(Amsal 23:17-18)
Salah satu tujuan hidup manusia yang diidamkan adalah menjadi orang yang sukses, orang yang berhasil dalam segala sesuatu. Maka tidak aneh, bila orang-orang mempersiapkan masa depannya dengan sangat baik. Sukses tidak datang dengan tiba-tiba tetapi merupakan sesuatu yang diupayakan. Proses yang terus menerus.
Meraih masa depan yang baik setidaknya perlu tujuan yang jelas, berproses tidak dengan cengeng, mengelola waktu dengan bijak, menjaga kesehatan, membangun jaringan yang luas dan kuat, terus belajar dan mengembangkan kemampuan diri. Orang yang meraih masa dengan dengan baik adalah para pejuang kehidupan. Mereka tahu akan tujuan dan apa yang harus dilakukan. Kita termasuk salah satu yang berproses terus menerus meraih masa depan lebih, lebih dan lebih baik.
Kesuksesan tidak hanya milik orang Kristen, tetapi adalah milik semua manusia di bumi. Siapapun bisa meraih sukses, tidak peduli agamanya apa. Seringnya yang terjadi adalah ketika orang yang menyebut dirinya sebagai anak Tuhan, dan bergiat melayani Tuhan, melihat orang-orang yang tidak mengenal Tuhan justru jauh lebih sukses. Anak Tuhan ini menjadi iri atas kesuksesan mereka. Bisa juga menimbulkan pertanyaan dalam hati mereka, buat apa menjadi anak Tuhan kalau hidupnya tidak berhasil? Ini bisa membawa mereka larut dalam kekecewaan sebagai anak Tuhan.
Teks kita pada saat ini diambil dari Amsal 23:17-18, yang berkata: “Janganlah hatimu iri kepada orang-orang yang berdosa, tetapi takutlah akan TUHAN senantiasa. Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang.” Setidaknya ada dua hal yang diingatkan penulis Amsal, yaitu: pertama, tidak perlu iri terhadap keberhasilan orang berdosa. Apa yang kita lihat sebagai “sukses” belum tentu demikian, sebab definisi sukses sendiri begitu luas.
Dalam salah satu spekulasi teologisnya yang menawan, Agustinus menyatakan bahwa Tuhan dapat mengajar semua orang secara individu dan langsung melalui malaikat. Masih menurut Agustinus, rencana baik Tuhan adalah agar kita manusia belajar hikmat satu sama lain, karena, katanya, hal itu “membuat jalan bagi kasih, yang mengikat orang-orang bersama dalam ikatan persatuan, (dan) membuat jiwa meluap dan seolah-olah bercampur satu sama lain.” Ketika banyak anak Tuhan “yang dianggap tidak sukses,” mereka bisa sama-sama belajar bahwasanya sukses dari orang-orang berdosa ternyata bukanlah yang diharapkan dan diidamkan sebagai anak Tuhan.
Kedua, kunci sukses menurut penulis Amsal adalah “takutlah akan TUHAN senantiasa.” Inilah hal yang menjadi fokus dan yang harus dikejar oleh anak-anak Tuhan. Benar, bahwa masa depan adalah tentang hari depan kita (baca: masa tua), tetapi kita harus mengerti bahwa jauh setelah masa tua adalah masa kekekalan. Hanya orang yang takut akan Tuhan yang mengerti arti meraih masa depan yang sukses di dalam Tuhan, yaitu bersama dengan-Nya dalam kekekalan. Selagi masih hidup di dunia, melayani Tuhan dan melakukan segala sesuatu seperti untuk Tuhan.
Selamat berfokus dan yakin meraih masa depan.
Tuhan memberkati. Amin
ESS (GKMI Pengharapan)