Renungan Minggu, 29 Mei 2022

Galatia 5 : 13 – 15

Turunan dari Hukum Taurat itu sungguh tidak sedikit, yaitu ada 613 bagian dimana mitzvot (perintah) tsb harus dilakukan oleh umat Yahudi tanpa ada yang luput setiap harinya. Tujuan semua ini tentu baik, yaitu untuk menghadirkan umat pilihan Allah yang berbeda dari umat-umat lain. Tapi sayangnya, semua itu dilakukan dengan begitu kaku sehingga hanya menjadi aksi tanpa makna. Kalau kita baca kitab Injil (Matius, Markus, Lukas dan Yohanes) maka kita akan menemukan kritik dari Yesus akan hal ini. Rupa-rupanya kekakuan dalam melaksanakan hal ini terus berlanjut sampai pada zaman para rasul. Inilah yang sepertinya juga ada dalam tulisan rasul Paulus kepada jemaat di Galatia. Ia memberitakan, sama seperti yang Yesus pernah katakan, bahwa semua Hukum Taurat itu terkumpulkan dalam sebuah sikap yaitu mengasihi.

Kasih dalam wujud tindakan kepada semua orang. Itulah kesimpulan dari semua isi Taurat tersebut. Kasih yang menempatkan orang lain sebagai bagian dari diri kita. Kasih yang universal, tanpa melihat perbedaan yang ada namun mewujud dalam rangkulan yang mendalam dan memulihkan. Teladan ini ada juga dalam diri Yesus, yang menerima siapa saja yang datang kepada-Nya. Ia melayani mereka tanpa melihat siapa dan bagaimana mereka itu. Semua dilakukan dalam kasih yang tulus.

Bulan misi akan segera kita tutup. Namun semangat misi tentunya tidak pernah tertutup dalam diri kita orang-orang percaya. Menjadikan semua orang sebagai bagian yang harus dikasihi, kiranya menjadi gaya hidup yang nyata. Memang ada banyak perbedaan dalam kehidupan ini. Beda suku, bahasa, budaya, bahkan kepercayaan. Namun semua itu bukan untuk menghilangkan tindakan kasih. Sebaliknya semua keadaan itu menjadi medan yang baik untuk menaburkan kasih dari Allah. Semua akan bisa terjadi ketika, Yesus, yang menjadi teladan hidup itu menjadi bagian yang melekat pada diri kita.

Pdt. Elfriend P. Sitompul

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *