Bahan Komsel
Garam dan Terang Dunia (Matius 5 : 13 – 16)
Bahan Diskusi (15 menit):
- Jelaskan apa arti menjadi “garam dan terang dunia”?
- Apa fungsi dari “garam”? Dan apa fungsi dari “terang”?
- Bagaimana supaya dapat menjadi “garam dan terang dunia”?
- Dalam tingkatan seperti apakah garam dapat kehilangan rasa asinnya? Dan terang pun dapat memudar dan kehilangan cahaya-nya?
Renungan Firman (15 menit):
Kata “salary (upah)” berasal dari kata “sal” – bahasa Romawi untuk benda yang kita kenal sekarang sebagai “garam” dimana peradaban kuno dulu mengenal garam sebagai barang komoditi yang sangat berharga, yang bahkan dipakai sebagai satuan upah untuk menggaji para tentara Romawi. Ia begitu bernilai karena memiliki fungsi yang begitu banyak, namun ketersediaan-nya sangat terbatas. Ia adalah bumbu wajib di setiap dapur rumah-rumah. Bahkan saking ramai-nya jalur perdagangan yang melibatkan garam ini, terciptalah “the Salt Route (jalur garam)” yang membentang dari sebuah kota kecil bernama Porta Salaria (daerah penghasil garam) ke seantero Eropa bahkan dunia. Ya, garam itu akhirnya mendunia dan membawa perubahan dalam dunia kulinari dari taste yang awalnya hambar menjadi gurih dan sejak orang mencicipi-nya, ia menjadi tidak tergantikan.
Begitu juga dengan sejarah “The Current War (Perang Arus)” – persaingan epik antara Thomas Alva Edison, George Westinghouse, dan NikolaTesla dalam project ambisiusnya: melistriki seluruh kota-kota di Amerika Serikat. Warga yang tadinya menggunakan pelita atau lilin sebagai sumber penerangan berbondong-bondong beralih kepada lampu pijar dan sontak kota-kota yang awalnya temaram berubah menjadi the cities of lights – kota-kota yang terang benderang. Ya, dari sebuah laboratorium pribadi sederhana, namun pada akhirnya terang itu menyeruak dan ‘dibeli’ oleh semua penduduk dunia karena tidak ada seorang pun yang dapat menolak kebergunaannya – menerangi gelapnya malam, menjadi terang bagi dunia.
Mengacu pada 2 peristiwa di atas, Tuhan Yesus pun berkata “kamu adalah garam dunia (ayat 13)” dan “kamu adalah terang dunia (ayat 14)”. Seperti garam dan terang yang ketika orang telah mengenalnya, ia menjadi sesuatu yang tidak tergantikan dan bahkan orang-orang jadi sangat addicted dan tidak mau kembali ke kondisi sebelumnya (makan masakan hambar) atau (hidup dengan lilin atau pelita) – demikian pula seharusnya kehidupan orang percaya bagi sekelilingnya. Apalah arti garam yang hanya beberapa takar saja dibanding berat masakan secara keseluruhan? Atau juga lampu bohlam 5 Watt dibanding kegelapan pekat Sang Malam? Sesuatu yang tampaknya tidak signifikan, bukan? Tapi justru ia terbukti tidak tergantikan dan sungguh berpengaruh besar bagi sekitarnya.
Pertanyaan untuk Direnungkan (10 menit):
- Manakah yang Yesus katakan “kamu adalah garam dan terang dunia” atau “kamu harus menjadi garam dan terang dunia”?
- Apa perbedaan makna dari kedua pernyataan di atas?
- Apakah posisi kita saat ini, “adalah garam dunia” atau “garam yang sudah hambar”? “adalah terang dunia” atau “pelita di bawah gantang”?
- Adakah saat ini orang-orang di sekitar Anda yang tampaknya tidak signifikan kehadirannya, tapi begitu ia tidak ada, semua jadi mengalami kemunduran?
Kesimpulan (20 menit):
Adalah kodrat burung untuk terbang dan ikan untuk berenang. Tidak perlu mengajari burung untuk terbang atau ikan untuk berenang, mereka pasti akan melakukannya secara alamiah. Sama seperti orang benar akan mengalami ketidak nyamanan dalam berbuat dosa dan orang dosa akan mengalami kesulitan dalam berbuat benar – sesuatu yang bertentangan dengan natur-nya — demikian juga ketika meminta seseorang yang bukan garam atau terang disuruh menjadi garam yang memberi rasa asin atau terang yang bercahaya.
Ibarat seseorang yang berusaha menjadi anak seorang Presiden dimana ia lantas membeli setelan busana yang bagus, belajar manner kepresidenan, dsb. Ia pada dasarnya bukan anak presiden, tapi ia berusaha menjadi salah satunya. Sementara di sisi lain, ada Kaesang Pangarep, yang dengan busana seadanya, berperilaku layaknya orang pada umumnya, dapat dengan lenggang kangkung menembus segala batas protokol Istana bertemu dengan Presiden Joko Widodo, ayahnya. Ia tidak perlu berusaha menjadi anak seorang presiden, sebab ia memang anak seorang presiden.
Kesalahan yang sama seringkali terjadi dalam pemikiran orang percaya. Mereka terus berusaha menjadi garam dan terang dunia – dimana semakin mereka berusaha, semakin mereka kehilangan posisi dan statusnya di hadapan TUHAN. Yesus jelas berkata, “Kamu adalah Garam dunia” “Kamu adalah Terang dunia”, jadi mengapa harus berupaya menjadi garam dan terang dunia lagi seolah-olah kita awalnya bukanlah garam dan terang dunia tsb? Yang jadi persoalan adalah ketika kita yang adalah garam tapi ternyata berasa hambar, yang harusnya adalah terang tapi berlaku gelap. Itu adalah momen dimana kita justru telah kehilangan rasa asin kita – dimana Yesus selanjutnya berkata, “jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang”. Begitu juga dengan terang. Ketika kita tidak berdampak bagi sekeliling, itu bukan berarti kita harus semakin berupaya menjadi terang, tapi justru kita adalah terang yang tertutupi oleh gantang. Bukan berusaha menjadi, tapi mempertahankan apa yang seharusnya memang jadi natur kita, supaya tidak pudar atau redup. Itulah kebenarannya.
Martin Luther King Jr berkata, “darkness cannot drive out darkness: only light can do that. Hate cannot drive out hate, only love can do that (kegelapan tidak dapat menyingkirkan kegelapan, hanya terang yang dapat. Kebencian tidak dapat menyingkirkan kebencian, hanya kasih yang dapat)”. Jadi ketimbang seseorang berjuang melawan kegelapan, adalah lebih baik jika ia menyalakan terang dan kegelapan itu akan sirna dengan sendirinya. Masalah kehidupan ini adalah bukan tentang dunia kita yang gelap dan penuh kejahatan ini, tapi tentang mereka yang seharusnya adalah terang, tapi justru menyembunyikan terang-nya dan menjadi sama dengan kegelapan di sekelilingnya. Dan kapan kah garam itu hambar dan terang itu pudar? Ayat sebelumnya menjawab, “yaitu ketika kita menjadi tidak berbahagia dan tidak bersukacita akibat dicela dan dianiaya serta difitnahkan segala yang jahat karena kebenaran Kristus”. Banyak orang karena ingin menjadi serupa dengan dunia yang gelap dan hambar ini, takut mengalami aniaya dan penolakan dari sekelilingnya karena iman percaya-nya, akhirnya memilih meniup lilin nurani-nya dan menghambarkan diri-nya. Yuks, jadi seperti bintang di langit yang terus bercahaya di tengah kegelapan malam dan jangan jadi dead star (bintang mati). Amin.