(Roma 6 : 15-23)
Dalam Galatia 5 : 1, Paulus mengharapkan orang percaya “sungguh-sungguh” merdeka, karena Kristus telah memerdekakan dari hukum dosa dan maut (Roma 8 : 2).
Pada kenyataannya masih banyak orang Kristen yang masih tunduk pada dosa. Allah menginginkan manusia yang sudah dimerdekakan, tidak lagi hidup sebagai hamba dosa melainkan sebagai hamba Allah/hamba kebenaran (6:18). Untuk itu Allah mau melakukan proses pengudusan (6:22) agar kemerdekaan yang sejati dapat sungguh-sungguh kita miliki dan akan berujung pada kebahagiaan dan kekekalan.
Hidup yang merdeka bukanlah berarti hidup yang sebebas-bebasnya dengan menuruti segala keinginan, apalagi dengan mengabaikan kekudusan. Karena hidup yang dimerdekakan dari dosa adalah hidup yang tidak lagi/tidak perlu lagi takluk pada keinginan dosa, melainkan hidup dalam kekudusan sama seperti Allah yang kudus (1 Petrus 1 : 15-16). Ia menghendaki kekudusan melingkupi seluruh hidup manusia, bukan sebagian dan sekali waktu saja. Gaya hidup kudus adalah konsekuensi logis dari hidup yang sudah dimerdekakan dari “kekotoran”. Mengapa demikian? Karena demikianlah seharusnya. Orang berdosa wajar jika hidupnya cenderung berdosa, sedangkan orang yang sudah merdeka dari dosa, sudah sewajarnya jika hidupnya tidak lagi dijajah oleh dosa.
Mengapa Allah mau menguduskan kita?
- Karena Allah itu kudus, sehingga mau tidak mau pengikutNya pun harus kudus. Kekudusan membawa kita menjadi sama seperti Yesus dan dimungkinkan berada bersamaNya dalam kekekalan.
- Karena Allah mau hidup kita menjadi lebih baik. Hidup kudus membuka jalan bagi segala berkat dan kebaikan Allah, dan menjadi batu pijakan untuk berbagi kebaikan bagi sesama.
- karena Allah mau hidup kita menjadi lebih bernilai/berharga. Segala yang kudus (pure) pasti bernilai tinggi, demikiaan halnya dengan hidup kita.
Engkau telah dimerdekakan, sebab itu hendaklah dosa jangan berkuasa lagi didalam tubuhmu yang fana, supaya kamu jangan lagi menuruti keinginannya. (Roma 6 : 12)
AMIN
Pdt. Daniel Kurniawan
GKMI Ebenhaezer Pati