Kristus Pintu Keselamatan (Yohanes 10 : 1 – 10)
Bahan Diskusi (15 menit):
- Apa fungsi “pintu”?
- Apa maksud Yesus meng-analogi-kan diri-Nya dengan sebuah “pintu”? Apa yang dapat kita pelajari dari sebuah “pintu”?
- Apa itu “keselamatan”?
- Bagaimana cara kita mengalami dan menghidupi “keselamatan” itu?
Renungan Firman (10 menit):
Ketika sedang berjalan-jalan di mall bersama keluarga, sang ayah bertanya kepada anaknya, “Nak, di mall ini ada banyak pintu toko yang terbuka dan mengundang kita untuk masuk, seperti Pizza Hut atau Jco, belum lagi ada Gramedia tempat kamu suka beli buku, ada bioskop XXI. Nah, dari sekian banyak pintu di mall ini. Menurut kamu, pintu mana yang paling ingin kamu masuki?” Lantas dijawab cepat oleh sang anak, “Pintu Gamemaster, pa. Aku pengen main Bombom Car sama papa mama”. Sang ayah tersenyum “Papa setuju. Gamemaster memang seru. Tapi sekarang kalo misal terjadi kebakaran atau gempa bumi, pintu mana yang orang akan pilih bahkan sampai berebutan masuk melalui-nya?” “Pasti Pintu Keluar dan Pintu Darurat ya, pa. Waktu kondisi darurat begitu pintu-pintu yang lain jadi ga penting, yang paling penting adalah pintu untuk nyelamatin diri sendiri”
Sesungguhnya percakapan tsb menarik untuk kita bahas lebih lanjut. Ya, adalah benar bahwa kita hidup di tengah dunia yang terus mengemas dirinya sedemikian rupa sehingga ia begitu menarik dan menggoda kita untuk masuk dan terus tinggal di dalamnya (melalui keinginan daging, keinginan mata serta keangkuhan hidup). Kita tanpa sadar pun lantas telah terikat dan terpenjara dalam ‘wahana bermain’-nya. Tapi patut disadari juga bahwa dunia sekarang ini kondisinya sedang tidak baik-baik saja, bahkan ia sedang lenyap dengan keinginan-nya (1 Yohanes 2:17). Akan datang waktunya, saat hari Tuhan, langit akan binasa dalam api dan unsur-unsur dunia akan hancur karena nyalanya (2 Petrus 3:12). Dan jika kita mengetahui kondisi tsb, maka sesungguhnya yang paling kita butuhkan hanya satu ini saja: ‘pintu keselamatan’ – bagaimana kita dapat selamat dari dunia yang sedang tergoncangkan ini – pintu yang membawa kita masuk dalam Kerajaan Allah yang tak tergoncangkan.
Yesus berkata, “masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melalui-nya, karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya (Matius 7 : 13 – 14). Hukum Taurat dan kitab para nabi berlaku sampai kepada jaman Yohanes, dan sejak waktu itu Kerajaan Allah diberitakan dan setiap orang menggagahinya berebut memasukinya (Lukas 16:16)”.
Pertanyaan untuk Direnungkan (10 menit):
- Apa yang ditawarkan oleh ‘pintu keselamatan’ itu?
- Siapa yang memegang keputusan tentang siapa yang boleh masuk dan tidak ke dalam pintu tsb?
- Bagaimana cara Anda ‘mendapatkan’ tiket masuk dalam Kerajaan Allah tsb?
- Apa yang terjadi ketika Anda diperkenankan lewat masuk melalui pintu tsb?
Kesimpulan (25 menit)
Nama Abraham Lincoln, Presiden AS ke-16 sungguh terus tertanam di sanubari bangsa AS, terutama di orang-orang kulit hitam. Mereka memanggilnya “Our Liberator (Pembebas Kami)” dimana pada 01 Januari 1863 ia mendeklarasikan ‘Proklamasi Emansipasi’ yang anti perbudakan. Ia memerintahkan para tentara untuk membantu membebaskan semua budak yang jika ditotal ada sekitar 3 juta orang dan dijamin kebebasannya oleh konstitusi. Dan sejak hari itu, tidak ada lagi seorang pun yang dibenarkan secara hukum untuk memperbudak orang kulit hitam. Jika pada saat ini ada orang kulit hitam yang masih merasa diperbudak atau mau memperbudak diri sendiri, itu pasti karena kebodohannya sendiri, karena ketidaktahuannnya akan identitas diri bahwa dia sesungguhnya sudah merdeka. Ia tidak perlu berjuang lagi untuk kesetaraan, karena adalah sebuah fakta bahwa seseorang telah memperjuangkannya 160 tahun yang lalu. Ia hanya perlu bersyukur dan menikmati kebebasannya tsb. Sadar ataupun tidak sadar, sesungguhnya ia sudah bebas.
Begitu pun halnya dengan kita sebagai orang percaya. Sesungguhnya kita tidak perlu lagi mengusahakan keselamatan diri (sebab memang kita tidak dapat menyelamatkan diri sendiri juga), melainkan kita perlu mencari Pintu Keselamatan tsb dan masuk melalui-nya. Dan jika kita telah masuk melalui-Nya, entah kita merasakan selamat ataupun tidak merasakan – feeling tsb tidaklah penting, yang penting adalah fakta bahwa 2000 tahun yang lalu, seseorang telah mati menebus dosa dan pelanggaran kita oleh darah-Nya yang mahal. Yesus adalah Our Liberator. Adalah sebuah kebodohan diri sendiri jika kita masih mau diintimidasi iblis dan merasa masih terus diperbudak dan tidak mengalami freedom. Ketimbang kita sibuk berjuang mencari kebebasan (yang mana sesungguhnya sudah kita miliki), adalah lebih baik kita berdiri di atas fakta dan mengusir si pembunuh, penipu, dan pembinasa itu dengan perkataan, “hai iblis, dengar. Saya adalah orang merdeka. Bukan karena perjuangan saya, tapi karena Yesus telah memperjuangkan-Nya untuk saya dan saya percaya akan karya keselamatannya. Kamu tidak berhak lagi atas kemerdekaan saya dan saya melawan segala tindakan penjajahan dan intimidasimu. Enyah dalam nama Yesus!”. Ya, sebagai orang Indonesia pun, status kita adalah orang merdeka, suka tidak suka, sadar tidak sadar, kita ini adalah orang merdeka di tanah Indonesia ini sebab pada 17 Agustus 1945 lalu, Sukarno-Hatta telah mendeklarasikannya dan kita berdiri serta merayakan fakta sejarah tsb sebagai kebenaran. Itulah arti keselamatan, arti kemerdekaan.
Yesus adalah pintu keselamatan. Pintu yang membawa kita masuk dalam Kerajaan Allah yang tidak tergoncangkan. Keputusan untuk kita masuk atau tidak-nya bukan karena kita punya sesuatu untuk ditawarkan, tapi karena Dia mau memberikan “ticket pass” tsb pada kita atau tidak. Dan syukur pada Allah, Ia memberikan-nya bagi domba-domba-Nya. Dunia saat ini sedang tergoncangkan dan akan terus tergoncangkan sampai kesudahan-nya. Ya, dunia sedang mengaduh dan sakit bersalin. Sampai kapan pun dunia akan ‘tidak baik-baik saja’. Sesungguhnya ini adalah panggilan untuk mencari emergency exit, pintu Keselamatan. Bodoh jika kita terus mencoba mempertahankan dan mengasihi dunia ini. Semakin dunia bergoncang, semakin kuat tarikan kita untuk segera masuk melalui Pintu Keselamatan, bahkan berebut masuk sampai menyerongnya, mencoba menguasainya. Krisis ekonomi, krisis pangan, perang, wabah penyakit, bencana alam, kesusahan, kesedihan itu bukan cerita baru di dunia yang menua ini. Dan itu hanya membuktikan bahwa kita sesungguhnya memang orang asing dan pendatang – musafir di dunia ini, yang mencari tanah air yang lebih baik, tanah air sorgawi (Ibrani 11:14-16). Ingatlah bahwa kita sudah punya Pintu Keselamatan dan sudah masuk melalui-Nya bahkan sudah ada dalam Kerajaan Allah. Kenapa repot berusaha menjadi nyaman di dunia yang terus bergoncang ini? Yuks, pindah domisili dan setelah pindah, jangan lupa untuk berdiri teguh di dasar iman Kerajaan Allah. TUHAN memberkati. Amin.