Small but Precious (Kecil tapi Berharga)
(Lukas 12 : 32)
Kata “kecil” seringkali mengacu pada sesuatu yang sifatnya sedikit, kurang, lemah atau bahkan tidak berarti. Namun sayangnya, patokan ‘besar kecil’ ini seringkali dipakai oleh dunia dalam mengukur keberhargaan diri seseorang. Mereka yang memiliki ekonomi kaya, gelar berjejer, harta benda melimpah dianggap ‘sukses’, sementara mereka yang tidak berada di posisi tsb dilabeli sebagai ‘orang kecil’. Hal ini jugalah yang pada akhirnya mendorong setiap orang untuk berusaha sekuat tenaga demi dapat dihargai dan terlepas dari stigma ‘kecil dan tidak berarti’ tsb. Tidak jarang demi sebuah pengakuan dan penghargaan, mereka meninggalkan prinsip-prinsip kebenaran seperti pada cerita ‘orang kaya yang bodoh’ ini (Lukas 12:13-21). Ia mengukur standar hidupnya dari harta benda yang dimilikinya sementara Tuhan memandangnya sebagai sebuah kebodohan. Ya, standar Tuhan berbeda dengan standar dunia pada umumnya.
Tuhan Yesus berkata “Janganlah takut, hai kamu kawanan kecil! Karena Bapamu telah berkenan memberikan kamu Kerajaan itu (ayat 32).” Sebuah perkataan yang membangun pengertian baru bahwa di mata Tuhan, walaupun kita kecil namun sangat berharga dan diperhitungkan. Tuhan tidak melihat dari seberapa kaya dan hebat-nya kita tapi dari apakah kita mendahulukan kerajaan dan kebenaran-Nya (ayat 31)”. Allah meresponi seberapa kerinduan kita yang mau sunggguh mencari Kerajaan Allah. Ya, itulah yang berharga dimataNya, bahkan tidak hanya diberikan kerajaan-Nya tapi juga diperkenankan untuk ada di kerajaan-Nya kelak.
Gairah untuk menghadirkan, mendahulukan Kerajaan Allah dan kebenarannya dalam kehidupan kita tidak se-sederhana pemahaman kita saat ini. Jika saat ini kita masih merasa bahwa dengan beribadah, memuji, berdoa, berpelayanan sudah cukup dan telah menemukan Kerajaan Allah — itu adalah sebuah fantasi. Banyak orang menjadikan Kerajaan Allah sebatas hanya di Gereja dan hari Minggu saja, sementara ketika mereka balik ke kehidupan keseharian-nya, mereka mulai membangun kerajaan-nya sendiri lengkap dengan keinginan, hasrat dan ego yang kembali memimpin dalam kehidupan-nya. Mereka hampir tidak peduli dan masa bodoh dengan perasaan Tuhan, dan inilah faktanya. Penghargaan Tuhan atas kita adalah dari seserius dan sesungguh apa kita mencari dan menghadirkan kerajaaan Allah.
Mungkin hari ini kita kecil, tidak berpunya, dan mengalami banyak kesulitan hidup, bahkan rupa pun tidak elok, hidup dalam segala keterbatasan, namun Firman Tuhan kembali mengingatkan untuk tidak berkecil hati. Ketika hidup kita berfokus untuk menghadirkan Kerajaan Allah dimana pun kita berada serta mau tunduk dalam pemerintahanNya, penilaian dunia atas kita tidaklah penting. Kita berharga di mata-Nya, baik untuk saat ini maupun di kehidupan kekal kelak.
Bpk. Agus Riyanto