Pelayanan dengan Kuasa Allah (Kisah Para Rasul 3 : 1 – 10)
Bahan Diskusi (15 menit):
- Apa yang membedakan pelayanan para murid sebelum dan setelah Pentakosta?
- Apa arti penting “Pentakosta” bagi para murid juga Gereja Tuhan?
- Mengapa Roh Kudus harus turun? Apa fungsi dan peran Roh Kudus?
- Apa jadinya jika Gereja Tuhan kehilangan peran dan kuasa Roh Kudus?
Renungan Firman (10 menit):
Manusia itu sungguh rentan. Dan dalam kerentanan-nya tsb, manusia “tergoda” untuk mencari atau bahkan memiliki kuasa adikodrati yang mampu melepaskan mereka dari segala kelemahan dan kerentanan mereka. Ketika orang terkasih sakit, “seandainya aku punya karunia healing, dia pasti aku sembuhkan” “seandainya janji Tuhan tentang menghidupkan orang mati itu benar, aku akan pergi ke rumah tetangga-ku dan membangkitkan ibu terkasih-nya” “seandainya aku bisa seperti Petrus, yang buta melihat, yang lumpuh berjalan, aku akan pulihkan mata orang buta yang duduk di depan pasar, demi nama Yesus ditinggikan” “seandainya aku punya kuasa mengubah 5 roti 2 ikan jadi konsumsi massal, aku akan kasih makan semua warga desa terdampak gempa besar tsb”
Bukankah Yesus sendiri berkata, “sembuhkan orang sakit, bangkitkanlah orang mati, tahirkanlah orang kusta, usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma (Matius 10:8)”. Dan ketika kita berargumen, tidak mungkinlah kita melakukan pekerjaan yang lebih besar daripada Tuhan Yesus “bisa ngikut teladan-Nya aja uda baik, berharap melebihi Dia dalam karya sich seperti orang lupa daratan”, Namun Yesus sendiri berkata, “sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar daripada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa, dan apa juga yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya, supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak. Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya (Yohanes 14:12-14).
Jika mengacu pada teori “supply and demand” dimana permintaan akan kebutuhan hadirnya kuasa Tuhan sangat besar, sementara kuasa tsb seharusnya ditawarkan oleh Gereja, maka seharusnya terjadi ruang pemenuhan kebutuhan tsb hingga terjadi “keseimbangan pasar”. Dunia membutuhkan demonstrasi kuasa Allah, sementara Gereja memiliki “kuasa Allah” tsb, maka Gereja seharusnya punya sesuatu yang tidak dimiliki di tempat lain, yaitu: ruang untuk bersinar, panggung untuk berkarya. Ya, gereja telah diberikan “dunamos” – Kuasa Allah melalui Roh Kudus, yang dari kata “dunamos” ini juga lahir kata “dinamit” – benda yang memiliki kekuatan dashyat dan “dinamo” – benda yang punya kekuatan untuk menggerakkan mesin.
Pertanyaan untuk Direnungkan (10 menit):
- Jika dunia punya kebutuhan yang besar akan hadirnya kuasa Allah di tengah mereka, dan Gereja punya solusi dan jawaban-nya. Mengapa masih ada jurang / gap yang besar antara permintaan dan penawaran tsb?
- Apa yang harus Gereja lakukan ketika menemukan ada orang sakit, orang mati, orang kusta, orang kerasukan di sekeliling mereka?
- Apakah Anda pernah mendoakan orang sakit untuk sembuh, orang buta untuk melihat, orang tuli untuk mendengar, dsb? Apa hasilnya?
- Ketika terjadi hal yang sebaliknya, bukannya mujizat terjadi, tapi justru iman percaya kita diuji dengan ketiadaan mujizat, bagaimana respon kita?
Kesimpulan (25 menit)
Melihat pelayanan Yesus dan para murid di muka bumi, sesungguhnya demonstrasi kuasa Allah sungguh tidak jauh dari mereka. Firman Allah yang mereka sampaikan selalu diteguhkan dengan hadirnya mujizat dan tanda-tanda ajaib. Ada penyampaian Firman Allah, ada demonstrasi kuasa Allah. Dan syukur pada Allah, melalui peristiwa kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus serta naik-Nya Ia ke surga, Roh Kudus yang tadinya hanya ada pada manusia Yesus, sekarang tidak terbatasi lagi oleh keterbatasan fisik manusia-Nya dan dicurahkan besar-besaran pada setiap orang pada peristiwa Pantekosta 2000 tahun yang lalu. Yesus berkata, “sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja, tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah (Yohanes 12:24)”. Melalui peristiwa kematian, biji gandum itu (Yesus) pun mati, tapi karena kematian-Nya tsb, Ia justru menghasilkan banyak buah. Ia naik ke surga agar Roh Kudus dapat turun. Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu. (Yohanes 16:7).
Kematian, kebangkitan serta kenaikan Tuhan Yesus justru memungkinkan Roh Kudus yang tadinya hanya ada pada manusia Yesus, sekarang dapat me-multiplikasi-kan diri menghasilkan banyak buah dalam diri setiap orang percaya. Roh Kudus yang memampukan Yesus melakukan banyak mujizat dan mengajar dengan penuh otoritas, sekarang telah dicurahkan secara besar-besaran pada Gereja Tuhan. Peristiwa baptisan Yesus dimana Roh Kudus turun atas-Nya, itupun dialami oleh jemaat Tuhan, melalui baptisan Roh Kudus. Roh Kudus yang sama, yang ada pada manusia Yesus, sekarang pun ada pada diri orang percaya. Dan tidak ada alasan untuk kita tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan seperti yang Yesus lakukan, bahkan yang lebih besar daripada itu.
Lantas kenapa Gereja sering merasa tidak berdampak, tidak berada di posisi otoritas? Salah satu-nya adalah karena Gereja pernah mencoba mendemonstrasikan kuasa Allah, berusaha menyembuhkan orang tapi gagal, mengusir setan tetapi tidak terusir, apalagi membangkitkan orang mati, sungguh tidak relevan untuk saat ini. Hal itu mempengaruhi keimanan mereka dan akhirnya mereka hanya fokus pada pengajaran dan karakter Kristus. Dan akhirnya terjadi generalisasi dimana Gereja akan berfokus pada pengajaran doktrin dan pendidikan karakter sementara untuk demonstrasi kuasa Allah, dll tempatnya di KKR (Kebaktian Kebangunan Rohani). Gereja sungguh telah menjadi pincang. Jika Gereja telah mencoba dan gagal, tidak sebaiknya putus asa dan menyangka Allah tidak berkenan, justru seharusnya bergumul semakin dalam dan bertanya, “mengapa kami tidak dapat mengusir setan itu (Matius 17:19)?” Dan jika dasarnya adalah karena kekurangpercayaan kita, ketimbang kita berasumsi bahwa karunia kesembuhan, kuasa pengusiran setan itu tidak ada lagi, bukankah lebih baik meminta, ‘tambahkan iman kami (Lukas 17:5)’.
Jemaat yang dikasihi Tuhan, saat ini dunia sedang menjerit karena himpitan beban hidup dan beban dosa, belum lagi ada gangguan sakit, gangguan serangan setan, dll –dunia membutuhkan Gereja yang berkuasa, Gereja yang memiliki “dunamos” seperti gereja mula-mula. Ketimbang kita mengasihani diri dan merasa standar kita sudah jauh ketinggalan dibandingkan gereja mula-mula, adalah terlebih baik, meminta Tuhan menunjukkan kembali kuasa-Nya, seperti yang seharusnya dialami Gereja. Jadilah Gereja yang memenuhi standar-Nya Allah, bukan Gereja yang terus membela diri, “ga masalah saya ga mengalami kuasa Allah dalam pelayanan saya, yang penting ada pengajaran doktrin yang sehat dan pendidikan karakter yang unggul”. Bukankah lebih baik meminta, “Tuhan, ijinkan aku mengalami segala hal yang tertulis di Alkitab. Jejak-jejak Tuhan boleh aku alami dan tapaki satu per satu. Persekutuan penderitaan salib-Mu saya mau, kuasa kebangkitan-Mu pun aku mau alami.” Amin.