Bahan Komsel Jumat Agung:

Lihatlah Manusia Itu (Yohanes 18 : 38b – 19:16a)!

Bahan Diskusi (15 menit):

  1. Mengapa Tuhan Yesus harus mati disalib?
  2. Apa hubungan antara Hari Raya Passover (Paskah) di jaman Taurat dengan Paskah di Perjanjian Baru?
  3. Pengalaman seperti apa yang Yesus lalui saat ini mengalami penderitaan salib?
  4. Siapakah yang seharusnya ada di kayu salib tersebut?

Renungan Firman (10 menit):

Waktu itu di tanah Mesir, umat Israel sedang mengalami penderitaan yang sangat hebat. Mereka dengan kejam ditindas dan dipaksa bekerja berat. Dan setiap kali ada perempuan Ibrani yang hendak melahirkan anak, itu bukanlah momen yang mem-bahagiakan, tapi justru menakutkan sebab Firaun telah memberi perintah kepada para bidan yang membantu proses bersalin mereka untuk membunuh setiap anak laki-laki namun membiarkan setiap anak perempuan hidup (Keluaran 1 : 9-22). Dan sampailah teriak mereka minta tolong pada TUHAN dan diutus-Nya lah Musa untuk membebaskan umat Israel dari perbudakan Mesir. TUHAN mengutus Musa untuk menghadap Firaun, Sang Penguasa Mesir, meminta pembebasan umat-Nya. Namun Firaun berkeras hati dan TUHAN pun berperkara terhadap tanah Mesir. Dilakukan-Nya tanda-tanda ajaib berupa 10 tulah, dimana pamungkas-nya adalah kematian anak sulung di setiap rumah di seluruh tanah Mesir.

Hanya ada satu cara untuk menghindarkan kematian anak sulung tsb, yaitu: dengan setiap keluarga mengurbankan seekor anak domba jantan, tidak bercela, berumur setahun (Keluaran 12:5). Darahnya diambil sedikit dan dibubuhkan pada kedua tiang pintu dan pada ambang atas, pada rumah-rumah dimana orang memakan-nya. Dagingnya harus dimakan pada malam itu juga, yang dipanggang harus dimakan dengan roti tidak beragi dan sayur pahit, dan tidak boleh meninggal-kan apa-apa dari daging itu sampai pagi, dimana yang tertinggal harus dibakar habis dengan api. Mereka memakannya dengan pinggang berikat, kaki berkasut dan tongkat di tangan, buru-burulah kamu memakannya, itulah Paskah bagi TUHAN.

TUHAN berfirman, “Sebab pada malam ini, Aku akan menjalani tanah Mesir, dan semua anak sulung, dari anak manusia sampai anak binatang, akan Kubunuh, dan kepada semua allah di Mesir akan Kujatuhkan hukuman, Akulah TUHAN. Dan darah itu akan menjadi tanda bagimu pada rumah-rumah dimana kamu tinggal: Apabila Aku melihat darah itu, maka Aku akan lewat dari pada kamu (pass over). Jadi tidak akan ada tulah kemusnahan di tengah-tengah kamu, apabila Aku menghukum tanah Mesir. Hari ini akan menjadi hari peringatan bagimu. Kamu harus merayakannya sebagai hari raya bagi TUHAN turun temurun. Kamu harus merayakannya sebagai ketetapan untuk selamanya (ayat 12-14).

Pertanyaan untuk Direnungkan (10 menit):

  1. Sudahkah Anda melihat korelasi antara peristiwa Paskah di Mesir tsb dengan kematian Anak Domba Allah (Lamb of God) di kayu salib?
  2. Apa arti darah yang tercurah tersebut?
  3. Apa yang terjadi ketika tidak ditemukan darah pada ‘tiang rumah dan ambang pintu atas’ di setiap rumah tangga keluarga kita?
  4. Apakah ada cara lain menghindar dari Murka Allah (destroyer) yang akan membunuh setiap anak sulung di Mesir?

Kesimpulan (25 menit)

Segera setelah mereka melakukan segala yang TUHAN perintahkan, maka Allah mengutus Murka TUHAN memasuki setiap rumah yang tanpa tanda darah dan membunuh setiap anak sulung-nya. Dan pada malam itu, kedengaranlah seruan yang hebat di Mesir sebab tidak ada rumah yang tidak ada kematian (Kel 12:30). Lalu dipanggil Firaun lah Musa dan Harun, “Bangunlah, keluarlah dari tengah-tengah bangsaku, baik kamu maupun orang Israel, pergilah, beribadahlah kepada TUHAN, seperti katamu itu. Bawalah juga kambing dombamu dan lembu sapimu, seperti katamu itu, tetapi pergilah! Dan mohonkanlah juga berkat bagiku”. Dan orang Mesir pun mendesak mereka dengan keras, menyuruh bangsa itu pergi dengan segera. Dan TUHAN membuat orang Mesir bermurah hati, diberikannya mereka emas dan perak serta kain-kain. Demikianlah mereka merampasi orang Mesir itu dan berangkat meninggalkan Mesir dipimpin oleh Musa. Malam itu malam berjaga-jaga bagi TUHAN untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir. Itulah juga malam berjaga-jaga bagi semua orang Israel, turun temurun, untuk kemuliaan TUHAN.

Ya, Paskah adalah hari dimana anak domba dikurbankan, hari dimana Mesir dijatuhi hukuman oleh TUHAN dan juga hari dimana bangsa Israel dimerdekakan dari perbudakan Mesir bahkan mereka ‘menjarah / melucuti’ segala harta Mesir dan menjadikan mereka tontonan umum. Hari ketika murka Allah melewati (pass over) mereka yang memiliki tanda darah namun membunuh siapapun (besar kecil, kaya miskin, tuan hamba) yang tidak bertanda darah. Satu sisi adalah penghakiman, satu sisi adalah pembebasan. Dan peristiwa itu selalu diperingati oleh bangsa Israel secara turun temurun hingga sekarang.

Tanpa kematian anak domba, tanpa darah yang tercurah, tidak akan ada penebusan dosa dan kita semua adalah objek murka Allah, seteru Allah, terjual di bawah perbudakan iblis karena segala dosa dan pelanggaran kita. Tapi syukur pada Allah, Dia mengerti segala pergumulan dan teriak kita minta tolong, diutusnya Sang Firman jadi manusia untuk menjadi kurban Paskah bagi kita. Ia mati supaya kita hidup, Ia dibuang supaya kita diselamatkan, Ia mengalami keterpisahan dari Allah karena tanggungan dosa kita ditimpakan kepada-Nya. Ia lah Kristus Yesus yang kita peringati kematian-Nya pada Jumat Agung ini. Karena kita ini berharga di mata-Nya, Ia rela meninggalkan Rumah Bapa-Nya, meninggalkan kesetaraan-Nya dengan Allah, mengosongkan diri dan mengambil rupa menjadi manusia, bahkan menjadi hamba, menjalani kehidupan tidak bercacat dan bercela, demi layak menjadi kurban tebusan dan mati disalib. Ia melakukan segala-galanya demi kita. Sudahkah kita mengerti? Adakah respon kasih kita dalam membalas segala kasih dan pengorbanan-Nya? Amin.

Bahan Komsel Paskah:

Sebab Dia Hidup (Yohanes 21 : 1 – 14)

Bahan Diskusi (15 menit):

  1. Apa yang dialami dan dirasakan oleh para murid setelah penyaliban dan kematian Tuhan Yesus Kristus?
  2. Bagaimana mereka menjalani kehidupan mereka pasca Guru dan Tuan mereka mati disalib? Adakah sukacita dan pengharapan dalam mereka?
  3. Apakah para murid saat itu masih memiliki iman dan kepercayaan terhadap setiap Firman dan Janji Allah?
  4. Seberapa pentingkah kebangkitan Yesus bagi mereka?

Renungan Firman (10 menit):

Jika kita meng-rekonstruksi peristiwa menjelang penyaliban Yesus 2000 tahun yang lalu di Yerusalem melalui sudut pandang para murid, sungguh ada banyak perubahan event terjadi. Dimulai dari posisi puncak ketika mereka menerima sambutan yang sangat meriah dari penduduk Yerusalem bahwa calon Raja Yahudi yang baru sedang berjalan masuk ke ibukota untuk merebut kekuasaan serta membebaskan umat-Nya dari penjajahan Romawi, membawa pemulihan kembali bagi Kerajaan Daud. Betapa para murid merasa terhormat menjadi Ring 1-nya Tuhan. Berlanjut dengan sukacita perayaan perjamuan Paskah di ruang atas dimana Yesus membasuh kaki dan memecahkan roti serta meminum anggur bersama-sama. Momen keintiman dan kebersamaan yang sungguh indah.

Tapi segera setelahnya, terjadilah pembalikan event. Musik yang tadinya anggun dan khidmat berubah menjadi dentuman beat yang semakin lama semakin cepat. Dan whuss!! Mendadak hening. Para murid masuk dalam keheningan sebuah taman bernama Getsemani dimana Yesus mengalami pergumulan yang sangat hebat dalam batin-Nya. Ia tahu bahwa waktu-nya sudah tiba dimana Ia harus menyelesaikan pekerjaan yang Bapa berikan, mengalami penderitaan salib dan mati. Ia meminta murid-murid-Nya berjaga-jaga, mengambil bagian dalam pergolakan batin-Nya namun mereka tidak mengerti, malah mengantuk dan tertidur.

Dalam tidur-nya, tahu-tahu terdengarlah suara derap langkah serdadu tentara datang mengepung, bersenjatakan lengkap, hendak menangkap Yesus. Drep..drep.. drep.. Masih dalam keadaan para murid berusaha tersadar dari tidurnya, tiba-tiba muncul sesosok pria yang sangat familiar datang mendekati Yesus dan mencium pipi-nya. Ya, dialah Yudas Iscariot, murid yang menjual Yesus. Sontak para prajurit  langsung bergerak dan menangkap Yesus dan terjadilah kericuhan. Para murid berusaha membela Tuan-nya. Blas!! Tanpa sengaja, Petrus memotong telinga seseorang di sana. Terdengar teriakan kesakitan! Tidak lama kemudian tampak pula Yesus mengambil telinga yang putus di tanah tsb dan menempelkan-nya kembali. Masuk dalam momen terheran-heran namun tetap Ia ditangkap dan harus menjalani rentetan proses sidang peradilan, bermula dari Pilatus, dioper ke Herodes dan dikembalikan kepada Pilatus. Sidang kilat disertai tuduhan palsu, cemooh dan aniaya. Keputusan telah dibuat. Yesus harus mati disalibkan.

Para murid di luar hanya bisa mengamat-amati, namun ternyata mereka dikenali oleh orang banyak sebagai Ring 1-nya Yesus, dan karena takutnya mereka akan konsekuensi mengenal Yesus, maka gugurlah semua iman mereka, mereka menyangkal-Nya dan lari kabur, hanya dari kejauhan melihat Tuan-nya disiksa, berjalan memikul salib-Nya naik ke bukit Golgota dan akhirnya mati tergantung di salib. Wow! Rentetan momen yang penuh pergolakan dalam setiap hati para murid. Yesus yang dipercaya menjadi Raja, mampu melakukan banyak mujizat, justru tergantung lemah tidak berdaya, mati disalibkan dengan olok-olok, “Orang lain ia selamatkan, tetapi diriNya sendiri tidak dapat Ia selamatkan! Ia Raja orang Israel? Baiklah Ia turun dari salib itu dan kami akan percaya” “Hai, Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari, selamatkanlah diriMu. Jikalau Engkau Anak Allah turunlah dari salib itu!”

Pertanyaan untuk Direnungkan (10 menit):

  1. Jika Anda ada dalam posisi murid pada saat itu. Melihat Tuan Anda mati disalib. Dia yang biasanya membela dan melindungi Anda justru tidak berdaya. Apa yang Anda rasakan?
  2. Dan jika selama ini pemikiran Anda dipenuhi, “waktu nanti Yesus naik jadi raja, aku mau duduk di sebelah kanan-Nya dan dia di sisi kiri-Nya” tapi mendadak mimpi akan Kerajaan itu tidak terjadi bahkan Anda ada dalam tuduhan pemberontakan melawan Kekaisaran Romawi. Apa yang akan Anda lakukan?
  3. Begitu juga dengan Maria, yang darinya telah diusir banyak roh jahat. Ia yang mengiring Yesus kemana pun Yesus berkeliling, mendengar pengajaran-dan melihat banyak mujizat yang dilakukan-Nya. Sekarang sosok itu tiada. Siapakah yang akan melindunginya? Siapakah yang akan menghiburnya?
  4. Dimanakah janji penyertaan-Nya? Dimanakah setiap Firman dan pengajaran-Nya? Layakkah pengajaran tersebut dianggap sebagai kebenaran jika ternyata Sang Pengajar-nya justru mati?

Kesimpulan (25 menit)

Momen Yesus disalib adalah skenario yang tidak pernah ada dalam pemikiran para murid dan pengikut Yesus yang lain. Selama ini mereka tidak pernah melihat Tuan-nya menderita, bahkan justru sebaliknya, Tuan-nya selalu ada di posisi unggul, dimana ada Yesus, di situ ada kelepasan dan kemerdekaan. Mereka hanya melihat 1 kemungkinan, yaitu: asalkan ‘nempel’ terus dengan Yesus, masa depan cerah. Asalkan terus menjadi Ring 1-Nya Yesus, maka segala keagungan, kehormatan dan kejayaan akan mereka alami. Ya, momen Yesus disalib dan mati adalah momentum mereka tersambar geledek, shock berat. Tidak percaya dan mustahil itu bisa terjadi.

Dan momen ketika mereka melihat Yesus dikafani dan dikuburkan, semakin menempelak dan meyakinkan mereka bahwa harapan mereka telah binasa. Mereka sekarang mengalami ketakutan akan masa depan. “Dulu seandainya tidak kutinggalkan profesi menjala ikan, tentu sekarang aku tidak kuatir mencari nafkah”. “Dulu seandainya aku tidak ikut arak-arakan masuk kota Yerusalem, aku tidak akan dijadikan target tersangka pemberontakan oleh tentara Romawi”. “Aku takut, aku bingung”. Dalam ketakutanku, aku bersembunyi di ruangan kosong, berjaga-jaga dari tentara Romawi. Dalam kebingunganku, aku berusaha realistis, kembali menekuni profesi lama, kembali menjala ikan dan menjadi orang biasa.

Maka ketika mereka melihat sesosok yang tidak asing memanggil dan menyuruh mereka melemparkan jala setelah seharian tidak mendapat ikan serta mujizat terjadi — tepat seperti ketika mereka pertama kali dipanggil dahulu. Mereka mengalami flashback, mereka segera mengingat segala perkataan Yesus tentang kebangkitan-Nya. Dan ada sesuatu yang menyeruak keluar dalam roh mereka, “Yesus telah bangkit”. Dan sebab Dia bangkit, aku yang tadinya tanpa pengharapan dan tidak punya hari esok, sekarang hari esok adalah sebuah kepastian dan penyertaan Dia pasti sempurna sampai kesudahan jaman. Pertanyaan-nya: apakah rhema Paskah 2022 untuk Anda secara pribadi? Sudahkah Anda melihat kuasa kebangkitan-Nya? Tuhan Yesus memberkati. Amin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *