Tubuh-ku adalah Bait-Nya Allah (1 Korintus 6 : 12 – 20)
Bahan Diskusi (15 menit):
- Mengapa seseorang bisa sakit dan meninggal?
- Kapan seseorang akan meninggal?
- Apa itu tubuh? Apa itu jiwa? Dan apa itu roh?
- Apa kerinduan Allah terhadap umur dan kesehatan kita?
Renungan Firman (15 menit):
Di masa pandemi seperti sekarang ini, khususnya di periode awal, tidak sedikit orang yang mempertanyakan “dari mana datangnya penyakit coronavirus ini?” “mengapa seseorang dapat terkena penyakit?” Terlebih di masa-masa puncak ledakan Covid lalu, orang semakin bertanya “mengapa seseorang harus meninggal?” “Apakah umur manusia itu?” Pertanyaan-pertanyaan kritis tsb menandakan bangkitnya kesadaran tentang arti hidup dan bagaimana menjaga kehidupan tetap berlangsung dalam diri kita, tentang bagaimana menjaga diri agar tetap sehat dan terus kooperatif sampai akhir hayat, dimana beberapa caranya adalah melalui olah raga, memiliki pola hidup dan makan yang sehat, dsb.
Ya, ada banyak cerita hidup dimana seseorang dengan masa lalu kelam – terlanjur merusakkan dirinya dengan segala macam jenis narkoba, alkohol, free sex, dsb – kemudian mengalami Tuhan dan memiliki kerinduan untuk melayani-Nya, namun terbatasi oleh fisiknya yang telah “keropos”. Semangat mengasihi TUHAN-nya sungguh besar, tapi sayang, tubuh fisiknya tidak dapat diajak bekerjasama untuk menghantarkan-nya hingga usia lanjut. Di pertengahan usia-nya, ia sudah ‘dipaksa’ mengakhiri masa bakti dan pengabdian-nya terhadap Tuhan di dunia ini.
Itu pula yang mendorong manusia post-modern ini untuk tidak hanya sekedar melakukan olah raga, tapi juga olah jiwa (pikiran, perasaan dan kehendak) – untuk meningkatkan performance tubuhnya. Dalam olah pikiran-nya: manusia berusaha berpikiran positif, mencari makna (meaning) dalam setiap kejadian di hidupnya. Dalam olah rasa-nya, manusia berusaha mengontrol emosi-nya (tidak cepat marah, tidak cepat panik, menolak takut, dsb). Dalam olah kehendak-nya, manusia juga mulai tidak ngoyo dan belajar pasrah serta lebih fleksibel terhadap apapun yang kehidupan beri. “Mens sana in corpore sano” — sebuah frasa latin yang berarti: dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat.
Pertanyaan untuk Direnungkan (10 menit):
- Jika manusia telah menemukan cara untuk mengolah tubuh, bahkan juga olah jiwa. Bagaimana dengan olah roh-nya?
- Apakah Allah menghendaki seseorang untuk sakit bahkan meninggal?
- Bagaimana mekanisme pemulihan yang seringkali Yesus demonstrasikan ketika berurusan dengan orang sakit?
- Apa respon terbaik kita jika kita mengalami penyakit yang sudah sekian lama bernaung dalam tubuh kita?
Kesimpulan (20 menit):
Return to zero (kembali ke titik nol) — sebuah pandangan bahwa untuk seseorang dapat mengerti hal terumit sekalipun, hal paling mendasarnya adalah: menemukan titik nol-nya. Ibarat ada gulungan tali rafia yang telah kusut berantakan namun ingin diurai dan ditata kembali, hal pertama yang harus dilakukan adalah mencari ujung pangkalnya dan dari situ mulai proses penguraian satu per satu. Dengan pendekatan yang sama, untuk seseorang dapat memahami tentang kompleksitas penyakit dan kematian, maka langkah terbaiknya adalah kembali ke titik nol, yaitu: ke titik penciptaan, ke kehidupan Adam dan Hawa di Taman Eden.
Pada mula-nya Allah tidak men-design Adam (manusia) untuk sakit dan mati, Allah bahkan tidak menciptakan makhluk apapun (bakteri, virus, dsb) untuk berlaku jahat satu terhadap yang lain, semua ada dalam tatanan Allah dan Allah memberi mandat pada manusia untuk mengelola dan berkuasa atas segala makhluk ciptaan lainnya. Kejatuhan manusia lah yang merusak tatanan ilahi tersebut. Manusia jatuh dalam dosa dan “dihukum” Allah dengan sebuah keputusan ilahi: manusia ditetapkan untuk mati, sengsara dan dukacita. Namun Tu(h)an yang memberkati akan turun dan mengajar. Yang oleh kematian-Nya, akan membawa yang putus asa dan hilang harapan mendapat kelepasan, kelegaan dan penghiburan.
Ya, upah dosa adalah maut / kematian kekal. Manusia karena jatuh dalam dosa, ia juga membuka celah untuk maut masuk dan bekerja dalam kehidupannya. Bukankah biologi-pun membenarkan hal tsb: bahwa setiap menitnya ada 300 milyar sel dalam tubuh kita mati namun di sisi sebaliknya ‘kuasa kebangkitan”, “roh yang menghidupkan” juga bekerja melakukan regenerasi sel menggantikan yang mati tsb?
Tapi apakah kematian itu “murni” sebuah hukuman? Wow, syukur pada Allah, dalam hikmat-Nya yang luar biasa, justru Allah menjadikan kematian sebagai solusi. Bayangkan bila manusia yang sudah jatuh ini diberi kehidupan yang kekal, manusia tidak punya jalan untuk keluar dari tubuh corrupted-nya. Dan bahkan karya keselamatan Yesus pun hadir melalui “kematian-Nya di kayu salib”. Ya, kematian bukanlah hal menakutkan, justru sebuah pintu untuk berpindah ke kehidupan bersama Allah. Dengan kata lain: Allah tidak menghendaki seseorang untuk sakit, justru Allah melalui Yesus hendak menyatakan bahwa Ia melawan segala bentuk kelemahan dan kesakitan untuk terus ada dalam manusia. “Maka tersiarlah berita tentang Dia di seluruh Siria dan dibawalah kepada-Nya semua orang yang buruk keadaan-nya, yang menderita pelbagai penyakit dan sengsara, yang kerasukan, yang sakit ayan dan yang lumpuh, lalu Yesus menyembuhkan mereka (Matius 4:24).”
Lantas bagaimana cara kita mengolah roh(ani) kita? Rasul Paulus berkata, “latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah (godliness) itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang (1 Timotius 4:8)”. Melatih roh kita untuk selaras dengan setiap gerakan Roh Allah adalah sebuah perjalanan, dibangun atas dasar intimasi seperti yang nats pembimbing kita katakan. Seperti analogi ketika seseorang mengikatkan diri dengan perempuan cabul, sesungguhnya mereka telah menjadi satu daging. Demikian pula, orang yang mengikatkan diri dengan Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia – roh manusia-nya dengan Roh Kudus bersatu dalam tubuh jasmani-nya, menjadikan-nya Bait Allah dan dari situ ia membawa Allah kemana pun dan dimana pun ia ada.
Inside out (dari dalam keluar). Segala sesuatu dimulai dari dalam, ketika rohani seseorang sehat, maka segala pikiran, perasaan dan kehendak-nya pun akan sehat, dan terakhir tubuh jasmani-nya pun akan mengikuti. Meskipun faktor degeneratif terus bekerja karena kejatuhan Adam, tapi kuasa kebangkitan dan roh kehidupan yang ada di dalam kita dalam persekutuan-nya dengan Allah akan menyeruak dan mengalahkan-nya. Boleh manusia jasmani kita semakin merosot, tenda tubuh kita menjadi usang, tapi manusia rohani kita semakin kuat, Bait Allah semakin besar dan dinyatakan dalam kita. Ya, mati adalah keuntungan, hidup adalah Kristus. Amin.