Loving God, Loving Each Other (Mengasihi Allah dan Sesama)
(Matius 22 : 37 – 40)
‘Seimbang’, ‘harmoni’, ‘sepadan’, ‘serasi’ adalah kata yang bersinonim atau memiliki kesamaan makna. Kata-kata tersebut menunjukkan adanya sikap yang ‘pas’ dalam menjalani serta mewujudkan kehidupan yang indah dan bahagia. Ya, kebahagiaan itu ada ditemukan dalam sikap hidup yang seimbang. Hal ini sepertinya juga dapat dikaitkan dengan kehidupan beragama, dimana agama secara definisi berarti: kepercayaan seseorang terhadap makhluk spiritual atau kumpulan koleksi terorganisir dari sistem kepercayaan, budaya, dan pandangan dunia yang meng-hubungkan manusia dengan tatanan dan perintah dari kehidupan. Tujuan dari agama secara sederhana dapat dipahami adalah untuk membuat kehidupan ini menjadi teratur dan merasakan kebahagiaan, baik di dunia ini maupun setelahnya.
Namun dalam realita yang ada seringkali agama menjadi biang atau sumber dari masalah dalam dunia ini. Orang beragama bukan lagi menjadi pribadi-pribadi yang mendatangkan kebahagiaan melainkan menjadi orang yang mengangkat dirinya sebagai hakim bagi orang lain. Dengan berbagai dalil dan aturan hukum yang ada mereka mencari celah dari ketidaktaatan orang lain dan menjadikan itu sebagai jalan untuk penghakiman. Kasih dan wujud kasih menjadi hilang dalam agama tersebut.
Inilah yang sepertinya dilihat oleh Yesus, ketika Ia ditanya tentang hukum yang terpenting dari Hukum Taurat. Yesus, jelas tahu akan semua Hukum Taurat bahkan Ia juga menghidupinya dengan baik. Karena itu dengan mudah Ia memberi jawab, bahwa hukum yang terbesar dan yang pertama adalah mengasihi Tuhan Allah secara total dan sempurna (37), yang ini sudah ada tertera dalam syema Israel dalam Ulangan 6 : 5. Namun itu tidak berhenti di situ, sama dengan itu, maka tindakan kasih yang total dan sempurna juga harus diwujudkan kepada sesama manusia (39). Ada keseimbangan yang menghadirkan harmoni dan kebahagiaan bagi diri dan orang lain. Bagaimana dengan kita? Sudah total dan sempurna kah kita mengasihi Allah dan manusia demi hadirnya kebahagiaan yang sejati di dunia dan nantinya?
Pdt. Elfriend P Sitompul