Kristus di dalam-mu (Yohanes 15 : 4 – 7)

Bahan Diskusi (15 menit):

  1. Apa perbedaan ranting kering dengan ranting hidup?
  2. Apa yang membuat ranting dapat tetap hidup dan bertahan di segala musim?
  3. Apa syarat orang percaya untuk berbuah dan berdampak?
  4. Apa yang menunjukkan kualitas ‘isi kedalaman’ seorang percaya?

Renungan Firman (15 menit):

Momen Natal seringkali merupakan momen ‘burnout (pecah rohani) para pengerja atau pelayan Tuhan. Bagaimana tidak? Rentetan kegiatan seremonial Natal dari masa Advent awal dan terus memuncak hingga 25 Desember ini — membuat banyak ‘Marta-Marta rohani’ ternyatakan. Mereka yang awalnya bersemangat melayani, lambat laun mulai kelelahan dan kehabisan tenaga, kehabisan dorongan dari dalam, digantikan oleh tugas (duty) dan tanggungjawab (responsibility), ditambah tingkat stress dan perubahan yang cepat antar satu kegiatan dengan lainnya – akhirnya menjadi bom waktu yang meledak. Lelah, merasa diabaikan, merasa bekerja sendirian, tanpa apresiasi, dsb – perasaan itulah yang akhirnya merasuk dalam kerohanian kita. Ya, ranting yang awalnya blossom (merekah segar) mendadak menguncup dan mulai kehilangan life di dalamnya.

Begitu pula dengan kehidupan kerohanian orang percaya, tidak sedikit yang awalan-nya begitu baik: bercucuran air mata mengaku dosa, berkomitmen menjadi murid Tuhan, aktif persekutuan, menginjil bahkan bersemangat melakukan pelayanan – namun lewat sejangka waktu, begitu mulai datang ujian masalah dan badai pergumulan, ketika kenyataan hidup tidak sesuai dengan yang dipikirkan, ketika Tuhan yang awalnya dirasa begitu dekat dan cepat tanggap menjawab doa mulai dirasa menjauh dan telinga-Nya kurang tajam dan tangan-Nya kurang panjang untuk menolong – ranting yang awalnya sehat dan segar itu perlahan mulai sakit dan ingin merontokkan diri dari pokok-nya.

Yesus berkata, “apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh (Yohanes 3:6). Saat ini masih ada banyak orang Kristen yang melakukan pekerjaan rohani, tapi dengan kekuatan daging-nya. Akhirnya ketika ‘batere’ fisiknya low bat, dia pun segera memasuki mode shutdown – exhausted (kelelahan). Ketika dalam pekerjaan rohani, hanya sisi kedagingan yang ditampilkan, alhasil hanya eforia gegap gempita perayaan, riuh ramai keceriaan yang dinyatakan – ‘daging’ jemaat-nya kenyang dan puas, tapir roh-nya tetap kering dan lapar, tidak ada kekuatan untuk menghadapi hari-hari ke depan. Di gereja ada sorak sorai dan ‘iblis dikalahkan’, tapi di kehidupan sehari-hari ada cucuran air mata ketidakberdayaan dan nyanyian orang-orang yang kalah melawan kehidupan.

Pertanyaan untuk Direnungkan (10 menit):

  1. Ranting mati tanpa hidup tidak dapat berbuah. Apa artinya?
  2. Bagaimana ciri orang yang ‘hidup’ dan Kristus ada dalam-nya?
  3. Apa ciri-ciri pekerjaan yang dilakukan oleh kekuatan roh seseorang dibandingkan dengan oleh kekuatan daging-nya?
  4. Apa arti “Kristus di dalam-mu” bagi pribadi Saudara? Tolong jabarkan!

Kesimpulan (20 menit)

Suatu kali, kehidupan orang Israel sungguh diberkati TUHAN. Allah semesta alam mau hadir di tengah umat-Nya dalam wujud tabut perjanjian yang diperlakukan sedemikian kudus di kemah tabernakel-Nya. Asalkan ada tabut perjanjian bersama mereka, orang Israel dapat begitu percaya diri menghadapi siapapun dan apapun rintangan di depannya. Saat hendak berperang melawan musuh, saat hendak menyeberangi lautan, saat hendak merobohkan tembok Yerikho, dsb – para imam dengan gagahnya mengangkat tabut perjanjian dan berjalan di depan umat-Nya membuat perbedaan dan memberikan kemenangan demi kemenangan. Allah ada di tengah-tengah mereka, Allah tinggal bersama mereka. “Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan Roh-Ku, firman TUHAN semesta alam (Zakharia 4:6)”. Ya, banyak kali Allah menunjukkan bahwa peperangan dimenangkan bukan oleh kekuatan pasukan, senjata dan kuda, bukan pula oleh hikmat dan taktik dari seorang pemimpin hebat tapi oleh ketaatan dan iman percaya kepada-Nya. Allah yang bekerja di dalam kita.

Sebab beginilah Firman Tuhan ALLAH, Yang Mahakudus, Allah Israel, “dengan bertobat dan tinggal diam kamu akan diselamatkan, dalam tinggal tenang dan percaya, terletak kekuatan-mu (Yesaya 30:15)”. Musa tahu benar bahwa kemenangan umat Tuhan ada karena penyertaan-Nya, bukan karena kebijaksanaan-nya ataupun kesanggupan daging-nya, ia dengan rendah hati berkata, “Jika Engkau sendiri tidak membimbing kami, janganlah suruh kami berangkat dari sini. Dari manakah gerangan akan diketahui, bahwa aku telah mendapat kasih karunia di hadapanMu, yakni aku dengan umat-Mu ini? Bukankah karena Engkau berjalan bersama-sama dengan kami sehingga kami, aku dengan umat-Mu ini, dibedakan dari segala bangsa yang ada di bumi ini (keluaran 33:15-16)?” Paulus pun dalam pelayanannya berkata, “baik perkataanku maupun pemberitaanku tidak kusampaikan dengan kata-kata hikmat yang meyakinkan, tetapi dengan keyakinan akan kekuatan Roh, supaya iman kamu jangan bergantung pada hikmat manusia, tetapi pada kekuatan Allah (1 Korintus 2 : 4 – 5)”

Pembeda antara ‘ranting yang sungguh-sungguh menempel’ dengan ‘ranting yang pura-pura nempel’ sungguh sederhana, yaitu: dampak dan durabilitas (ketahanan). Mereka yang menyerap hidup dari Sang Pokok akan dapat berbuah banyak dan berdampak karena ada kehidupan yang terimpartasikan. Sementara mereka yang adalah ‘ranting KW’ tidak pernah akan melahirkan roh kepada siapapun juga karena kekuatannya berasal dari kekuatan daging. Ia adalah dead wood (kayu mati) yang tidak dapat bertunas. Sama halnya juga, mereka yang mengandalkan kekuatan Tuhan, tinggal di dalam Tuhan dan menanti-nantikan TUHAN – mendapat kekuatan baru, mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya, mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah (Yesaya 40 : 31). Angin badai tidak membuat rajawali kendor, justru dimanfaatkan-nya untuk menjadi arus dorong terbang naik semakin tinggi. Ujian dan cobaan hidup tidak membuatnya kendor dan breakout, tapi justru semakin mengalami Kristus di dalam kita, kekuatan dari Allah terus mengalir terpancar keluar dari dalam kita. Ya, Kristus dalam kita adalah Pengharapan akan kemuliaan, Kristus dalam kita adalah kepastian bahwa segala sesuatu adalah mungkin bagi orang percaya. Kristus dalam kita adalah jaminan bahwa Allah ada di pihak kita dan bukan melawan kita. Jika Allah di pihak kita, siapakah lawan kita? Tidak ada. Amin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *