Renungan Minggu, 1 Mei 2022
Lukas 18 : 9 – 14
Jika Tuhan benar-benar berdaulat dan berkuasa penuh dalam diri-mu, maka seharusnya engkau mengijinkan-Nya untuk melakukan apapun dalam hidup-mu. Jika Tuhan benar-benar berdaulat dan berkuasa penuh dalam diri-mu, maka bukan hanya kisah-kisah keberhasilan, keajaiban dan turunan-nya saja yang bisa dikatakan sebagai bukti keberadaan dan kuasa-Nya, namun dalam kegagalan, sakit penyakit ber-kepanjangan dan turunan-nya pun sesungguhnya bisa menunjukkan keberdaulatan-Nya dalam hidup. Jika Tuhan benar-benar berdaulat dan berkuasa penuh dalam diri-mu, maka sesungguhnya tidak ada ruang-ruang yang bisa engkau sembunyikan dari diri-Nya. Kejujuran sesungguhnya adalah bagian yang tanpa diminta pun menjadi ternyatakan di hadapan-Nya.
Teks hari ini mengisahkan tentang dua orang yang berdoa, yaitu: orang Farisi dan pemungut cukai. Orang Farisi berdoa dengan begitu luar biasa menunjukkan siapa diri-nya yang sepertinya begitu sempurna dalam hal kesalehan hidup. Namun sebaliknya, ada pemungut cukai yang berdoa mengakui segala laku hidup-nya yang penuh dengan dosa dan kesalahan yang ia lakukan dalam tugas-nya sebagai pemungut pajak. Ia sepertinya tak kuasa atas tekanan dari penguasa dan itu mewujud dalam tindakan-nya yang juga menekan rakyat yang bisa jadi adalah saudara sebangsa-nya. Ia sadar dan tahu bahwa hal ini tidak berkenan di hadapan Tuhan dan karena itu ia tidak punya kekuatan lagi selain jujur di hadapan-Nya.
Kejujuran untuk menjadikan Tuhan sebagai Pribadi yang berdaulat akan hadir ketika diri ini dapat melihat betapa berarti-nya sebuah kejujuran di hadapan Tuhan, kejujuran yang sangat bisa membebaskan dari belenggu-belenggu kehidupan. Hal ini terjadi pula ketika diri ini menyadari bahwa tak ada apa-apa dan sesuatu pun yang tersembunyi di hadapan-Nya. Tuhan memiliki kuasa atas segala ciptaan-Nya, ini perlu selalu kita sadari. Karena itu kejujuran seharusnya menjadi bagian yang nyata dalam hidup ini. Mari!
Pdt. Elfriend P. Sitompul