Penjala Manusia (Markus 1 : 16 – 20)
Bahan Diskusi (15 menit):
- Manakah yang sesungguhnya merupakan natur alamiah manusia: melayani atau dilayani; menjadi serigala bagi sesama-nya atau menjadi domba kurban bagi sesama-nya; makhluk yang menyembah atau makhluk yang disembah?
- Menurut Anda, natur manusia pada jaman akhir ini seperti apa (2 Timotius 3)?
- Menurut Anda, kehidupan Adam dan Hawa di Taman Eden sebelum jatuh dalam dosa itu seperti apa? Pola hubungan antar manusia mereka seperti apa?
- Juga bagaimana pola hubungan mereka dengan Allah? Apakah seperti keadaan kita sekarang? Perlu beribadah, berdoa dan sebagainya?
Renungan Firman (10 menit):
Dalam film animasi “Moana” diceritakan Te Fiti (Mother Earth) yang penuh cinta dan sumber kehidupan berubah menjadi Te Ka (Gunung Berapi) yang penuh amarah dan kekelaman karena ‘hati’-nya dicuri oleh Maui, seorang demigod. Dan sejak itu, perlahan tapi pasti bumi berubah menuju kebinasaan — manusia corrupted, hasil alam mengecewakan, sakit penyakit, kematian dan bencana alam terjadi. Adalah kesukaan Te Ka untuk membawa maut pada manusia sebagai pembalasan terhadap Maui. Hingga muncullah Moana, seorang anak gadis yang terpilih untuk mengembalikan “hati yang hilang”-nya Te Fiti dan memulihkan kembali bumi.
Paralel dengan itu, sesungguhnya pada mulanya Allah menjadikan manusia begitu sempurna dan indah — manusia ilahi, manusia yang segambar dan serupa dengan Allah. Namun Iblis memperdayai-nya sehingga manusia kehilangan ‘hati’-nya, kehilangan kemuliaan Allah. Manusia merosot menjadi ‘daging’, penuh dosa dan kejahatan. Ada natur yang berubah, ada sesuatu yang hilang, dan digantikan dengan natur lain, natur ‘manusia daging’. Manusia menjadi tidak berbeda dengan animal (binatang). Iblis memakai natur daging ‘manusia lama’ untuk mendorong manusia terus berbuat pelanggaran dan semakin meleset (hamartia) dari cetak biru awal yang TUHAN telah rencanakan. Manusia menjadi homo homini lupus (serigala bagi sesama-nya) – Plautus. Bahkan Aristoteles berpendapat bahwa manusia adalah binatang yang berpikir, binatang yang berpolitik, dan binatang yang bermasyarakat (zoon politicon).
Pertanyaan untuk Direnungkan (10 menit):
- Hal-hal apa yang dahulu merupakan natur Adam namun sekarang terhilang dari kita sebagai manusia?
- Bagaimana cara Allah mengerjakan dan memulihkan natur manusia kita?
- Apakah natur manusia baru itu terjadi begitu saja atau harus diusahakan? Siapakah yang mengusahakan-nya?
- Bagaimana cara praktis melihat natur apakah yang sedang bekerja dalam kita?
Kesimpulan (25 menit)
Baru-baru ini terjadi’ tsunami recall’ mobil Daihatsu Luxio dan GranMax karena ditemukan masalah dalam chip komputer mesin-nya. Semua pemilik mobil tipe tsb direkomendasikan untuk membawa mobilnya ke bengkel resmi untuk dilakukan pemograman ulang secara gratis. Chip lama yang corrupted dan defect di-program ulang menjadi seperti awal (factory reset). Luxio dan GranMax yang tadinya sering mengalami RPM tidak stabil, mesin knocking dan kinerja mesin yang tersendat bahkan mati – diprogram ulang menjadi Luxio dan GranMax yang sempurna, seperti settingan awal seharusnya.
Begitu juga dengan manusia. Manusia Adam (termasuk keturunan-nya) yang telah jatuh dipanggil TUHAN untuk masuk dalam pemograman ulang. Manusia lama yang corrupted dan defect dipanggil Allah untuk dijadikan manusia baru, dimana Allah meng-install ulang sosok manusia yang berkenan, Tselem Demuth (gambar dan rupa)-Nya Allah, yaitu manusia Yesus Kristus dalam diri setiap manusia. Natur manusia lama yang pasti berbuat dosa diganti dengan natur manusia baru yang hidup dipimpin Roh Allah. Allah berfirman, “Aku akan memberikan mereka hati yang lain dan roh yang baru di dalam batin mereka, juga Aku akan menjauhkan dari tubuh mereka hati yang keras dan memberikan mereka hati yang taat, supaya mereka hidup menurut segala ketetapan-Ku, dan peraturan-peraturan-Ku dengan setia; maka mereka akan menjadi umat-Ku dan Aku akan menjadi Allah mereka (Yehezkiel 11:19–20).
Dan itu dimulai dari panggilan “Bertobatlah! Sebab Kerajaan Allah sudah dekat (Matius 4:17)” dan “ikutlah Aku (Matius 4:19)”. Peristiwa perubahan dari fishermen (nelayan) menjadi fisher of men (penjala manusia) merupakan tanda konkrit bahwa ada natur yang berubah, yang awalnya sibuk memikirkan bagaimana memenuhi kebutuhan hidup pribadi berubah menjadi pribadi yang hidup dalam agenda-Nya Allah. Yang awalnya mencari ikan sebagai makanan-nya berubah menjadi pribadi yang makanan-nya adalah melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya (Yohanes 4:34) — menjadi agen perubahan, memanggil manusia lain yang belum diselamatkan untuk masuk ‘bengkel Allah’ dan di-program ulang — melayani dan memuridkan manusia lain untuk mereka pun boleh ‘ditangkap’ Allah dan mengalami pemulihan diri yang sesungguhnya, mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya (Efesus 4:24).
Pelayanan Kasih – sebuah tolok ukur untuk membedakan natur seseorang. Kasih adalah karakter Allah, melayani adalah atribut Allah (sama seperti mengampuni juga merupakan ranah ilahi). Manusia daging tidak mungkin bisa mengasihi, melayani (juga mengampuni). Itu adalah natur Allah yang tergarapkan kepada manusia baru. Kasih manusia itu bersyarat, tapi kasih Allah itu tanpa syarat (kasih yang walaupun). Manusia lama itu inginnya dilayani, di-‘wongke’ (di-manusia-kan, dihormati) tapi manusia baru itu natur-nya melayani, me-manusia-kan manusia. Melayani bukan sekedar pencitraan atau demi status dianggap “orang baik”, “orang gereja sesungguhnya”, dll. Melayani bukanlah sebuah tindakan yang dibuat-buat dan diajarkan sampai bisa, dilakukan berulang-ulang sampai menjadi kebiasaan – Nope! Itu adalah sebuah natur baru, sifat ilahi yang termunculkan dalam kehidupan kita sehari-hari, terjadi begitu saja. Mengapa? Karena chipset lama kita telah di-install ulang dengan rupa dan gambar manusia yang berkenan kepada Allah – Yesus Kristus menggarapkan diri-Nya dalam kita.
Kita melayani karena ada Allah yang melayani di dalam kita. Kita mengasihi karena ada Allah yang penuh kasih di dalam kita. Kita menjadi benar dan kudus karena ada Allah yang benar dan kudus dalam kita. Kita dibenarkan dan dikuduskan oleh Dia. Tidak ada dasar untuk kita bisa bermegah di ranah ini. Kita bahkan tidak perlu berusaha menjadi garam dan terang dunia sebab kita adalah garam dan terang dunia itu sendiri. Orang yang berusaha berbuat baik tentu bukan orang baik. Ia adalah orang yang ‘kurang baik’ ingin menjadi ‘baik’. Berbeda dengan orang yang memang natur-nya baik, segala tindak tanduknya tanpa usahapun pasti selalu keluar kebaikan. Manusia adalah makhluk yang menyembah, manusia juga adalah makhluk yang melayani. Jika manusia tidak melakukan itu, sesungguhnya ia akan merasa ada yang kurang dan salah dalam hidupnya. Ketika manusia justru memangsa sesamanya, ia justru sedang menyakiti dirinya. Ketika manusia mengambil kemuliaan dan ingin ditinggikan, itupun ia sedang menipu dirinya — dan dirinya tahu itu. Allah ingin memulihkan kodrat alami manusia dan itu selalu dimulai dari: jadilah penjala manusia, melayani manusia lain seperti Yesus melayani kita. Amin.