HIdup adalah Kesempatan (Efesus 5 : 14 – 21)
Bahan Diskusi (15 menit):
- Apa itu hidup? Dapatkah kita terus menggenggam-nya erat-erat?
- Apa itu kesempatan? Apa yang terjadi ketika kesempatan itu terlewatkan?
- Menurut Anda: apa tujuan akhir hidup Anda?
- Apa alasan TUHAN memberi manusia kesempatan hidup ini? Apa yang TUHAN inginkan dari kehidupan manusia ciptaanNya?
Renungan Firman (15 menit):
Belum lama ini ada sebuah cuitan viral di Twitter tentang seorang pria yang menyesal melepas 3.019 Bitcoin miliknya untuk ditukar menjadi voucher Gemscool pada 29 April 2010 lalu. Ia menulis “andai tidak aku tukar ke voucher Gemscool saat itu (emoji menangis)”. Ya, saat itu Bitcoin sama sekali tidak menarik, bahkan ia kesulitan untuk menukarkan-nya dengan sebuah voucher game sekalipun, tapi sekarang ketika harga 1 Bitcoin kisaran IDR 900 juta, itu setara 2.7 triliun. Sesuatu yang awalnya dipandang remeh mendadak berubah menjadi sangat bernilai dan pria tsb kehilangan kesempatan untuk menjadi seorang triliuner.
Alkitab pun mencatat beberapa kisah penyesalan terbesar. Seandainya Adam dan Hawa tidak memakan buah pengetahuan baik dan jahat, seandaikan Esau tidak menjual hak kesulungan-nya kepada Yakub, seandainya Yudas Iscariot tidak mengkhianati Yesus demi 30 keping perak, dsb. Bahkan khusus mengenai Esau, Ibrani 12 mencatat “sebab kamu tahu, bahwa kemudian, ketika ia hendak menerima berkat itu, ia ditolak, sebab ia tidak beroleh kesempatan untuk memperbaiki kesalahan-nya sekalipun ia mencarinya dengan mencucurkan air mata (ayat 17)”.
Dalam banyak kejadian sebuah kesalahan masih dapat diperbaiki dan selalu ada kesempatan kedua: mobil yang penyok masih dapat dibuat mulus, atap yang bocor pun masih dapat ditambal kembali. Namun tidak demikian hal-nya dengan kehidupan ini dimana Sang Waktu melesat dalam satu garis lurus seperti anak panah menuju ke satu titik penghujung. Sekali ia telah melaju, ia tidak dapat ditarik mundur kembali. Bahkan penyesalan pun tidak berguna sama sekali. Ia tidak dapat merubah sesuatu yang telah terjadi. Pilihan dan keputusan yang telah dibuat bersifat mengikat dan mempengaruhi rentetan kejadian berikut-nya, saling berkaitan menciptakan masa depan. Ya, seperti kisahnya Abraham dan Ismail. Karena Abraham tidak paham akan rencana TUHAN tentang anak yang dijanjikan, ia dengan kekuatan daging-nya berusaha mendapatkan anak dari seorang gundik. Dan keputusan tsb menghasilkan jalan sejarah yang berbeda. Keturunan Ismail dan keturunan Ishak akhirnya berebut klaim mengenai pewaris sah janji TUHAN untuk kedatangan Sang Mesias, dan itu sesungguhnya membuat kompleksitas dunia ini bertambah.
Pertanyaan untuk Direnungkan (10 menit):
- Apakah ketika seseorang berbuat kesalahan yang berujung pada penyesalan, ia tidak punya pilihan lain selain menjalani jalan masa depan yang diciptakan-nya?
- Apa peran Allah dalam setiap keputusan manusia?
- Bagaimana seharusnya orang memandang kehidupan ini?
- Apa maksud kedatangan Tuhan Yesus ke dunia ini?
Kesimpulan (20 menit)
Opportunities don’t knock twice. Be ready to open the door the first time (kesempatan tidak datang dua kali. Siap sedialah untuk membuka pintu kali pertama) – Tempest. Sesungguhnya setiap kita hanya memiliki satu kehidupan untuk dijalani. Segera setelah ‘jatah’ hidup tsb terkonsumsi habis, kita langsung menjadi sejarah. Dunia tetap berputar dengan gagahnya, tidak tergoncangkan sedikit pun oleh kehilangan setiap kita. Ia seumpama roda besar yang siap melindas siapa pun yang telah kehabisan ‘stok waktu hidup’-nya. Generasi berganti generasi, manusia berganti manusia yang lain, namun setiap kita meninggalkan catatan unik di tangan Sang Pencipta. Hanya ada satu Adam (yang mendapat kesempatan menikmati taman Eden), satu Daud (seorang gembala yang menjadi Raja Israel), bahkan satu ‘nama kita masing-masing’, yang memiliki satu kesempatan hidup untuk menuliskan kisah kehidupannya sendiri: Anda ingin dikenal sebagai apa?
Mereka yang telah tiada, kita yang sedang ada, dan mereka yang saat ini belum ada – semua kita memiliki ‘waktu tampil’-nya sendiri, disesuaikan dengan rencana Allah bagi setiap jaman dan angkatan. Tapi tetap, setiap kita hanya memiliki satu kehidupan untuk dijalani, yang setelahnya, meskipun dengan bercucuran air mata kita mencarinya, kita tidak akan beroleh kesempatan lagi. Segera setelah masa hidup kita yang singkat ini habis, saat itu juga setiap record (catatan kehidupan) kita pun berhenti. Buku catatan kehidupan telah diakhiri, apapun alasannya – segera masuk halaman terakhir, dan titik! Orang lain hanya bisa membacanya, tapi kita sudah berhenti untuk dapat menulisnya.
Allkitab sesungguhnya adalah kitab catatan yang jujur tentang bagaimana Allah menuntun seseorang menulis kisah kehidupan-nya agar seturut rencana kehendak-Nya. Ya, Alkitab dengan gamblang mencatat alasan Allah memilih Daud, kehebatan Daud, bahkan kejatuhan-nya dan bagaimana Allah campur tangan menuntun Daud menyelesaikan setiap bab chapter kehidupannya. Ada banyak kali Daud tersesat dan menyimpang, tapi ada lebih banyak kali pula Allah mengkoreksi dan me-reroute jalan hidup-nya agar kembali ke track yang Allah sudah rancangkan – jalur kemaksimalan seorang Daud. Begitu pula dengan kisah kehidupan kita saat ini. Setiap kita memang hanya memiliki satu kesempatan hidup, tapi dalam kesempatan hidup tersebut, kita memiliki banyak pilihan dan kesempatan. Tidak ada seorang pun yang selalu benar dalam setiap keputusan-nya, bahkan mungkin lebih banyak keputusan salah yang dibuat serta kesempatan yang disia-siakan. Tapi syukur pada Allah, meskipun nasi telah menjadi bubur, Allah sanggup menambahkan-nya dengan ayam, cakue, kecap asin dan daging ayam serta kerupuk – untuk membuatnya menjadi lebih enak.
Itu terjadi karena Kristus Yesus yang datang — Ia tahu bahwa manusia sedang berjalan satu arah menuju kebinasaan. Ia tahu bahwa manusia telah carut marut benang kusut akan kehidupannya dan tidak bisa menolong dirinya sendiri. Ia tahu bahwa manusia merindukan tombol “undo” dan “reset” tapi tidak menemukannya di sistem dunia yang telah jatuh ini. Untuk itu, Ia harus turun, Sang Firman menjadi manusia, membawa “keselamatan” – mengembalikan manusia kepada rancangan awal-nya, rancangan yang telah Allah siapkan bahkan sebelum dunia dijadikan akan setiap kita. Ya, itulah Injil Kristus. Hidup memang hanya satu kali, tapi di dalam Yesus, kita memiliki banyak kesempatan baru untuk memperbaiki bahkan memaksimalkan-nya sampai kelimpahan. Yesus tidak hanya menawarkan tombol “undo” dan “reset” tapi ia pun menawarkan “rute tercepat” dan “rute terbaik” dalam kita menjalani hidup ini sampai kita berpulang menuju Rumah Bapa tanpa tersesat dan tanpa harus melalui jalan penuh onak duri dan semak belukar. Maukah Saudara? Tuhan Yesus memberkati. Amin.