Keuntungan yang Besar (1 TImotius 6 : 6 – 10)
Bahan Diskusi (15 menit):
- Jika Anda dapat memilih, manakah yang Anda pilih: berjalan kaki 5 KM ke gereja atau naik mobil ber-AC? Tinggal di rumah sepetak atau di rumah besar? Punya uang berlimpah atau selalu pas-pasan? Traveling ke berbagai tempat wisata atau jualan keliling pasar becek? Anak bersekolah di sekolah terbaik atau seadanya?
- Apa inti dari jawaban Anda tersebut? Setujukah Anda bahwa semua di dunia ini berputar di sekitaran uang. Dan tanpa disadari uang dapat menggantikan posisi TUHAN dan kemanusiaan dalam hidup kita?
- Apakah yang menjadi akar segala kejahatan: ‘uang’ atau ‘cinta akan uang’?
- Pertanyaan tabu: bolehkah seorang hamba TUHAN kaya dan penuh berkat?
Renungan Firman (15 menit):
Seorang pensiunan karyawan perusahaan besar, sudah mapan dan memiliki tabungan lebih dari cukup untuk membiayai anaknya hingga menikah dan menikmati hari tua, namun entah terdorong oleh niatan apa, ia lantas menginvestasikan sebagian besar hartanya pada real estate atau usaha menjanjikan lain, lalu kalah dan nyaris ludes seluruhnya. Apakah itu sebuah kebodohan? Apakah itu sebuah tindakan tidak bertanya terlebih dahulu ke TUHAN? Apakah itu terjadi karena dia serakah?
Lagi, seorang pendeta yang memiliki ketulusan hati melayani jemaat kurang mampu, bahkan rela meninggalkan segalanya demi menjadi hamba TUHAN full timer. Karena pandemi ini, jemaatnya menjadi sangat terdampak dan jangankan mereka memberi persembahan ke gereja, untuk kebutuhan sehari-hari pun sangat sulit. Lantas istri pendeta tsb mulai usaha laundry, namun karena masih belum mencukupi, di sisi pendeta-nya, hatinya mulai bertanya-tanya. Apakah saya perlu berbisnis kembali? Apakah saya perlu menjadi pemasok bahan hasil desa ke industri-industri dan hasilnya dipakai menolong jemaat? Tapi jika ia lakukan itu, ia pun sadar akan stigma “pendeta berbisnis” “pendeta meninggalkan panggilan TUHAN dan balik ke kehidupan lama” “pendeta bukan karena panggilan tapi kebutuhan”.
Atau sebaliknya, ada pula seorang milyuner yang menyumbangkan seluruh hartanya untuk kemanusiaan dan hidup dari sebagian kecil dana deposito yang sudah diperhitungkan cukup untuk memelihara kehidupan sederhananya sampai meninggalnya. Apakah itu sebuah tindakan kebodohan? Atau apakah itu justru sebuah tindakan mulia? Apa yang dapat menggerakkan orang hingga ‘bosan’ memegang harta tsb?
Pertanyaan untuk Direnungkan (10 menit):
- Cuan – istilah yang sedang hype di bisnis online. Menurut Anda “cuan” atau keuntungan apa yang paling besar bagi manusia?
- Pertanyaan Kristen: Bagaimana cara seseorang menjadi kaya yang ‘alkitabiah’?
- Dari 3 contoh kasus di atas (pensiunan, pendeta, pengusaha). Dapatkah Anda secara hitam putih menghakimi setiap karakter tsb? Manakah yang paling benar? Dan manakah yang paling tidak bisa diterima tindakan-nya?
- Apa arti ‘cinta akan uang’? Dapatkah seseorang menjadi kaya tanpa ia mencintai uang? Apa jebakan betmen yang akan mengikuti mereka yang ‘cinta akan uang’?
Kesimpulan (20 menit):
Rasul Paulus berkata, “memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar. Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kita pun tidak dapat membawa apa-apa ke luar. Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah. Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. Karena akan segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka (1 Timotius 6 : 6 – 10). Dengan kata lain: milikilah rasa cukup. Puaskanlah hatimu bukan dengan kekayaan, tapi dengan persekutuan yang indah dengan Sang Sumber. Jangan terkecoh dengan kekayaan, sebab ketika seseorang mengejar kekayaan, ia seringkali melupakan TUHAN dan justru masuk ke dalam jalan penuh kesakitan dan onak duri, untuk kemudian berakhir sebagai pribadi yang menyiksa diri, penuh dengan duka dan penyesalan. Itu bukan jalur menjadi kaya yang ‘alkitabiah’. Uang itu netral, tapi ketika seseorang mencintai uang, rasa cinta akan uang tsb lah yang negatif. Siapa mencintai uang yang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya. Ini pun sia-sia (Pengkotbah 5:10).
Ada satu peristiwa di kitab Raja-raja dimana Ehud mempersembahkan upeti kepada Eglon, raja Moab. Tapi di balik upeti tsb, ia pun mempersiapkan pedang yang tersembunyi di pangkal paha kanannya. Jadi ketika raja begitu bersuka karena menerima upeti tsb, ia menjadi lengah dan di situlah Ehud segera menghunus pedangnya dan membunuh sang raja. Ada pedang di balik upeti. Amsal 10:22 berkata, “The blessing of the LORD, it maketh rich, and he addeth no sorrow with it (Terjemahan bebas: Berkat TUHANlah yang menjadikan kaya, dan Dia tidak menambahkan penderitaan di dalamnya).” Seperti pedang Ehud di balik upeti seringkali ketika si jahat menggoda manusia dengan kekayaan, di belakangnya tersimpan jerat kedukaan dan siksa. Dan itu berbeda dengan kekayaan yang berasal dari TUHAN, itu murni berkat kemurahan dan tidak ada tambahan buruknya. Dan berdoalah untuk kita diberikan keberkatan yang seperti itu.
Jangan bersusah payah untuk menjadi kaya, tinggalkan niatmu ini. Kalau engkau mengamat-amatinya, lenyaplah ia, karena tiba-tiba ia bersayap, lalu terbang ke angkasa seperti rajawali (Amsal 23:4-5). Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah – sebab Ia memberikannya kepada yang dicintaiNya pada waktu tidur (Mazmur 127:2). Musa pun memperingatkan, “Maka janganlah kaukatakan dalam hatimu, kekuasaanku dan kekuatan tangankulah yang membuat aku memperoleh kekayaan ini. Tetapi haruslah engkau ingat kepada TUHAN, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan, dengan maksud meneguhkan perjanjian yang diikrarkanNya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, seperti sekarang ini (Ulangan 8:17-18).
TUHAN tidak memberikan kekayaan seolah-olah jatuh dari langit, tidak, tapi Ia memberikan kekuatan kepada seseorang untuk memperoleh kekayaan. Manusia berusaha, TUHAN yang memberkati segala usahanya. Jadilah orang yang dikasihi TUHAN, orang yang mau membagi roti dan minumnya kepada sekeliling, orang yang melihat uang sebagai sarana dan bukan tujuan akhir, orang yang ‘dingin’ terhadap godaan kekayaan, tidak menjadi OKB (orang kaya baru) atau gamang diberi berkat melimpah (cari istri muda, berfoya-foya, dsb). Jadilah bendahara-Nya TUHAN yang setia sejak perkara kecil hingga terus dapat dipercaya memegang uang jutaan, ratusan juta, bahkan milyaran, yang setia dengan harta orang lain yang dipercayakan kepada kita sebelum TUHAN mempercayakan kita dengan harta kita sendiri. Mintalah kekayaan yang dibungkus oleh berkat TUHAN dan bukan kekayaan jebakan si jahat. Mari kita menjadi jemaat yang diberkati luar biasa, bukan karena kita cinta uang, tapi karena kapasitas kita besar untuk dipercayai TUHAN dengan tanggungjawab yang besar. Kiranya TUHAN merahmati. Amin.