(Mat 6 : 1-4)

Dalam beragama, tidak bisa dilepaskan dengan kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan oleh umat beragama tersebut. Kewajiban tersebut muncul dari tafsiran-tafsiran ajaran-ajaran agama. Melakukan ini, berpantang itu dan lainnya menjadi bagian dari kewajiban beragama. Termasuk didalamnya hal memberi sedekah. Yesus melihat akan kewajiban tersebut dan rupa-rupanya ada sikap yang tidak tepat dalam memberikan sedekah, yaitu kesombongan dengan ingin dilihat menjadi pribadi yang “lebih” dari orang lain  (1). Ketulusan dan kemurnian menjadi hilang dalam memberikan sedekah itu (2), dan sikap sedemikian bagi Yesus tidak akan mendatangkan hal yang baik karena Tuhan sepertinya tidak akan memperhitungkan (4).

Kewajiban adalah bagian dari keseimbangan dari hak yang telah diterima. Jadi kita tidak hanya hidup dalam tuntutan pemenuhan hak-hak saja lalu abai dalam melakukan kewajiban. Keseimbangan menjadi hal yang penting ada dalam setiap kehidupan umat beragama. Namun kewajiban dilakukan bukan untuk pamer dan merasa menjadi orang paling taat dan suci, tidak demikian. Kewajiban agama harusnya terjadi atau berangkat dari kesadaran akan penerimaan yang telah didapatkan dalam hal ini kasih karunia Tuhan yaitu keselamatan. Itu diberikan dengan cuma-cuma, maka sudah seharusnya ada mentalitas yang baru. Tidak hanya menjadi penerima saja namun menjadi pemberi yang tulus dan iklas.

Bergereja sebenarnya juga memiliki  kewajiban-kewajiban. Salah satunya memberikan persembahan, baik itu persembahan minggu maupun lainnya seperti persepuluhan. Mari hal ini dilakukan bukan dalam keterbenaran bahkan show kehebatan tapi itu terjadi karena rasa yang mendalam atas kasih karunia yang telah didapatkan. Persembahan yang diberikan dengan tulus sepertinya akan diperhitungkan oleh Tuhan, sebaliknya yang menjadi show sepertinya pula tidak.

Mari memberi…

Pdt. Elfriend Sitompul