Renungan Minggu, 30 Januari 2022
To God be the Glory (Kepada Allah Segala Kemuliaan)
Galatia 1 : 5
“Ini semua terjadi karena lingkungan yang terus menggoda-ku makanya aku berubah.” Namun pertanyaannya adalah: adakah yang salah dengan lingkungan kehidupan kita sehingga ia dapat membuat arah tujuan hidup kita menjadi kacau balau? Jika kita melihat dengan bening dan jujur, sepertinya tidak ada yang salah dengan lingkungan kita, yang salah adalah respon atau tanggapan kita terhadap lingkungan itu. Bukannya menjadi “garam dan terang” yang adalah panggilan kudus kita, tapi justru kita mengikut arus dan apa yang ada di sana. Tidak ada yang keliru dengan godaan, ia sudah pada tempatnya, yang keliru adalah sikap beriman kita dalam merespon godaan itu. Ikut dan terikut menjadi persoalan yang bisa dijawab dan dijelaskan dengan tepat jika sudah melihat dan merasakan DIA.
‘Ikut dan terikut’ ini juga sedang bergelora dalam jemaat di Galatia. Mereka yang pada awalnya begitu setia pada Injil Kebenaran yang sudah disampaikan dan diterima dari Paulus. Ternyata dengan mudahnya mereka berpaling kepada injil yang belum tentu kebenaran-nya (lihat ayat 6 – 7). Fokus dan arah hidup berubah dan itu terjadi dengan sangat cepat, bahkan hal itu sampai membuat Paulus terheran-heran, tidak menyangka, gumun. Mengapa itu bisa terjadi? Dalam ayat 4 dikatakan: yang telah menyerahkan diri-Nya karena dosa-dosa kita, untuk melepaskan kita dari dunia jahat yang sekarang ini, menurut kehendak Allah dan Bapa kita. Hal itu bukan hanya sekedar kisah, namun bagi Paulus, ia sudah melihat dan merasakan dengan dalam akan segala pengorbanan Tuhan Yesus, yang telah memberikan diri-Nya untuk menebus segala dosa-dosa kita. Kembali ini bukan hanya sekedar kisah sejarah, namun ini juga adalah kisah iman yang mengubahkan sehingga Paulus pun dapat berkata di ayat 5 Bagi-Nyalah kemuliaan selama-lamanya! Amin.
Melihat dan merasakan dengan mendalam akan karya Tuhan yang merasuki seluruh kehidupan membuahkan sikap hidup yang baru. Fokus-nya bukan lagi tertuju kepada dunia dengan segala tawaran-nya, melainkan tentang bagaimana mempersaksikan DIA yang sudah mati demi manusia sepanjang ia tinggal dan diam di dunia ini. Semua hidupnya tanpa kecuali menjadi alat untuk menunjukkan kemuliaan-Nya, dan itu semua dilakukan dengan konsisten dan bertanggung jawab dari sekarang sampai IA memanggil. Dan ini bersifat menetap, tidak dipengaruhi oleh situasi atau lingkungan yang ada. Bagaimana dengan kita? Mudah tergoda dengan lingkungan atau tetap berkata: bagiNyalah kemuliaan selama-lamaNya! Amin.
Pdt. Elfriend P. Sitompul