(Yoh 13 : 31-35)

Adalah sebuah kesukaan bagi seorang guru ketika anak-anak didiknya bisa melakukan apa yang sudah ia ajarkan kepada mereka, apalagi jika anak-anak didiknya bisa melakukan lebih dari semua pengajaran yang telah diberikan. Nuansa sedemikian rupa sepertinya ada dalam teks bacaan saat ini. Adanya harapan kepada para murid sepeninggal dari Yesus, sang guru, yang akan pergi meninggalkan mereka (33). Ada pesan/perintah terakhir yang baru, yang harus mereka lakukan yaitu untuk saling mengasihi, sebagaimana teladan yang sudah dilakukan oleh Yesus sendiri (34). Tindakan atau perbuatan saling mengasihi ini adalah pembuktian akan identitas dari mereka yang tidak lain adalah murid-murid sang guru yaitu Yesus.

Sepertinya kalau kita juga merangkum ajaran sang guru, Yesus, salah satu yang sangat kuat adalah tentang mengasihi atau kasih. Ajaran tersebut juga dilandasi dengan kesadaran dari sang guru bahwa kebutuhan yang penting ada dan terpenuhi oleh manusia juga adalah kasih dan dikasihi. Oleh karena itu kasih dan mengasihi itu adalah tindakan nyata atau aksi, ia bukan teori yang hanya didiskusikan dan dihafalkan namun ia adalah suatu tindakan yang terlihat dan dapat dirasakan. Ini sudah dibuktikan oleh sang guru yang mau turun dari singgasana kemuliaanNya untuk mewujud menjadi manusia dan bersusah-susah bahkan menyerahkan nyawaNya demi kasihNya pada manusia.

Kembali keawal, sang guru merindukan untuk murid-murid yang akan ditinggalkan sementara dapat mewujudkan kasih seperti yang telah diteladankanNya. Kasih yang dinyatakan sang murid-muridNya itu akan juga menunjukkan akan kwalitas dari kebersamaan yang telah ada selama ini. Murid tidak hanya mendengar, paham, mengerti tapi juga beraksi dari semua yang telah diterima dan diteladankan dari sang guru. Siapa murid itu? Kita semua yang mengaku percaya padaNya.

Pdt. Elfriend P. Sitompul

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *