(2 Kor 9 : 10-12)

Salah satu alat uji untuk menunjukkan kualitas diri sepertinya bisa berupa uang atau harta. Bagaimana perlakuan akan uang dan harta yang ada akan dapat memperlihatkan sampai sejauh mana ia mempengaruhi dalam perilaku kehidupan. Apakah dengan semakin banyak memiliki uang atau harta membuat diri semakin baik dalam perilaku atau tidak. Menjadi melekat padanya (harta/uang) atau semakin sadar bahwa semua itu adalah titipan dari DIA untuk dipakai sebagai alat untuk menunjukkan Sang pemilik bagi dunia ini atau tidak.

Rupa-rupanya hal ini juga sedang terjadi dalam kehidupan jemaat Korintus. Jemaat yang sukses, berkelimpahan dalam segala hal namun mereka memiliki mental miskin. Salah satu bukti dari  hal ini adalah pengumpulan persembahan untuk Yerusalem (1) ternyata tidak berjalan dengan baik dibandingkan dengan jemaat yang kecil dan berkekurangan namun memiliki hati yang begitu hebat, jemaat Makedonia (4). Dalam situasi memiliki semuanya dan berlimpah namun tidak membuat jemaat Korintus menjadi peka terhadap panggilanNya. Tangan mereka tertutup untuk memberi, hidup mereka hanya sibuk untuk memuaskan diri sendiri dan sepertinya mereka punya ketakukan ketika memberi akan mengalami kemiskinan (8).

Lebih baik memberi daripada menerima. Kiranya itu harusnya yang ada dalam kehidupan kita orang-orang percaya. Bahkan juga perasaan yang akan hadir setelah memberi dibandingkan dengan menerima akan sangat berbeda. Ketika memberi maka rasa sukacita akan terasa lebih kuat dan itu membuat diri menjadi berarti. Karena itu mari kita belajar memberi dengan sukacita dan juga ada dalam keyakinan bahwa ketika memberi dengan hikmatNya tidak akan menjadikan kita miskin. Ingat apa yang ada dalam kehidupan kita bukan mutlak milik sendiri, tapi ada bagian orang lain yang dititipkan DIA untuk diberikan.

Pdt. Elfriend Sitompul