Aku Mengasihi Bangsa-ku (Roma 9 : 1 – 5)

Bahan Diskusi (15 menit):

  1. Menurut Anda, bagaimana posisi Indonesia saat ini di antara bangsa-bangsa lain di dunia, seperti USA, China, Rusia, negara-negara Eropa, bahkan Malaysia?
  2. Apa saja kekurangan bahkan keburukan bangsa kita yang Anda tidak sukai?
  3. Apakah Anda bersyukur atau menyesal terlahir di bangsa ini? Sebutkan alasannya.
  4. Apa maksud Allah menempatkan Anda terlahir di Indonesia, bukan negara lain?

Pengantar Firman (10 menit):

Kata ‘Konsorsium 303’ sungguh sedang viral dan trending di masyarakat kita sekarang ini. Masyarakat dari semua kalangan umur sungguh mengikuti perkembangan berita Irjen Polisi FS, seorang Kristen yang terjerat kasus pembunuhan ajudan-nya, dituduh LGBT dan bahkan sedang didalami keterlibatan-nya sebagai ‘kaisar’ di dunia gelap tanah air. Polisi yang seharusnya mengayomi masyarakat justru dari pucuk pimpinan-nya sendiri sedang mempertontonkan ‘teladan sebaliknya’ – berusaha merekayasa TKP, membuat skenario palsu dan dengan geng-nya berusaha membungkam kebenaran. Bahkan ada dugaan kuat bahwa selama ini arus perputaran ‘uang haram’ dari bisnis judi, prostitusi, narkoba, miras dan lahan tambang pun tidak jauh dari lingkaran kekuasaan oknum petinggi polisi.

Orang memanggilnya “Negeri Wakanda”, “Ibu Pertiwi yang sedang bersusah hati” – negeri dimana segala bentuk ketidakadilan dan penyalahgunaan kekuasaan sungguh terjadi. Negeri yang terus stuck di level negara berkembang, GDP segitu-gitu aja, ekonomi dikuasai mafia kartel, pemerintahan dikuasai oligarki, agama radikal tumbuh subur, jurang kesenjangan strata ekonomi si kaya dan si miskin yang sangat lebar, ribut-ribut politik tanpa henti berebut jatah dan kursi antar parpol dan segudang problema lainnya – adalah isu-isu negatif yang terus diangkat oleh banyak ‘pengamat resah’ di negeri ini. Dari sisi kita sebagai rakyat, tahunya hanya disuruh taat bayar pajak bahkan dikejar harus bayar, subsidi dicabut, harga kebutuhan pokok ‘pindah harga’, Rupiah tidak membanggakan, paspor hijau ditolak di banyak negara lain dan apapun keputusan yang dibuat oleh petinggi negara, baik atau buruk, rakyatlah yang menanggung-nya, termasuk membayar hutang 7000 trilyun dimana setiap anak yang baru lahir saja sudah harus menanggung hutang (lahir tidak dalam keadaan freedom).

Di kalangan pemuda-nya, julukan “Generasi rebahan (yang hidup jalani hari ke sehari, malas berambisi)”, “Generasi Sandwich (yang dihimpit beban ekonomi keluarga orangtua-nya juga keluarganya sendiri)”, Generasi Selfie (yang selalu ingin update status dan upload foto pencitraan)” membuat generasi muda ini banyak dilanda mental health – “Generasi Strawberry (yang menarik namun rapuh)”. Mereka butuh ruang cerita tetapi dunia terlalu sibuk memikirkan dirinya sendiri. Masa sekarang penuh masalah, masa depan sungguh mengkhawatirkan.

Pertanyaan untuk Direnungkan (10 menit):

  1. Adakah hal yang baik yang dapat Anda saksikan kepada sekeliling tentang negeri Indonesia ini?
  2. Adakah alasan untuk Anda mencintai bangsa ini? Atau jika bisa memilih, Anda ingin menjadi warga negara tetangga semisal Singapura atau Australia?
  3. Bagaimana cara untuk memiliki hati bagi bangsa ini bahkan mengasihi-nya seperti para pejuang dan pahlawan di masa lampau?
  4. Apa hati TUHAN bagi Indonesia?

Kesimpulan (25 menit)

Tahukah Anda bahwa penyakit itu tidak hanya menyerang manusia, hewan atau tumbuhan saja. Bahkan negeri dan bangsa pun bisa sakit. Memang kita sedang melihat “Ibu Pertiwi sedang lara (bahasa Jawa = sakit)” tapi bukan berarti kita hanya cukup sampai melihat saja. Sebagai orang percaya, Allah rindu kita boleh berusaha ambil bagian dalam proses penyembuhan dan pemulihan-nya. Allah rindu hati-Nya atas negeri Indonesia ini boleh ditangkap dan dimiliki oleh setiap orang percaya. Allah butuh “Tubuh” untuk meng-eksekusi segala rencana ketetapan-Nya di surga sana boleh ter-terjemah-kan utuh di bumi ini. Ia sesungguhnya telah memiliki blueprint terbaik atas Indonesia ini, tapi Ia butuh orang-orang yang memiliki hati-Nya, yang mengerti kerinduan-Nya dan mau mewujudkan-Nya sampai terjadi bahkan rela memberikan seluruh hidup-nya demi terjadinya rencana TUHAN atas negeri ini. 

Paulus sungguh mengerti betapa bangsa-nya sangat religius. Dalam tradisi dan ibadah keagamaan, mereka sangat ketat dan taat melakukan-nya. Mereka pun memiliki banyak privilege sebagai umat pilihan Allah. Mereka telah menerima status sebagai anak, telah menerima kemuliaan. Ada perjanjian-perjanjian, ada Hukum Taurat, ada ibadah bahkan secara silsilah mereka adalah keturunan bapak leluhur (patriarkh) yang menurunkan Mesias. Namun walaupun mereka mengejar hukum tsb, mereka tidak sampai kepada hukum itu karena mereka mengejarkan bukan karena iman, tetapi karena perbuatan (Roma 9 : 31 – 32). Mereka salah mengerti kehendak Allah dengan menolak Kristus, yang walaupun telah diberitakan sedemikian rupa, mereka tetap menolak-Nya, mereka sulit untuk dibukakan oleh wahyu tsb. Dan Paulus sungguh berduka untuk kekerasan hati mereka. Seandainya mereka mengerti betapa sudah sedemikian dekatnya mereka dengan keselamatan yang telah dinantikan begitu lama, keselamatan yang kini ada di jaman mereka dan tinggal digapai saja dengan iman, namun mereka memilih untuk mengabaikannya. Dan Paulus sungguh rela ia saja yang dikutuk dan terpisah dari Kristus demi saudara sebangsa secara jasmani-nya beroleh selamat. Ia rela terpisah dari Allah dan terbuang jauh, asalkan mereka semua selamat. Sungguh besar hati Paulus ini bagi bangsa-nya.

Sama seperti Musa pula, yang berkata kepada Allah ketika berperkara atas keselamatan bangsa-nya, “Tetapi sekarang, kiranya Engkau mengampuni dosa mereka itu – dan jika tidak, hapuskanlah kiranya namaku dari dalam kitab yang telah Kautulis (Keluaran 32:32).” Wow! Keselamatan kekal yang dicari dan dikejar semua orang, tapi rela Paulus maupun Musa lepaskan demi keselamatan yang lebih banyak, keselamatan bangsa-nya. Itu pula yang dimiliki oleh Tuhan Yesus, Ia rela meninggalkan surga, menjadi rupa sebagai manusia dan taat sampai mati. Ia rela kehilangan nyawa-Nya demi keselamatan manusia yang dikasihi-Nya. Tuhan sedang mencari hati-hati seperti itu. Hati yang lebih mementingkan orang banyak ketimbang kepentingannya sendiri, bahkan kerinduan terbesar-nya, yaitu: namanya sendiri dicatat dalam Kitab Kehidupan, rela mereka tukarkan.

Revivalist terkenal Scotlandia bernama John Knox pernah merintih dan berdoa kepada TUHAN, “Give me Scotland or I die (Beri aku Scotlandia atau aku mati)”. Ia begitu mengasihi bangsanya. Walaupun bangsa-nya penuh dengan kebobrokan dan sakit parah, ia tidak meminta TUHAN menghukum mereka dan bersuka untuk murka TUHAN atasnya, tapi ia datang memberikan hidupnya untuk TUHAN pakai melawat bangsa-nya dan TUHAN sungguh menjawab seru doa-nya. Ia membawa kebangunan rohani besar di Scotlandia. Belum lagi nama-nama John dan Charles Wesley bersaudara untuk Inggris, Calvin untuk Prancis, Luther untuk Jerman, Menno Simons untuk Belanda, William Booth, Jan Hus, dll. Mereka adalah orang-orang yang ‘nyala’ bagi bangsa-nya. Mereka adalah lilin-lilin kecil di tengah kegelapan malam. Mereka mampu menarik kasih karunia Allah bagi bangsa-nya. Dan itulah yang TUHAN rindukan dari kita bagi Indonesia tercinta ini. Mengasihi negeri ini sampai kemuliaan TUHAN sungguh nyata atas Indonesia. Indonesia for Christ. Amin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *