“Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah”
(Matius 5:9)
Berita tentang penyembuhan yang dilakukan Yesus membuat orang banyak dari berbagai daerah mencari Yesus dan ingin mendengarkan ajaran dan kuasa pemulihan-Nya. Mereka rela mengikut kemana Yesus pergi bahkan sampai di sebuah bukit yang tinggi.
Salah satu ucapan Yesus, “berbahagialah orang yang membawa damai…” Kalau dilihat dari Kamus Besar Bahasa Indonesia kata ‘damai’ artinya “tidak ada perang, tidak ada kerusuhan, aman, tenteram, tenang, tidak bermusuhan.” Penyebutan ‘orang yang membawa damai’ tentu mengindikasikan orang tersebut pendamai. Tetapi kalau melihat situasi dan kondisi di zaman Yesus saat itu, para pendengarnya justru sedang kehilangan rasa damai dari negerinya. Mereka ingin bebas dari rasa takut terhadap orang-orang romawi yang sedang menguasai daerah mereka. Mereka juga ditekan oleh pajak yang tinggi dan memaksa bahkan dengan kekerasan. Mereka juga berada dalam ketegangan antara Israel utara (Samaria) dan selatan (Yehuda). Hubungan mereka tidak harmonis.
Jadi ucapan Yesus agar setiap pendengarnya perlu menjadi orang yang membawa damai dalam kehidupannya tentu seperti teguran yang sangat keras, karena mereka selalu menempatkan diri sebagai korban. Yesus justru mengingatkan setiap orang dipanggil menjadi pembawa damai di antara pihak-pihak yang bersitegang. Hadir Sebagai pelopor untuk mengajak “berbaik kembali, berhenti bermusuhan dan berusaha mencari solusi sebuah persoalan.” Kepada mereka yang berani melakukan pendamaian akan disebut anak-anak Allah. Maukan anda disebut anak-anak Allah?
Pdt. Thomas (GKP)