(Yesaya 61:1-11)

Bulan Agustus menjadi bulan yang istimewa bagi kita bangsa Indonesia, 17 Agustus 1945 menjadi tonggak sejarah kemerdekaan bangsa Indonesia dari penjajahan, ini menjadi awal kedaulatan & kebebasan serta kemandirian bangsa kita untuk menentukan nasib sendiri. Minggu lalu sudah disinggung oleh Bpk Gembala berkaitan dengan pribadi yang merdeka seperti yang termaktub dalam Preambule/pembukaan UUD 1945.

Dalam pembukaan tersebut juga terkandung keinginginan dan kerinduan bangsa indonesia untuk berperan aktif menghadirkan dunia yang terbebas dari penjajahan “ … dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, ….”

Dan hal ini di buktikan dengan inisiatif lahirnya KAA yang menjadi pendorong gerakan kemerdekaan bagi negara-negara dunia ke 3 memperoleh kemerdekaannya lewat jalur diplomasi.

Seperti bangsa Indonesia yang telah menikmati anugerah kemerdekaan & berusaha ikut aktif mengusahakan kemerdekaan negara-negara lain seharusnya kita sebagai orang percaya yang sudah dilepaskan dari hukum maut dengan korban Tuhan Yesus dikayu salib, sudah seharusnya menjadi jalan selamat bagi orang-orang lain.

Masalahnya, kemerdekaan yang Tuhan beri sering menjadi kesempatan untuk orang bertindak sesuka hati, sebebas-bebasnya tanpa memikirkan perasaan orang lain bahkan masa bodoh dengan perasaan Tuhan.

Galatia 5:13 “Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk berbuat dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih”.

Ini adalah kemerdekaan semu yang di jalani orang yang mengaku percaya tapi masih terikat dalam keberdosaannya, orang seperti ini tidak akan mungkin bisa membawa kabar keselamatan atau kemerdekaan bagi sesama, karena sesungguhnya ia sendiri belum merdeka dari dosa.

Bagi kita seharusnya penebusan Kristus dikayu salib menjadikan kita milik kepunyaan-Nya & sudah seharusnya pula sebagai milik kepunyaan-Nya, dia berhak sepenuhnya atas hidup kita artinya apapun yang kita pikirkan kerjakan & lakukan harusnya sesuai dengan perasaan hati Tuhan, bukan lagi bertindak sesuka hati sendiri.

Seperti apa yang Rasul Paulus katakan di Filipi 1:21-22 “karena bagiku hidup adalah Kristus & mati adalah keuntungan, tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu”

Perlu dipahami bahwa ternyata kemerdekaan yang Tuhan Yesus berikan juga mengandung maksud:

  • Panggilan untuk hidup dalam kebenaran (Yohanes 8:36)
    • Rela melepaskan semua kenikmatan dunia yang menyakiti perasaan Tuhan
    • Lebih dari sekedar menjalankan hukum agama/legalistik tetapi pada kehendak Tuhan
  • Panggilan untuk memerdekakan sesama (Matius 5:13-16)
    • Panggilan menjadi saksi => karakter Kristus semakin nyata dalam kehidupan kita.
    • Menjadi garam & terang => kehidupan yang bisa dirasakan sesama melalui hidup kita mereka menemukan jalan keselamatan.

Hendaknya kemerdekaan yang Tuhan anugerahkan harus kita responi dengan benar & kita bisa menjalani hidup dalam kemerdekaan yang sesungguhnya yang akhirnya itu nyata dalam pandangan sesama dan lewat kesaksian hidup kita mereka boleh bertemu secara pribadi dengan Tuhan Yesus & dimerdekakan dari belenggu dosa, amin TYM.

Pnt. Agus Riyanto

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *