Renungan Minggu, 5 Juni 2022
Kisah Para Rasul 3 : 1 – 10
Takut bahkan sangat takut, itulah yang dirasakan oleh para murid Yesus. Sang Guru telah mati dengan sangat mengenaskan dan tidak akan ada lagi bersama mereka. Bersembunyi pun tampaknya menjadi hal logis yang bisa mereka lakukan sambil menanti konsekuensi buruk sebagai akibat menjadi pengikut-Nya. Namun Sang Guru bangkit dari kematian dan bahkan menjumpai para murid. Ia hadir bukan hanya sekedar menyapa dan menunjukkan Ia hidup, tetapi juga menyatakan atau mewujudkan janji-Nya dengan peristiwa turun-nya Roh Kudus. Berubah, itulah yang terjadi kemudian dari para murid. Petrus dengan lantang menunjukkan kepada orang banyak akan siapa sesungguhnya Yesus itu. Tercatat ada 3000 orang yang mengalami pertobatan. Ketakutan berubah menjadi keberanian untuk berkata-kata dan bersikap akan siapa Yesus Sang Mesias itu.
Ini pula yang terjadi setelah kotbah Petrus itu. Ia dijumpai oleh seorang yang lumpuh dari sejak kecil, yang akhirnya menjadi pengemis. Ia meminta uang tetapi Petrus tidak punya itu, yang Petrus punya adalah “kuasa” untuk menyembuhkan. Maka dinyatakan lah “kuasa” itu dan terjadi kesembuhan atas si lumpuh itu. Ketakutan berubah menjadi keberanian untuk menyatakan kuasa-Nya.
Roh Kudus sudah dicurahkan kepada kita. Apakah respon kita? Masih hidup dalam ketakutan dan bersembunyi? Atau belajar dari para murid yang keluar dari tempat persembunyian-nya dan sadar bahwa ada kuasa yang sudah dicurahkan kepada diri mereka, tidak disimpan menjadi milik pribadi namun atas dorongan dan gerakan Roh Kudus, mereka berani bersaksi akan Sang Mesias yang telah menyelamatkan itu, baik melalui perkataan-perkataan yang bernas maupun dengan kuasa yang ajaib. Ajakan itu juga berlaku bagi kita. Mari!
Pdt. Elfriend P. Sitompul