(Ulangan 15:10)
“Engkau harus memberi kepadanya dengan limpahnya dan janganlah hatimu berdukacita, apabila engkau memberi kepadanya, sebab oleh karena hal itulah Tuhan, Allahmu, akan memberkati engkau dalam segala pekerjaanmu dan dalam segala usahamu”
“Lebih suka, memberi atau menerima?” bila pertanyaan itu ditujukan kepada kita, saya sangat yakin dan percaya sebagai manusia tentu kita lebih suka untuk menerima, bahkan tidak sedikit dari kita sudah menerima berkat yang banyak masih saja merasa kurang, dan perasaan “merasa kurang” ini yang seringkali menjadikan manusia “sulit” untuk memberi.
Perikop yang diberikan oleh LAI dalam bacaan kita hari ini Ulangan 15:1-11 adalah tahun penghapusan hutang, dan atas perintah Tuhan pada akhir tahun ke tujuh dimana semua hutang “dilunaskan” (ayat 1-2) dan perintah ini hanya berlaku untuk sesama orang Israel, hukum ini tidak berlaku bagi orang asing.
Karena ada perintah untuk menghapuskan hutang diakhir tahun ketujuh itulah maka Ayat 10 ini menjadi catatan penting berkaitan dengan pemberian pinjaman kepada sesama orang Israel tanpa mempertimbangkan hal2 lain kecuali kebutuhan mendesak saudaranya sementara ia bisa membantu. Pada ayat 9 diperingatkan pada orang yang mampu untuk tidak memiliki pikiran jahat, atau kesal hati pada saudara yang miskin & membutuhkan pertolongan. Karena sesungguhnya berkat yang mereka terima berasal dari Tuhan, dalam kesempatan yang sama berkat yang diterima dari Tuhan juga ada hak dari saudara-saudara kita yang membutuhkan.
Nah dari catatan diatas dapat dijelaskan kenapa kita harus memberi:
- Tuhan terlebih dahulu memberkati kita: Tuhan tidak akan pernah meminta memberikan apa yang kita tidak punya, melakukan apa yang tidak kita bisa.
- Dalam memberi ada motivasi yang benar: bukan untuk dilihat manusia, bukan untuk mendapatkan sesuatu/berkat yang lebih dari yang diberikan, tapi untuk menyukakan hati Tuhan yang memperhitungkannya. (Matius 6:4 “hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu”)
- Memberi dengan rela tanpa paksaan: didalamnya ada sukacita (2 korintus 9:7 “hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita”)
Sebagai orang percaya kita menyadari tanpa anugrah keselamatan yang Tuhan beri, kita pasti binasa, kita tidak sangguh membayar hutang dosa tapi DIA membayar lunas dengan memberi diri/melepaskan hak untuk menjadi korban bagi penebusan dosa kta tanpa menuntut balasan, sesungguhnya bukan harta dunia yang IA harapkan, kerinduan Tuhan adalah setiap kita mempersembahkan kehidupan yang berkenan kepadaNya yaitu dengan mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup, kudus & berkenan kepadaNya. (Roma 12:1)
Ujian akan ketulusan & kerelaan hati kita dalam memberi terbukti takkala kita diperhadapkan dengan orang-orang yang tak berdaya & sangat membutuhkan pertolongan kita dan mereka tidak mampu membalas kebaikan kita, masihkan kita mau memberi?
GKMI BDG, 22 JUN 2025
Pnt. Agus Rijanto