We are Kingdom’s Seeds (Kita adalah Benih Kerajaan)
(Markus 4 : 26 – 29)
“Aku berharap semua yang aku sentuh menjadi emas” – adalah sebuah permintaan dari Raja Midas yang kemudian dikabulkan oleh Dionysus. Dan sejak saat itu semua yang disentuh oleh sang Raja sungguh menjadi emas – sesuatu yang bernilai tinggi, mahal dan penuh dengan keabadian. Namun persoalan besar terjadi ketika sang Raja hendak makan dan minum tapi tidak dapat karena semua makanan dan minuman-nya berubah menjadi emas. Ia kelaparan dan kehausan di tengah kemilau kekayaan yang ada. Singkat cerita sang raja menyesal dan meminta pada Dionysus untuk dikembalikan menjadi orang normal lagi. Dionysus pun mengabulkan dan Sang Raja menjadi normal kembali.
Adalah wajar bahwa setiap manusia menginginkan kesuksesan — dimana semua yang dikerjakan-nya menjadi “emas” dan bernilai tinggi. Kemegahan lantas akan disematkan pada diri sendiri. Dari pribadi yang awalnya bukan siapa-siapa menjadi pribadi yang diperhitungkan (nobody to somebody). Serupa dengan hal itu, Tuhan kita pun bukan lah Tuhan yang menginginkan kegagalan, Ia juga adalah Tuhan yang menginginkan kesuksesan dimana KerajaanNya bisa berdiri kokoh dan gagah perkasa. Ya, itu adalah keinginan-Nya. Hal itu dapat nampak dari perumpamaan yang dipaparkan oleh Tuhan Yesus sbb: “apabila buah itu sudah cukup masak, orang itu segera menyabit, sebab musim menuai sudah tiba (ayat 29).” Musim penuaian adalah titik kesuksesan itu, musim penuaian bagi orang-orang yang mau hidup percaya kepadaNya.
Bagaimana itu bisa hadir? Inilah pertanyaan yang harus terus digumuli oleh setiap kita dengan sungguh-sungguh. Ternyata Tuhan tidak mau memakai cara instan seperti Raja Midas. Tidak, Tuhan justru memulainya dengan analogi sang petani — petani yang menabur benih. Sebelum benih ditabur, terlebih dahulu sang petani perlu mempersiapkan tanahnya melalui proses pembersihan, penggemburan, pemupukan, dan penyiraman air. Dan setelah benih ditabur pun sang petani tidak lantas berdiam diri, melainkan ia perlu terus memperhatikan dan menjaga bibit-nya dengan setia sampai penuaian terjadi. Jadi apakah orang percaya boleh sukses? Sepertinya dan seharusnya bisa. Namun bukan dengan cara yang instan melainkan melalui usaha yang terus menerus dikerjakan dengan penuh tanggung jawab dimana ada unsur kesetiaan, kekuatan dan pantang menyerah dalam menghadapi badai ujian kehidupan. Dan juga patut diingat bahwa kesuksesan tidak selalu berbicara tentang materi, namun juga tentang nilai hidup yang ditunjukkan sehingga ketika Tuhan memanggil kembali, ada nama baik yang kita wariskan.
Pdt. Elfriend Sitompul