EFESUS 4:32 “Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu”
Keluarga hadir atas inisiatif Allah, dimana keluarga menjadi unit terkecil dalam suatu komunitas besar dalam berbangsa & bernegara, maka ada kata-kata bijak yang berbunyi: “bila keluarga kuat, negara juga akan kuat”.
Faktanya, pada hari ini banyak keluarga mengalami keretakan & kehancuran, termasuk didalamnya keluarga-keluarga Kristen juga tidak sanggup bertahan dalam mengarungi badai kehidupan yang menerpa. Mengapa?
Ini karena Firman Tuhan tidak mewujud dalam kehidupan anggota-anggota keluarga, padahal seharusnya keluarga menjadi tempat pertama kita untuk mempraktekkan Firman Tuhan. Yaitu “KASIH” Yohanes 13:34 “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi” Nah, bukti dari kita mengasihi adalah mengampuni, seperti Kasih Bapa atas kita ditunjukkan dengan pengorbanan Putra TunggalNya untuk mengampuni manusia. Maka ayat firman Tuhan di Efesus 4:32 harus menjadi landasan berpikir & bertindak sebagai orang percaya.
Kenapa kasih & pengampunan begitu rumit/sulit untuk dipraktekkan dalam kehidupan berkeluarga?
- Hilangnya perasaan saling menghargai.
Hilangnya rasa saling menghargai didalam kehidupan rumah tangga menjadikan hubungan orang tua (suami-istri) & anak-anak dan juga antar saudara, kehilangan kehangatan dan tidak sedikit memunculkan kesalahpahaman tanpa adanya keinginan untuk saling memaafkan.
- Egois
Pandangan hidup yang berpusat pada diri sendiri, menjadikan orang ingin selalu dipuji, dihargai, diperhatikan, dimengerti oleh orang lain, hal ini akan menjadikan atau membentuk pribadi yang selalu menuntut & dipenuhi keinginannya, tanpa mau mengerti orang lain, andai orang ini bersalah permintaan maafnya tanpa kesungguhan & tanpa penyesalan. Apalagi kalau orang lain yang melakukan kesalahan tidak ada keinginan untuk mengampuni. (Mat 18:21-35)
- Menganggap remeh pengampunan.
Bentukan dalam keluarga khususnya yang menganggap anak-anak itu sebagai obyek atau pribadi yang tidak terlalu “diperhitungkan” banyak membuat orang tua bersikap sekehendak hati, bahkan tidak jarang dengan tindakan atau perkataannya melukai anak, disini orang tua menganggap hal itu biasa, wajar sehingga mereka merasa tidak perlu meminta maaf pada anak, hal ini juga menyebabkan anak akan sulit juga mengampuni orang lain nantinya.
Ternyata keluarga yang dibangun atas nama Tuhan, tidak menjamin bahwa perjalanan hidupnya akan berjalan lancar tanpa masalah, sejatinya Tuhan ijinkan keluarga mengalami pergumulan, tantangan & berbagai masalah itu semua untuk membentuk karakter orang-orang yang ada di dalamnya, maka mau tidak mau setiap anggota keluarga menjadi orang-orang yang bukan hanya mendengar atau fasih berbicara mengenai kasih dan pengampunan, lebih dari itu jadilah pelaku firman yang terlihat nyata dalam tindakan kasih dan mengampuni dan itu dimulai dari keluarga, hingga orang-orang yang ada dalam kelurga menjadi pribadi-pribadi yang tangguh, kuat & berkarakter Kristus, maka saat mereka keluar dan masuk dalam kehidupan nyata mereka boleh menjadi pribadi-pribadi yang mengasihi dan rela mengampuni seperti apa yang Tuhan Yesus telah ajarkan (kolose 3:13)
Bdg, 9 Juli 2023
-aro-