun keinginan untuk bertahan itu terus ada, tapi akhirnya lelah juga, jatuh juga. Ya, tekad kita ada batasannya.
Dalam pergulatan batin-nya, Paulus berefleksi, “sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik. Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat … Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah, tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku. Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini (Roma 7 : 18 – 23)? Sudahkah Anda mulai lelah dengan tekad Anda berusaha berbuat benar? Masihkah Anda berharap bahwa ada sesuatu yang baik dari diri Anda untuk dapat menyenangkan TUHAN? Jika masih bergairah, masih yakin dapat melakukan pekerjaan baik untuk TUHAN, berarti Anda belum cukup berusaha seperti Paulus dahulu berusaha. Anda belum ketemu titik mentok. Silakan terus berusaha. Tapi ketahui juga, bahwa Allah menunggu lelah-mu, menunggu nyerah-mu. Ketika Anda mulai menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang baik dalam diri, di situlah momen spirit-filled akan segera terjadi. Tuhan Yesus memberkati.
Ibu Zevhania SB. Hutabarat