Renungan Minggu, 21 November 2021
Everlasting Young (Awet ‘Muda’)
Yosua 14 : 10 – 15
Pepatah “tua-tua keladi, makin tua makin menjadi” layak disematkan pada seorang kakek bernama Kaleb, yang meskipun secara usia sudah 85 tahun tapi ia berani deklarasi bahwa segala kemampuan fisiknya masih sama seperti ketika ia berusia 40 tahun. Ia masih sangat siap untuk pergi berperang jika ditugaskan.
Tidak seperti kebanyakan orang seusianya yang telah berada dalam kondisi fisik yang menurun, Kaleb justru menunjukkan kehidupan yang maksimal, kehidupan yang memenuhi panggilan dan kehendak Allah. Kehidupan Kaleb adalah kehidupan yang dipenuhi oleh: Iman Percaya dan Kesetiaan. Banyak tokoh Alkitab yang mengawali ‘karir’ dengan iman dan kesetiaan yang luar biasa namun kandas di tengah bahkan akhir kehidupannya, contohnya: Salomo dan Saul. Tapi Kaleb berbeda. Ia adalah saksi hidup bahwa setiap orang yang kehidupan-nya memikat Tuhan pasti memiliki privilege atau pembedaan dari Tuhan (Bilangan 14 : 24; 30). Iman percaya Kaleb bukan hanya dalam perkataan dan pikiran tapi ia nyatakan dalam seluruh kehidupannya. Kaleb dan Yosua tetap percaya akan janji Tuhan di saat 10 pengintai lain tidak (Bilangan 14 : 6 – 10). Tanggungjawab. Kaleb juga bertanggungjawab untuk kesehatan fisiknya. Tidak ada kesehatan maupun kelemahan fisik yang terjadi tiba-tiba (kecuali karena faktor genetik). Gaya hidup kita lah yang berperan besar dalam menentukan bagaimana kesehatan kita kelak. Jika kita menjaga pola hidup sehat niscaya kita pun akan memiliki kesehatan yang baik. Patut diduga Kaleb pun menjaga / berpola hidup sehat di sepanjang hidupnya. Kaleb sangat menyadari bahwa seorang pengintai perlu memiliki kesehatan yang prima — kesehatan yang tetap membuatnya sanggup berperang menghalau orang Enak di Hebron bahkan di usia yang sudah sangat lanjut sekalipun.
Melalui kehidupan Kaleb, kita belajar bahwa ternyata masih ada banyak hal yang dapat dilakukan oleh para senior. Masa senior bukanlah masa meratapi nasib, baik dikarenakan sudah tidak lagi bekerja (pensiun) atau karena tidak ada kegiatan ber-income besar seperti waktu muda. TIdak! Menjadi tua adalah kesempatan yang Tuhan percayakan pada kita bukan untuk menjadi beban bagi orang lain, atau merasa tidak berguna tapi untuk menggenapi setiap rencana Tuhan dalam hidup kita. Iman dan ketaatan Kaleb yang terus ada di sepanjang hidup-nya, disertai dengan pola hidup yang sehat serta selalu bersemangat dan antusias atas apapun kiranya boleh menjadi teladan untuk kita lakukan bagi kemuliaan Tuhan.
Bagi saudara muda, kesehatan yang masih prima bukanlah sebuah ‘lampu hijau bablas’ untuk kita sesuka-nya memperlakukan tubuh ini. Ingatlah bahwa pelan tapi pasti usia akan terus bertambah dan kita menjadi tua. Jadilah seperti Kaleb yang meskipun senja telah menyongsong, ia tetap menjadi pribadi yang maksimal di hadapan Tuhan dan sesama sampai rencana Tuhan dalam hidup-nya tergenapi seutuhnya. Tuhan Yesus memberkati. Amin.
Bpk. Agus Rijanto