Renungan Minggu, 6 Maret 2022

Matius 4 : 17

Seperti anjing kembali ke muntahannya, demikianlah orang bebal yang mengulangi kebodohannya. Ini adalah bagian aforisme yang muncul dalam kitab Amsal 26 : 11. Tekanan yang ada dalam kalimat itu adalah: kebodohan adalah hal yang tak semestinya dilakukan ketika sudah tahu dan memahami apa yang ada. Kebodohan sering muncul memang bukan karena tidak tahu, tapi karena kekerasan hati yang disengaja demi pemuasan segala hawa nafsu kedagingan yang ada. Jauhlah kiranya hal itu dari kita orang yang sudah menerima DIA sebagai Sang Juruselamat.

Yesus, yang baru selesai melakukan puasa selama 40 hari dan 40 malam (Matius 4 : 1 – 11), yang berhasil menaklukkan segala tawaran dari Iblis. Penaklukan yang Yesus lakukan bukan dengan mengunakan kuasa yang ada dalam diri-Nya tapi Ia memakai pengetahuan yang sungguh-sungguh Ia ketahui yaitu apa yang terdapat dalam Firman yang sudah disabdakan (lihat ayat 4, 7 dan 10). Apa yang Ia ketahui bukan untuk sekedar diingat namun itu dihidupinya. Ia menjadi teladan dalam tahu dan mengetahui Firman dan mewujudkan-nya dalam setiap kisah kehidupan.

Cerita berlanjut ketika Yesus, mendengar kabar bahwa Yohanes telah ditangkap (12), maka Yesus menyingkir bukan untuk bersembunyi dan berdiam diri. Namun dicatat bahwa mulai saat itu DIA menyampaikan ajakan untuk bertobat kepada semua orang karena Kerajaan Sorga sudah dekat. Kerajaan sorga dalam hal ini bukan dalam artian kerajaan seperti Kerajaan Daud, namun lebih kepada Allah yang akan memerintah hati dan kehidupan umat manusia yang tidak lagi menjadi bodoh dalam sikap dan perbuatan-nya. Panggilan bertobat itu sangat kuat di masa ini, dunia semakin tak menentu arahnya, semua berlomba untuk menunjukkan kuasa-nya. Dan sayangnya itu bukan menghadirkan kerajaan Allah di dunia ini dengan adanya shalom. Tahu kah untuk melakukan itu? Sepertinya tahu dan bisa, tapi belum mau dan belum berkehendak para manusia. Tidaklah bagi kita, harusnya pertobatan sudah terjadi dan berdampak dalam hidup. Mari!

Pdt. Elfriend P. Sitompul

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *