Renungan Minggu, 28 November 2021

Efesus 5 : 14 – 21

Waktu adalah harta yang meleleh” demikian dikatakan oleh Monsinyur Escriva. “Waktu berlalu dari kita, meluncur melalui jari-jari kita seperti air melalui batu-batu pegunungan. Hari esok akan segera menjadi hari kemarin. Kehidupan kita sangat lah pendek. Hari kemarin telah berlalu dan hari ini sedang lewat. Tetapi betapa besar hal yang dapat dilakukan demi kasih kepada Tuhan di dalam ruang waktu yang singkat ini!” Sebuah bagian refleksi yang mengingatkan kembali begitu terbatasnya waktu kehidupan yang dimiliki oleh semua ciptaan yang ada di dunia ini. Entah sudah berapa puluh bahkan juta kali kita diingatkan bahwa waktu kehidupan ini sesungguhnya adalah singkat. ‘Seperti uap’ kata Sang Pengkotbah. Namun entah berapa puluh bahkan juta kali juga kita menyangkali akan hal itu. Hidup dijalani dengan sesuka hati, tanpa dimaknai dan memberi makna bagi orang lain.

Paulus sepertinya hendak mengingatkan akan hal itu kepada jemaat di Efesus. Mereka diajak dengan sungguh-sungguh untuk berhenti dari semua rutinitas, bukan untuk santai dan berleha-leha namun untuk melihat kembali akan semua waktu yang sudah dijalani. Ayat 15 “perhatikanlah dengan seksama, bagaimana kamu hidup” – sebuah nasihat untuk selalu memberi ruang berefleksi atas semua kesempatan yang Tuhan berikan: apa semuanya digunakan dengan arif dan bijak? Paulus sepertinya hendak menghancurkan kosakata “penyesalan” dalam kehidupan umat percaya. Tidak ada penyesalan ketika hidup itu — yang dalam rentang waktu terbatas dengan segala kesempatan di dalamnya — dirayakan dengan baik dan bijaksana. Selalu akan ada kisah kebahagiaan yang bermunculan.

Saat ini kita sudah memasuki Masa Minggu Advent — minggu-minggu penantian akan kedatangan Sang Juruselamat. Ingat pula, bahwa IA yang datang itu bukan lagi hendak memberikan keselamatan (sebab itu telah dilakukanNya) melainkan kedatanganNya kali kedua adalah untuk menghakimi baik yang hidup dan yang mati. Menghakimi akan waktu yang sudah IA berikan, waktu keselamatan yang sudah diberikan: apakah digunakan dengan benar dan untuk kemuliaan-Nya kah? Karena itu selama masih ada waktu, ayo berbalik dari jalan hidup yang lama menuju jalan yang IA kehendaki. Masa Advent menjadi masa ‘menelanjangi diri’ di hadapanNya untuk persiapan memberi pertanggungjawaban akan kedatanganNya kedua kali. Siapkah kita?

 Pdt. Elfriend P. Sitompul

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *