Bertobatlah! Sebab Kerajaan Allah sudah Dekat (Matius 4 : 17)

Bahan Diskusi (15 menit):

  1. Bagaimana kehidupan kerohanian Anda saat ini? Dapatkah Anda saat ini menghadap Tuhan tanpa hambatan dan ganjalan atau justru sedang ada sekatan yang membuat Anda bahkan tidak bisa berdoa?
  2. Adakah satu dosa atau perilaku yang sudah sekian lama ingin Anda tinggalkan tapi terus berulang dalam siklus tobat-kumat (tomat)?
  3. Mengapa itu bisa terjadi? Karena kurang taat, kurang beriman, kurang praktek Firman, atau …?
  4. Apa yang harus dilakukan untuk bisa menang?

Renungan Firman (15 menit):

Kegagalan terbesar orang Kristen dalam mengikut Tuhan adalah: terus berusaha menanggulangi dosa dan percaya bahwa ia mampu menghidupi kehidupan yang berkenan kepada Allah. Setiap hari bertekad harus lebih kudus, lebih suci, lebih rohani — sebuah kehidupan yang melelahkan; kehidupan yang selalu merasa diri kurang dan masih bisa lebih baik dalam menyenangkan Tuhan. Secara lahiriah itu tampak keren, saat yang lain tampak ‘kotor’ dan kesulitan untuk lepas dari jeratan dosa, ia sebaliknya, selalu sanggup ‘mempertontonkan’ sebuah kehidupan agamawi yang taat dan saleh, apalagi didukung dengan atribut rohani seperti kalung salib, punya jabatan gerejawi, aktif di kegiatan misi dan pelayanan sosial, serta selalu menyelipkan “Puji Tuhan” dalam setiap perkataan-nya – semakin tampak sempurna lah ia.

Tapi apakah benar ia sedemikian sempurna? Everybody has a dark side (setiap orang memiliki sisi / rahasia gelap). Rahasia tentang ‘satu saja yang masih kurang’, yang seberapa pun ia coba untuk menang, ia selalu gagal. Seperti anak muda kaya yang datang kepada Yesus dengan segala kelebihan perbuatan baik-nya, tapi Yesus menunjuk dengan tepat, “hanya satu lagi kekurangan-mu: … (Markus 10 : 21)“. Ya, selalu ada satu saja yang setiap kita masih kurang dan di situlah letak ‘penderitaan batin’ kita. Seorang pengerja berkata, “bro, semua dosa seperti judi, narkoba, korupsi, apalagi membunuh, mencuri, dusta, mabuk — jauh lah itu dari gw, tapi ini ada satu hal yang gw jatuh bangun terus. Kadang tobat, kadang kumat. Gw ga bisa lepas dari panti pijat. Satu aja itu doank, asalkan itu beres, gw enak ngadep Tuhan-nya”. Jemaat yang lain berkata, “gw juga sama, asalkan pornografi dihapus dari definisi dosa, gw aman. Cuma itu doank yang gw jatuh bangun” Yang lain berkata, “kalau gw pengen menang dari rokok, bro”. Ya, tiap orang minimal punya satu kelemahan terbesar, tempat dosa berulang kali masuk dan menggocoh-nya. Entah itu dosa kuatir, dosa gosip, dosa zinah, dosa pornografi, dosa takut / cemas, dosa tidak percaya Firman, dsb – tapi selalu ada ‘hanya satu lagi kekurangan-mu’.

Pertanyaan untuk Direnungkan (10 menit):

  1. Kapan terakhir kali Anda berbuat dosa? Berapa rekor waktu terlama Anda tidak berdosa? 1 jam, 1 hari atau … ?
  2. Bagaimana cara Anda menang dari ‘dosa yang satu saja’ itu?
  3. Apa yang terjadi ketika kita sudah bertobat tapi kembali mengulangi kesalahan yang sama?
  4. Dapatkah seseorang menjalani kehidupan tanpa dosa sepanjang hari?

Kesimpulan (20 menit)

Seruan “bertobatlah! Sebab kerajaan Allah sudah dekat — sungguh kita amini dan rindu kita lakukan. Itu adalah pemberitaan pertama yang Yesus sampaikan tepat setelah Ia dibaptis dan melewati pencobaan di padang gurun. Sebelum Ia mengajar banyak hal, sebelum Ia melakukan berbagai mujizat, sebelum Ia berkarya, semua dimulai dari seruan “bertobatlah! Kerajaan Allah sudah dekat”. Pertobatan menjadi titik fokus berita awal yang disampaikan oleh Yesus, baru setelahnya Injil Kerajaan Allah. Bertobat dahulu, Injil Kerajaan Allah selanjutnya — tidak terpisahkan.

Sudah banyak kali kita melakukan pertobatan, bahkan mungkin sampai kita malu untuk datang menghadap Tuhan lagi. Kita rindu memiliki kehidupan yang berkenan pada TUHAN, menjalani kehidupan tanpa dosa. Tapi itu seperti meminta seseorang mengangkat beban 1 ton dengan kedua tangan-nya, sesuatu yang melebihi kekuatan-nya. Bukannya menyerah, justru terus memaksa; sudah tahu tidak akan mampu, tapi terus berusaha. Itulah yang menjadi dasar “penderitaan batin” kita.

 Seorang pendeta yang mengerti pergumulan batin ‘si pendosa’ yang kerepotan tobat-kumat ini lantas mengajaknya berkunjung ke rumah duka, melihat seseorang yang sudah terbujur kaki di peti mati. Pendeta itu berkata, “pria yang terbaring kaku ini adalah seorang perokok berat. Setiap hari dia harus mengisap minimal 3 bungkus rokok. Berkali-kali dia berkomitmen untuk berhenti merokok, tapi berkali-kali pula dia langgar sendiri. Pikirannya ingin berhenti, tapi mulutnya nagih. Ia sangat frustasi karena selalu kalah. Namun saat ini dia sudah mati dan di tangan saya ada sebungkus rokok kesukaannya. Menurutmu, jika saya tawari dia rokok, apakah dia akan mengambilnya?” “Tentunya tidak, dia sudah mati. Sekalipun ditawari rokok termahal pun, tetap ia akan tidak dapat merokok”  jawab si pendosa itu.

Ya, hanya orang yang telah mati lah yang telah berhenti berbuat dosa (Roma 6 : 7). Dan di sinilah kunci menang Anda. Selama Anda melihat diri sendiri masih hidup, selama itu pula dosa selalu ada di dalam Anda. Tapi begitu Anda sadar bahwa Anda telah mati, Anda selesai berbuat dosa. Tidak perlu lagi tomat-kumat. Berdoalah seperti ini, “Ya Allah, aku mengucap syukur untuk kelemahan-ku ini, untuk “satu saja kekurangan-ku”. Saya terlalu suka rokok, hari ini suka rokok, besok pun suka rokok, bahkan sampai nanti pun tetap suka. Tapi saya bersyukur bahwa di dalam Engkau, saya telah mati. Saat Kristus mati di salib, saya pun mati bersama dengan Dia, saat tangan-Nya dilubangi paku, begitu pun tangan saya. Saat kepala-Nya dimahkotai duri, demikian juga kepala saya. Saya telah mati 2000 tahun yang lalu bersama Dia di kayu salib. Namun saya bersyukur bahwa saya pun dibangkitkan bersama Dia. Aku telah disalibkan dengan Kristus, namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku (Galatia 2 : 18 – 19).”

 Pertobatan tanpa mengerti Injil Kerajaan Allah, adalah siklus tobat-kumat. Segera setelah Anda bertobat, saat itu pula pahami bahwa Anda telah mati dan dibangkitkan bersama Kristus, menjadi bagian dalam Kerajaan Allah. Ketimbang setiap hari berdoa meratap memohon ampunan Allah untuk setiap dosa harian kita, bukankah seharusnya kita berdoa bersyukur, “Ya, Allah. Aku bersyukur bahwa Kristus telah mati bagiku. Dosa-dosaku telah dibayar lunas dan aku telah diampuni. Sekarang biarlah kemerdekaan yang Engkau berikan, aku pergunakan sebaik mungkin. Bekerjalah di dalam-ku. Tunjukkanlah diri-Mu besar di dalamku. Amin”.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *