(Markus 10 : 17-27)
Hidup baik-baik saja, semua Hal yang direncanakan berjalan dengan baik, kondisi keuangan pun baik adanya, kesehatan juga demikian. Tidak ada masalah yang begitu berarti sepertinya dalam kehidupan. Namun ada yang dirasa kurang dan itu sangat menyiksa, ada ruang yang kosong yang tak bisa diisi. Mungkin kita pernah mengalami situasi seperti ini. Hidup yang tercukupi dengan segala yang ada sepertinya tak mendatangkan sukacita, namun sebaliknya ada rasa hampa dan hambar untuk semua itu.
Situasi seperti itu sepertinya sedang dirasakan oleh seseorang yang berlari-lari mendapatkan Yesus. Dari caranya untuk bertemu dengan Yesus ini, bisa dipastikan ada masalah besar dalam hidupnya dan ia merasa bahwa hanya Yesus yang dapat menyelesaikannya. Hidup yang kekal, itulah masalahnya. Bagaimanakah untuk memperolehnya? Itulah kegelisahannya (17). Dalam dialognya dengan Yesus, kita melihat bahwa Yesus memberikan jalan dengan taat pada aturan (hukum Taurat) untuk selalu dilakukan, yang itu ternyata sudah dilakukannya sejak masih muda (19-20). Menjual seluruh harta, membagikan kepada orang miskin dan mengikut Yesus, ternyata itu bagian yang sulit untuk dilakukannya karena hartanya sangatlah banyak (21-22).
Ruang kosong atau bisa dibaca dengan kehampaan dari kisah ini, ternyata bisa di isi dengan hidup secara total pada Tuhan. Semua yang ada dan dimiliki tidak menjadikan diri terikat, tapi hidup tetap fokus padaNya. Semua disadari hanya titipan, kepercayaan dari Tuhan. Maka yang perlu dan sangat perlu adalah “menghambakan” diri padaNya selalu. Maka semua yang ada dan dimiliki itu tidak menarik hidup untuk masuk dalam ruang kosong, tetapi sebaliknya semua yang ada itu tetap menjadikan hidup bersukacita, sekalipun mungkin semua yang ada itu hilang karena situasi dan keadaan yang ada.
Beriman dan siap melepaskan.
Pdt. Elfriend P. Sitompul