Bahan Komsel 22 – 27 November 2021
Awet ‘Muda’ (Yosua 14 : 10 – 15)
Bahan Diskusi (15 menit):
- Bagaimana Anda menilai kondisi tubuh Anda saat ini? Masih sanggupkah ia membawa Anda sampai jauh ke masa depan?
- Selain fisik yang baik, apa saja yang diperlukan untuk Anda dapat bertahan bahkan menjadi pemenang menghadapi tantangan jaman yang semakin berat di depan?
- Bagaimana Anda memandang kesehatan Anda selama ini: acuh, concern atau … ?
- Berapa umur ‘manusia rohani’ di dalam Anda?
Renungan Firman (15 menit):
Memperhatikan sejarah lampu sungguh amat menarik. Lampu pijar listrik pertama kali dibuat oleh Thomas Alva Edison dengan ‘lama nyala’-nya hanya 40 jam. Namun seiring berkembangnya teknologi, sekarang sebuah lampu LED dapat menyala terus selama hampir 15 tahun (120.000 jam). Begitu pula dengan perkembangan batere ponsel, saat ini teknologi fast charging dan ‘mode hemat batere’ memungkinkan sebuah batere di-charge dalam waktu cepat dengan daya tahan yang semakin lama untuk aplikasi yang semakin berat (bandingkan dengan ponsel keluaran pertama yang membutuhkan waktu semalaman charging untuk dipakai hanya 2-3 jam mode call saja). Juga di dunia makanan, dengan berkembangnya teknologi paska panen, penggunaan bahan pengawet, dsb – suatu makanan yang awalnya sehari sudah basi dapat di-extent menjadi hitungan bulan bahkan tahun untuk shelf life-nya.
Namun, dari ketiga hal tsb (lampu, batere maupun makanan) kita belajar bahwa meskipun umur itu dapat diperlama, tapi tetap setiap produk itu tidak ada yang abadi. Segala sesuatu ada umur-nya, ada masa kadaluarsa-nya, ada masa berhenti berpijar-nya. Cepat atau lambat semua akan memasuki fase ‘death (kematian)’ baik karena rusak, usang ataupun habis terkonsumsi.
Motor tua tahun 1970 yang dahulu gagah dan membanggakan untuk dipakai berkeliling kota, sekarang sudah menjadi barang antik dengan suku cadang yang semakin langka. TV tabung yang dahulu ketika dinyalakan seisi kampung datang ‘nonton bareng’ sekarang untuk membuang-nya pun mesti bayar. Mengapa? Karena ekosistem jaman-nya sudah berubah, iklim tinggal-nya sudah berganti, gaya bertanding-nya sudah bergeser. Ingatlah dahulu, betapa total football-nya Belanda begitu mempesona namun dilibas habis oleh Panzer-nya Jerman, lantas taktik semakin berkembang antara lain: gerendel berlapis-nya (catenaccio) Itali, kick and rush-nya Inggris, tiki taka-nya Spanyol, parkir bus-nya Mourinho dan sekarang entah apa lain. Ya, jaman berubah, ekosistem berganti. Delman dan becak berganti menjadi ojek pangkalan dan angkot, namun sekarang berganti lagi menjadi aplikasi serba online.
Pertanyaan untuk Direnungkan (10 menit):
- Kesulitan kah Anda dengan perubahan jaman yang begitu cepat ini?
- Apakah Anda termasuk orang yang bisa relevan dengan kondisi jaman saat ini meskipun Anda secara umur sesungguhnya merupakan ‘angkatan lama’?
- Apa yang diharapkan dari setiap orang percaya saat ini: menjadi relevan atau menjadi compatible / fit in?
- Apa yang harus selalu ada dalam diri setiap kita mengacu pada teladan Kaleb?
Kesimpulan (20 menit):
‘Nafsu besar, kemampuan kurang’ sebuah sindiran yang artinya: seringkali seseorang memiliki keinginan besar untuk melakukan ini dan itu namun lupa bahwa ia terbatasi oleh umur, terbatasi oleh kekuatan fisiknya. Ya, ia berniat untuk bisa ziarah rohani ke Israel namun untuk berjalan kaki 100 meter saja sudah lelah. Ia juga berniat untuk bisa penginjilan hingga pedalaman, tapi untuk mengangkat ransel 5 kg pun sudah limbung dan itu marak terjadi pada generasi saat ini. Perkembangan jaman justru meningkatkan kenyamanan hidup dimana semua sudah serba mudah dan instan, bahkan untuk berjalan kaki pun sudah tergantikan dengan smartwheel, beres-beres rumah dengan robot vacuum, dsb. Alhasil fisik orang semakin tidak terlatih dan akhirnya menjadi sumber penyakit dan kelemahan tubuh.
Ada tipe-tipe orang yang begitu concern dengan fisik-nya, seperti Cristiano Ronaldo (36 tahun). Saat pemain lain di usia 32 tahun ke atas sudah berada di penghujung karirnya, ia justru menempa dirinya lebih keras lagi, untuk dipakai menemani-nya bertanding beberapa tahun ke depan. Bahkan sebuah penelitian mencatat bahwa umur biologis Ronaldo itu sama seperti pemuda 20-an tahun. Ya, ia terus menjadikan tubuh-nya sebagai ‘mesin’ yang dapat diajak bertanding di level tertinggi dan ambisi untuk selalu menjadi yang terbaik tidak pernah hilang daripada-nya. Ada dorongan ‘dari dalam’ yang terus membuat-nya tetap kompetitif, tetap relevan dengan segala perubahan yang ada. Apapun dan bagaimana pun situasi sekitarnya berubah, ia selalu beradaptasi untuk terus menjadi pemenang.
Menjadi ‘relevan’ berbeda dengan menjadi ‘compatible’. Compatibility hanya dimiliki oleh sekelompok orang tertentu, yaitu mereka yang masih mau belajar untuk menguasai hal-hal baru. Generasi X (baby boomer) umumnya akan kesulitan dengan teknologi gadget apalagi soal internet of things (blockchain, cryptography, dll). Bagi mereka itu adalah ekosistem yang 180o berbeda, itu milik generasi milenial. Tapi ada segelintir mereka yang berupaya untuk fit in (compatible) dengan dunia baru tsb, mereka mempelajari bahkan menjadi advance disana. Sebuah pertanyaan muncul: apakah para senior harus seperti itu? Tidak! Mereka tidak harus compatible, tapi relevan. Relevan berarti meskipun ekosistem berubah, mereka tetap dapat menjalan-kan fungsinya dengan baik. Contohnya: smartphone generasi pertama, yang jika diinstall aplikasi kekinian, pasti hang, tapi jika dipakai untuk telepon, sms, whatsapp, bahkan alarm – mereka tetap dapat berfungsi dengan sangat baik dan terus exist.
YOLD (Young Old), sebutan bagi mereka yang berusia antara 65 – 75 tahun yang masih memiliki karakter anak muda. Mereka menolak untuk dilabeli ‘tidak produktif’ ‘menunggu mati’ ‘rentan terkena penyakit’. Bahkan di Jepang marak perusahaan yang mempekerjakan para manula, mereka terus produktif bahkan kompetitif dengan generasi yang lebih muda. Begitu pula hal-nya dengan kehidupan Kaleb. Meski secara umur, ia sudah memasuki usia senja (85 tahun), tapi sesungguhnya ‘manusia rohani’ di dalam masih produktif dan menyala-nyala melayani Tuhan. Usia bukanlah rintangan untuk seseorang tetap produktif.
Ayo, generasi senior maupun junior, mari mulai jaga pola hidup yang baik dan jangan abai dengan kesehatan tubuh ini. Masih banyak keindahan yang Tuhan ingin bawa kita kesana (traveling, wisata), masih ada pekerjaan Tuhan yang membutuhkan campur tangan kita disana, masih ada musuh yang terus berkeliaran mengganggu iman semua orang. Kita masih punya doa untuk dipanjatkan, tenaga untuk disalurkan, hikmat dan pengalaman untuk dibagikan. Tua atau muda itu hanyalah sebuah definisi. Suatu hari nanti, kita semua akan ‘beristirahat panjang’ menantikan kebangkitan tubuh. Ya, istirahat itu nanti! Sekarang selagi masih diberi nafas kehidupan, janganlah kita isi terlalu banyak dengan ‘istirahat dan santai’. Tuhan masih memerlukan kita untuk terus produktif sampai mentok maksimal. Itu adalah cara kita menghargai kehidupan yang Tuhan beri. Tuhan Yesus memberkati. Amin.