Aku Bersama-mu (Kisah Para Rasul 4 : 32 – 37)

Bahan Diskusi (15 menit):

  1. Jika Anda memiliki masalah atau pergumulan yang tidak mungkin terselesaikan oleh diri sendiri, adakah seseorang yang Anda tuju untuk berbagi beban, yang Anda tahu bahwa ia juga mempedulikan Anda? Siapakah orang tsb?
  2. Apa yang terjadi jika Anda tidak menemukan orang yang peduli dan mau berbagi hidup dengan Anda? Langkah apakah yang akan Anda tempuh?
  3. Respon apakah yang Anda harapkan dari ‘sahabat’ Anda ketika Anda bercerita bahkan hal tergila dan memalukan sekalipun? Dihakimi, dinasihati, digurui, atau ?
  4. Apa yang Anda rasakan jika ternyata Anda berbagi dengan orang yang salah?

Renungan Firman (10 menit):

Mendikbud Nadiem Makarim pernah berkata, “generasi muda hidup dalam dunia bising”. Ya, dunia ini telah menjadi terlalu bising. Orang-orang senang memberi comment, senang speak up, senang ber-opini. Budaya like, subscribe dan comment sepertinya sudah otomatis dijalankan terhadap segala hal yang dilihat mata. Mereka senang “bunyi”, “pokoknya aku harus berkomentar.” Presiden lebaran di DIY, dikomentari. Menag kasih ucapan Selamat Idul Fitri, dikomentari. Gubernur DKI mengijinkan umat salat id di JIS, dikomentari. Saat ini kita begitu banyak dibanjiri oleh opini dan informasi tanpa filter. Semua ingin berbicara, semua ingin didengar. Lantas pertanyaannya: jika semua ingin didengar, siapakah pendengar-nya?

Tahukah Anda bahwa ketika gelombang Covid terjadi beberapa saat yang lalu, fenomena doomscrolling / doomsurfing (kecenderungan mengakses medsos secara terus menerus, terutama berita negatif) sungguh meningkat? Sebagai kompensasi dari pengalaman negatif yang sedang dialami (pandemi), seseorang butuh sesuatu yang lebih kuat untuk menutupi rasa ketidaknyamanan-nya, maka dilakukan lah doomscrolling untuk mengubah perasaan mereka. Mereka akan terhibur ketika melihat bahwa ada hal-hal yang lebih buruk terjadi di luaran sana. Ternyata yang mereka alami sekarang, jauh lebih baik ketimbang kejadian di tempat lain. Namun doomscrolling memiliki efek negatif bagi kesehatan fisik maupun mental. Mereka akan memiliki kecemasan dan kekuatiran berlebih, mudah marah, sensitif, irritable dan gejala sulit tidur.

Dan jika ada profesi yang laris manis selama masa pandemi (selain nakes, guru privat dan kurir online), maka jawabannya adalah: psikiater, yang salah satu skill utama-nya adalah: kemampuan untuk mendengarkan, tanpa memberi opini, tanpa penghakiman, tanpa menggurui. Dari proses mendengarkan tsb, mereka kemudian dapat menyelami kejiwaan seseorang. menemukan diagnosa yang tepat untuk membantu proses healing-nya.

Pertanyaan untuk Direnungkan (10 menit):

  1. Mengapa kebutuhan akan seseorang yang mau mendengarkan saat ini begitu langka dan mahal?
  2. Apa yang sebenarnya orang-orang saat ini butuhkan? Tidak kah kita dapat melihat bahwa ada banyak tuaian di luar sana yang membutuhkan telinga kita?
  3. Jika selama ini penginjilan berurusan dengan ‘mulut yang berbicara’, talking about Jesus, mengapa tidak coba menjadi ‘telinga yang mendengar setiap teriak mereka meminta tolong dan membutuhkan bantuan’? #Penginjilan Pertemanan
  4. Siapkah Anda menjadi teman bagi sesama? Teman yang dapat berkata, “aku bersama-mu. Kamu tidak sendirian menghadapi masalah-mu. Aku peduli kamu

Kesimpulan (25 menit)

Iman – adalah core value seseorang dalam menjalani hidup. Segala sesuatu terjadi sesuai dengan apa yang dipercayai. Jika menurut seseorang ia lemah, bodoh, miskin, tidak mampu, tidak berarti, dan segala hal negatif lainnya – maka seperti itulah ia, cripple (lumpuh) terhadap kehidupan. Diperlukan sebuah intervensi dari luar, bantuan dari orang yang dapat memahami kondisinya dengan benar untuk menuntun-nya keluar dari pemikiran yang salah kepada iman yang sejati. Pada kenyataannya, memang setiap kita sungguh rentan dan tidak berdaya menghadapi kerasnya kehidupan. Tanpa TUHAN kita pasti keluar rel dan remuk redam dihajar dunia. Tapi syukur pada Allah, Allah intervensi kejatuhan kita. Ia mencari dan menemukan kita, Ia memberikan kuasa kebangkitan-Nya di dalam Kristus Yesus pada kita. God is inside.

Kita memang lemah, tapi karena ada Allah yang kuat di dalam kita, kita menjadi kuat. Kita memang miskin, tapi karena ada Allah yang kaya di dalam kita, kita menjadi berkelimpahan dalam segala hal. Kita memang tidak bernilai, tidak dianggap oleh dunia tapi karena Ia berkata, “kamu berharga, kamu special” maka definisi itu cukup. Dan Allah memberikan wadah untuk para pemenang tsb, sebuah komunitas: komunitas Tubuh Kristus (Gereja). Komunitas yang menjaga core value-nya, yaitu iman. Komunitas yang mengerti siapa dirinya dahulu (orang lemah, miskin, tidak terpandang, dsb), komunitas yang mengalami kuasa kebangkitan Kristus, komunitas yang memakai kuasa tsb untuk menolong mereka-mereka yang mengalami pergumulan dan kekalahan akan kehidupan sama seperti mereka dahulu sebelum kenal Kristus. Komunitas yang tidak menghakimi, komunitas yang tidak menolak keberadaan mereka, melainkan komunitas yang menerima dan melayani mereka. I am with you. Aku adalah rekan seperjalanan-mu dalam kita menjaga iman hingga kesudahan. Kamu milik Tuhan, seperti aku pun milik-Nya. Kita saudara, kita sahabat (Gereja Perdana – Gereja mula-mula – Kisah Para Rasul 4 : 32 – 37).

Dan tokoh yang tepat menggambarkan figur bersahabat ini adalah: Barnabas (anak penghiburan). Ia hadir saat gereja mula-mula terbentuk. Ia aktif membagikan diri dan hidup-nya untuk komunitas. Dan ia menjadi teladan yang benar untuk mengarahkan komunitas-nya tentang kebenaran. Saat Paulus tiba di Yerusalem dan hendak menggabungkan diri dengan jemaat di sana, jemaat justru takut padanya, karena mereka tidak percaya, bahwa Paulus pun seorang murid. Namun Barnabas menerima Paulus dan membawanya kepada rasul-rasul dan menceritakan kepada mereka, bagaimana proses perjumpaan Paulus dengan Tuhan. Ia mampu ‘membalikkan keadaan’ dan memimpin jemaat naik level kepada kebenaran yang Tuhan kehendaki.

Begitu juga ketika Barnabas harus berdebat sengit dengan Paulus mengenai Yohanes yang disebut juga Markus. Paulus tidak ingin membawa serta orang yang telah meninggalkan mereka, tapi Barnabas masih terus memberi kesempatan. Memang akhirnya Paulus dan Barnabas berpisah jalan, tapi dalam bimbingan Barnabas, Markus menjadi pribadi yang dipulihkan dan penting bagi pelayanan-nya terhadap Paulus kelak. Ya, Barnabas selalu mengambil posisi ‘di samping’, saat orang-orang sedang membutuhkan support, ia tampil dan mengisi posisi itu. I am with you.

Saudaraku, di dunia yang bising ini sungguh ada banyak jiwa-jiwa yang sepi dan lelah. Mereka tidak nol terhadap Injil, bahkan mereka kritis, mereka mungkin tahu doktrin Alkitab karena mereka pun mencari the truth. Ya, mereka tidak kekurangan pengajaran, tapi satu yang mereka kurang: menemukan orang-orang yang mempraktekkan pengajaran tsb. Dan penilaian mereka sederhana: apakah aku dihakimi atau aku dijangkau dan dijadikan sahabat oleh orang-orang Kristen ini? Apakah aku inin si kafir atau aku pun anak-anak Allah yang harus dicari dan ditemukan? Tuhan Yesus memberkati.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *