Jadilah Murah Hati (Matius 5 : 7)

Bahan Diskusi (15 menit):

  1. Perhatikan posisi tangan Anda dalam hal pemberian. Apakah lebih sering posisi tangan di atas (giver/pemberi) atau tangan di bawah (taker/penerima)?
  2. Kapan terakhir kali Anda memberi untuk orang lain?
  3. Apakah memberi itu merupakan sesuatu yang sulit bagi Anda?
  4. Sebutkan beberapa alasan untuk orang mengurungkan niat dalam hal memberi?

Renungan Firman (15 menit):

Ada terlalu banyak orang yang ingin diberkati, ingin kaya, ingin berkelimpahan namun mengalami kebingungan: mengapa hal baik tsb tidak kunjung datang, tapi justru hal sebaliknya yang terjadi, kehidupan finansial-nya cenderung makin merosot.

Jika kita memperhatikan sifat tanah. Tanah itu jujur, tanpa manipulasi. Jika kita menabur biji jeruk, maka tanah akan menumbuhkan pohon jeruk, bukan pohon pepaya. Jika kita menabur sedikit, maka tanah pun akan memberi kita tuaian sedikit. Jika kita menabur benih yang kualitas-nya jelek, maka tanah pun akan menumbuhkan tanaman dengan kualitas yang jelek pula. Menariknya: kita ini diciptakan TUHAN dari tanah sehingga sifat-sifat tanah tsb pun berlaku atas kita. Artinya: segala sesuatu yang mengikuti kita (kaya/miskin, banyak/sedikit koneksi, disayang/dibenci orang, positif/negatif) semuanya tergantung dari apa yang kita masukkan sebagai input. Jika kita selalu memberi keburukan, kesusahan, kesulitan pada orang lain, maka adalah bodoh untuk mengharapkan kehidupan memberi kita kebaikan, kenikmatan serta kemudahan. Jika kita jarang memberi, wajarlah tuaian kita pun sedikit. Jika kita memberi kepada orang lain barang-barang ala kadarnya bahkan tidak layak, maka jangan pula berharap kehidupan memberi kita hal-hal terbaik.

Inilah konsep berbuah lebat dan matang itu: untuk tanaman bisa berbuah, ia harus terlebih dahulu bertumbuh. Dan untuk tanaman bisa bertumbuh, ia harus terlebih dahulu berakar dan sehat. Tanaman yang sehat dan baik tanpa perlu dipaksa pun, pasti akan berbuah, bahkan berbuah dengan sangat banyak dan melimpah. Tapi jika tanaman tersebut sakit dan kerdil, seberapa pun usaha kita memaksanya untuk berbuah, kita hanya akan mendapat kecewa. Artinya: jika kita ingin berbuah bahkan hingga berkelimpahan tapi tidak mau menata diri agar sehat dan bertumbuh baik (dari sejak akar, batang, daun hingga buah), maka itu adalah sebuah harapan palsu.

Pertanyaan untuk Direnungkan (10 menit):

  1. Perhatikan orang-orang yang usaha atau buah pekerjaan-nya diberkati. Dapatkah Anda menemukan pola kesamaan-nya dalam hal memberi?
  2. Mengapa ada banyak toko, penjual atau pedagang meskipun barang dagangan-nya sama-sama saja, tapi orang lebih senang beli ke sana? Apa alasannya?
  3. Apakah usaha Anda adalah usaha yang memberkati orang lain atau justru mengambil berkat dari orang lain berpindah kepada Anda?
  4. Apa alasan Lewi memutuskan meninggalkan kehidupan lama-nya sebagai pemungut cukai dan menjadi seorang murid Kristus?

Kesimpulan (20 menit):

Seorang pedagang pernah berkata, “produk yang saya jual adalah produk pasaran. Harga pun saya ga kuat bersaing dengan toko yang modalnya besar. Saya sadar bahwa usaha saya sangat bergantung pada kemurahan orang lain – sesuatu yang membuat dia membeli terus ke saya dan bukan ke orang lain. Karena usaha saya sangat mengandalkan kemurahan dari orang lain, maka saya pun harus terlebih dahulu bermurah hati kepada orang lain”. Lagi, seorang pebisnis berkata, “saya ini suka ngumpulin aset properti. Dan anehnya, agen-agen yang banyak itu selalu prioritas-in saya setiap kali mereka nemu properti murah” “Lah, koq bisa?” “Soalnya saya kasih dia fee lebih. Lantas dia pun jadi berpikir: daripada nawarin ke orang lain cuma dapet fee doank bahkan tidak jarang malah diketok, mending saya tawarin ke dia, yang jelas-jelas mau berbagi lebih”.

Lewi, si pemungut cukai – menikmati harta kekayaan yang melimpah dari bisnis “ternak bunga”-nya. Hingga suatu hari, Yesus datang dan perkataan-Nya sungguh mendarat di hatinya. Ia yang awalnya ‘menghisap’ berkat orang lain berubah menjadi pribadi yang melayani bahkan memberi berkat pada sekeliling-nya. Ia yang awalnya tidak disukai orang banyak berubah menjadi orang yang memiliki keluarga dan saudara dimana-mana. Yesus berkata, “sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan karena Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, ibunya atau bapanya, anak-anaknya atau ladangnya, orang itu sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan, dan pada jaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal (Markus 10:29-30). Ya, Lewi memang kehilangan ‘mesin cetak uang’nya, tapi ia mendapatkan 100x lebih banyak: jejaring, rumah, dsb.

Orang Bijaksana pernah berkata, “orang yang memperbanyak harta dengan riba atau bunga uang, mengumpulkan itu untuk orang-orang yang mempunyai belas kasihan kepada orang-orang lemah (Amsal 28:8). Karena kepada orang yang dikenanNya Ia mengaruniakan hikmat, pengetahuan dan kesukaan, tetapi orang berdosa ditugaskanNya untuk menghimpun dan menimbun sesuatu yang kemudian harus diberikan kepada orang yang dikenan Allah. Ini pun kesia-siaan dan usaha menjaring angin (Pengkotbah 2:26). Anda mau kaya? Perhatikan sifat pencaharian Anda. Apakah itu memberkati orang banyak atau merampas berkat dari mereka? Ketika Anda tahu bahwa usaha Anda memberkati orang banyak, percayalah: menjadi berkelimpahan dalam segala hal adalah sebuah kepastian. Hati—hati pula dengan kebenaran ini: seperti ayam hutan yang mengerami yang tidak ditelurkannya, demikianlah orang yang menggaruk kekayaan secara tidak halal, pada pertengahan usianya ia akan kehilangan semuanya, dan pada kesudahan usianya ia terkenal sebagai orang bebal (Yeremia 17:11). Tidak ada shortcut untuk menjadi berbuah lebat. Itu adalah sinergi kesinambungan antara akar yang semakin mendalam, batang yang terus bertumbuh, daun yang terus berproduksi sehingga tanaman tersebut memiliki banyak bekal cadangan makanan untuk generasi berikutnya. Proses tidak akan mengkhianati hasil.

Mari jemaat TUHAN, di tahun 2021 Pemerintahan TUHAN bagi GKMI Bandung ini, kiranya kita pun mengijinkan TUHAN untuk memiliki otonomi penuh atas pengaturan keuangan kita, bukan lagi menggunakan matematika dan logika berhitung kita, tapi matematikaNya TUHAN. Bukan lagi sibuk meminta dan menerima, tapi mulai memberi maka akan diberi. Dan terakhir, jadilah pribadi-pribadi yang murah hati, sebab dalam hidup ini, kita pun sangat memerlukan kemurahan baik dari TUHAN maupun dari sesama kita. Tuhan Yesus memberkati. Amin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *