(Yunus 3)

Yoh 3:16 adalah ayat yang sudah kita hafal luar kepala. Tetapi apakah maknanya sudah menjadi jelas, tentu ini perlu pendalaman. Ayat tersebut jika kita pahami dan dalami, hendak memperlihatkan akan wujud Allah yang ada dalam diriNya yaitu kasih, yang menjadi bagian tak terlepaskan dari hakekatNya. IA adalah sumber kasih. Dalam mewujudkan kasih yang melekat pada diriNya tersebut ternyata tidak bersifat eksklusif atau terbatas hanya pada golongan, suku dan lainnya. KasihNya diberikan bagi dunia dengan segala isinya.

Wujud Allah yang seperti ini rupanya mengganggu bagi Nabi Yunus. Sepertinya, ia ingin mengekang kasih Allah itu hanya untuk umat pilihanNya, Israel saja. Pemahaman dan keinginan seperti itu bisa jadi salah satu alasan nabi Yunus untuk melarikan diri dari panggilan ke Niniwe (Psl1). Dalam teks bacaan kali ini, memperlihatkan kepada kita kembali,  bahwa kasihNya itu tidaklah eksklusif dan tertutup hanya bagi orang-orang dari golongan & suku tertentu saja, melainkan semua orang dari semua golongan & suku yang ada akan memperoleh kasihNya. Demikian juga orang-orang yang ada di Niniwe juga termasuk dalam rancangan kasih penyelamatan Allah. Akhirnya Yunus (4) menyampaikan pesan itu, dan sangat luar biasa tanggapan dari umat (5). Tanpa menunggu komando dari Raja, orang-orang Niniwe langsung memakai kain kabung, tanda pertobatan. Bahkan, Raja yang mendengar akan pesan dari Yunus juga tidak menolak, ia pun merespon dengan memerintahkan untuk terjadinya pertobatan total, termasuk binatang-binatang (6-7).

Allah tak selalu murka, IA adalah Kasih. Yang dibutuhkan dan dirindukanNya adalah hati yang mau berbalik, tobat, dari jalan yang lama kembali kepada jalanNya atau ketetapan-ketetapanNya. Hal itulah yang terjadi pada umat yang tak diperhatikan, tak diperhitungkan, bukan merupakan bangsa pilihan, bangsa Niniwe. Suara Allah melalui Nabi Yunus, direspon dengan baik dan cepat. Allah pun mencabut niatan untuk menghukum mereka (10). Bagaimana dengan kita? Apakah masih ada kekerasan hati untuk melawanNya dengan segala embel-embel yang ada dalam diri? Melawan DIA tidak akan ada untungnya, kegagalanlah yang sudah pasti akan ada. So, ayo kembali kepada kasihNya. 

Pdt. Elfriend P. Sitompul

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *