Galatia 5 : 1 – 15
Sadarkah kita bahwa hidup kita ini dikelilingi oleh begitu banyak peraturan dan hukum? Contoh mudahnya adalah: sebagai warganegara Indonesia, kita dituntut untuk mentaati seluruh 624 pasal yang terdapat dalam KUHP, dimana ada beberapa pasal yang menjadi begitu populer (karena banyak yang melanggar) seperti pasal 378 tentang penipuan serta pasal 303 tentang judi online. Itu baru hukum negara, belum lagi jika ditambah dengan hukum adat serta hukum agama – hidup ini akan menjadi sangat complicated bukan? Misalnya: hukum adat Jawa yang begituselektif terhadap pemilihan tanggal hajatan besar atau hukum adat Batak yang melarang pernikahan satu marga, serta hukum pamali dalam adat Sunda. Anda yang tadinya mau menikah di tanggal tertentu harus geser ke hari lain karena ‘dihitung’ tidak baik, atau lihat pula pasangan muda yang cintanya harus kandas karena marga. Dan jika kita bertanya pada saudara Muslim kita, mereka pun memiliki 6 Rukun Iman, 5 Rukun Islam ditambah Hadit dan Sunnah — sesuatu yang orang Yahudi juga punya dalam bentuk 613 mitzvot (aturan sunat, Sabat, haram halal, hari raya, doa, pakaian, dsb), Torah dan Talmud.
Jadi bayangkan, Anda seorang WNI (ada KUHP), orang Jawa (ada hukum Adat Jawa) dan orang Kristen (hukum Tuhan dan tata gereja) – jika total semua disatukan, ada berapa banyak hukum dan peraturan yang harus Anda taati? Dan pertanyaan mendasarnya: apakah ada orang yang bisa sempurna melakukan hukum-hukum tsb tanpa melakukan satu pelanggaran pun? Dan jika ternyata kita gagal di beberapa poin, bagaimana cara kita bisa merdeka dari penyesalan dan rasa bersalah atas pelanggaran tsb? Dan jika setiap pelanggaran menuntut konsekuensi hukuman, bagaimana cara kita merdeka atas kekuatiran bahwa kita akan dihukum dan dibuang ke api kekal-Nya TUHAN? Dan bagaimana cara kita membedakan peraturan ini sifatnya adat, negara, agama atau memang hukum TUHAN?
Apakah orang Kristen wajib beribadah ke Gereja? Wajib membaca Alkitab setiap hari? Wajib bangun pagi untuk berdoa saat teduh serta malamnya mezbah keluarga? Wajib berpuasa dan aktif pelayanan? Wajib menjaga diri dari pencemaran tubuh ini — tidak merokok, tidak makan junk food, jaga pola hidup, dll? Dan adakah konsekuensi hukuman ketika orang Kristen gagal melakukan hal tsb? Perlukan kita menciptakan hukum agamawi baru atau memang hukum itu memang dari TUHAN? Yuks kita belajar untuk merdeka dari religious spirits (roh-roh agamawi) yang kesannya rohani dan penuh hikmat, tapi sesungguhnya itu produk dan ajaran manusia yang tidak ada gunanya selain memuaskan hidup duniawi (Kolose 2:20-23), bahwa orang-orang yang melakukannya terkesan lebih rohani dan suci, bisa pamer padahal itu hanya seperti orang Farisi dan ahli Taurat jaman Tuhan Yesus dulu — luarnya bersih, dalamnya najis, kuburan yang dilabur putih; yang bisa mengajar, namun tidak bisa praktek. Amin.
Ibu Zevhania SB. Hutabarat