Spiritual Authority (Otoritas Rohani)

(Kejadian 41 : 38 – 57)

Tidak ada yang kebetulan dalam hidup ini” – sebuah kalimat yang sering kita dengar bahkan perkatakan dalam melihat segala sesuatu yang terjadi dalam hidup ini. Rasul Paulus dalam Surat Roma 8 : 28 pun berkata, “kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. Dengan kata lain, Alkitab hendak menyatakan bahwa semua kisah kehidupan kita ini sesungguhnya ada dalam skenario Allah — untuk menyatakan keberadaan-Nya, Sang Pemilik Kehidupan ini. Dibutuhkan ketenangan serta kedalaman untuk dapat melihat dalam terang Tuhan agar segala kisah kehidupan tersebut dapat dijalani dengan rasa syukur dan bahkan dimaksimalkan untuk-Nya.

Hal sedemikian rupa juga tertampakkan sungguh dalam kisah kehidupan Yusuf. Ia pada mulanya ada dalam sebuah kehidupan keluarga yang sangat nyaman namun karena suatu mimpi yang tak dapat diterima oleh saudara-saudaranya, ia nyaris dibunuh dan akhirnya terpinggirkan dari keluarga-nya, terjual sebagai seorang “asing” di Mesir. Singkat cerita setelah mengalami masa-masa kesukaran tersebut, hidupnya berubah dalam teks bacaan kita ini. Dia mendapat posisi bahkan kuasa yang sangat besar sekali. Ayat 44 “berkatalah Firaun kepada Yusuf: “Akulah Firaun, tetapi dengan tidak setahumu, seorangpun tidak boleh bergerak di seluruh tanah Mesir.” Dari seseorang yang bukan siapa-siapa menjadi sosok yang begitu luar biasa.

Yusuf sepertinya bisa mendapatkan itu karena ia hidup bukan hanya dalam pertanyaan: Mengapa? Kenapa? Kok bisa? Sikap hidupnya bukan dalam ratapan. Situasi yang ada bukan untuk diratapi atau disesali. Namun semua keadaan dilihat-nya sebagai tempat yang Allah telah berikan bagi dirinya untuk dihidupi dengan penuh semangat. Ada cara pandang baru dalam melihat keadaan. Dengan demikian pula Yusuf tetap setia kepada Allah dengan berbagai hal di dalamnya termasuk tidak tergoda untuk cari jalan pintas (ingat kisahnya dengan istri Potifar). Akhirnya Yusuf yang bukan orang Mesir bahkan bisa menjadi “juruselamat” bagi bangsa Mesir. Bagaimana dengan kita? Bersembunyi dengan segala keadaan atau tetap berjalan dan yakin bahwa Allah mau pakai kita dalam segala kisah yang ada? Yakinkah kita bahwa tidak ada yang kebetulan dalam hidup ini? Mari memberi jawab bersama.

Pdt. Elfriend Sitompul

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *