Renungan Minggu, 20 Maret 2022

Yohanes 1 : 35 – 51

Jika kita jeli melihat, maka kita akan menemukan perbedaan kisah pemanggilan murid-murid Yesus. Dalam versi injil Matius, Markus dan Lukas, murid-murid awal (Simon, Andreas dan Yakobus anak Zebedeus) dipanggil dari pekerjaan awal mereka yaitu nelayan dan Yesus yang berinisiatif untuk mengajak mereka menjadi murid-Nya. Namun dalam versi Injil Yohanes tidaklah demikian. Yohanes sang Pembaptis lah yang memperlihat kepada dua orang murid-nya tsb tentang Yesus: “Lihatlah Anak domba Allah!”. Sebutan ini ternyata menggetarkan kedua murid Yohanes yang salah satunya bernama Andreas. Mereka mengikuti Yesus dari belakang dan ingin tahu dimana Yesus tinggal, dan singkat cerita mereka ikut ke rumah.

Kisah pemanggilan Andreas dan seorang lagi (yang tak disebutkan namanya) menjadi kisah yang penuh dengan keintiman. Mereka mendengar dari Yohanes Pembaptis akan siapa Yesus. Namun itu tidak menjadi bagian yang langsung memuaskan dan menjadikan mereka segera mengikut Yesus. Ada rasa yang lebih dalam lagi ingin mengenal Yesus. Dan itu terjadi dalam perjumpaan dalam tempat yang sangat privat yaitu rumah. Patut diduga disana Yesus mengajar dan mejelaskan kepada Andreas dan satu orang lagi itu akan apa yang disampaikan Yohanes Pembaptis guru mereka sebelumnya. “Cling”, tercerahkan, terpenuhkan itulah mungkin yang muncul dalam diri mereka.

Keadaan tercerahkan itu, membuat mereka tidak berdiam, justru dalam injil Yohanes ini khususnya Andreas menjadi penjala manusia dalam hal ini menemukan murid Yesus selanjutnya. Dia bukan lagi memakai istilah dari Yohanes tadi, tapi dengan berani dalam kesadaran penuh berkata kepada saudaranya Simon bahwa: “Kami telah menemukan Mesias (ayat 41)”. Kami telah menemukan, ada unsur yang sangat kuat dari penantian dan pencarian yang selama ini dilakukan dan sekarang sudah tergenapi. Dan itu bergulir dan tidak berhenti sampai kepada murid-murid lainnya. Andreas sepertinya menjadi penginjil pertama yang ada dan itu terjadi karena kedalaman perjumpaan dengan Yesus (di rumah). Bagaimana dengan kita, sudahkah kita ke rumah Yesus juga ketika IA mengajak untuk ke sana, kehatiNya – bagian terdalam untuk mengenalNya dan akhirnya juga memberitakanNya?. Kiranya momen pra Paskah ini menjadikan kita, orang percaya yang bertamu ke rumah DIA, bicara dan berbincang denganNya secara intensif mampu berkata: “aku (sebutkan nama diri kita) telah menemukan Mesias”.

Pdt. Elfriend P. Sitompul

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *