(Kejadian 37–50 | Kolose 3:13 | Matius 6:14)

Tidak ada satu pun keluarga yang sempurna. Dalam setiap keluarga, pasti ada luka, salah paham, ataupun konflik yang menyakitkan. Tapi justru di tengah semua itu, Tuhan bekerja. Dalam kisah Yusuf, terlihat jelas bagaimana dosa dan kesalahan bisa merusak hubungan—Yusuf dibenci dan dijual oleh saudara-saudaranya sendiri. Namun, di balik semua itu, tangan Tuhan tidak pernah lepas. Ia turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia. Yusuf pun akhirnya dapat berkata kepada saudara-saudaranya, “Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan” (Kejadian 50:20).

Pengampunan bukan hanya sebuah sikap budi luhur—tapi sebuah panggilan ilahi. Tuhan tahu bahwa menyimpan sakit hati dan dendam hanya akan membebani hidup. Itu sebabnya Dia mengajar agar setiap pengikut-Nya belajar mengampuni, sebagaimana Dia sendiri telah mengampuni. “Ampunilah . . . , seperti Kristus telah mengampuni kamu” (Kolose 3:13). Yesus juga berkata “Jikalau kamu mengampuni orang, Bapamu di sorga akan mengampuni kamu juga” (Matius 6:14). Mengampuni bukan berarti membenarkan kesalahan orang lain, tapi melepaskan hati dari beban yang menekan, dan menyerahkan keadilan kepada Tuhan.

Mengampuni memang bukan hal yang mudah, tapi Tuhan mau kita memulai bersama-Nya. Akuilah rasa sakit dan luka yang kita rasakan kepada Tuhan, bawalah dalam doa kepada-Nya. Dia tidak meminta kita menutupi luka, tetapi Ia mau kita datang kepada-Nya dengan jujur. Minta kekuatan dari Roh Kudus untuk memulihkan hati yang terluka. Putuskan untuk tidak menyimpan dendam, walau perasaan mungkin masih bergumul. Usahakan damai sekalipun mungkin masih sulit untuk bisa langsung kembali dekat. Nyalakan kembali harapan dan melangkahlah dalam ketaatan. Dan Ingatlah terus kasih karunia Tuhan yang begitu besar yang memampukan kita untuk bisa mengampuni.

Pengampunan membuka pintu bagi damai sejahtera dalam keluarga. Daripada terus menyimpan luka ataupun saling menyalahkan, Allah merancangkan sebuah jalan pemulihan melalui pengampunan. Hari ini adalah kesempatan untuk memulai—karena damai sejahtera Tuhan akan hadir di hati dan rumah yang mau saling mengampuni. Amin.

Ev. Stefannie Lulu Tanamas, S.Th

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *