(Lukas 9 : 22-27)

Jika kita mengasihi Tuhan Yesus, apa sesungguhnya yang kita kasihi dari Tuhan Yesus? Sebuah pertanyaan yang mudah, namun sulit menjawab dan menjabarkannya. Kita semua, saya percaya, mengasihi Tuhan Yesus dengan berbagai macam alasan. Salah satu alasan tersebut adalah karena Ia baik, menebus dan menyelamatkan kita dari dosa. Ia memelihara kita dalam kehidupan sehari-hari. Kita mengasihi Tuhan Yesus karena kita mendapat manfaat dari-Nya. Saya ingin mengajak saudara untuk memikirkan, bagaimana seandainya Yesus tidak memberikan manfaat bagi kita, apakah kita tetap mengasihiNya?

Oleh karena itu penting untuk memikirkan kembali mengapa kita mengasihi Tuhan Yesus. Banyak orang menyatakan bahwa ia mengasihi Tuhan Yesus, namun dalam prakteknya, ia sama sekali tidak menunjukkan sikap dan perbuatan yang mengasihi Tuhan Yesus. Orang yang demikian tidak menjadikan Tuhan Yesus Raja yang bertahta di dalam hatinya. Orang yang mengasihi Tuhan Yesus karena Ia memberikan manfaat tidak ada bedanya dengan kalau kita ‘ngefans’ dengan seseorang atau sesuatu, karena seseorang atau sesuatu itu, memberikan manfaat bagi kita. Manfaat itu bisa berupa rasa nyaman, gembira atau sensasi-sensasi yang nikmat. Namun jika semua rasa nyaman, perasaan gembira dan sensasi nikmat itu tidak ada, maka dengan mudah kita tidak lagi ‘ngefans’ dengan seseorang atau sesuatu itu.

Demikian juga dengan Tuhan Yesus. Sejauh menguntungkan dan memberikan manfaat bagi kita, kita akan mengasihiNya. Namun apabila tidak memberikan manfaat, pelan-pelan kita akan pinggirkan, mungkin sampai mengabaikan dan bahkan meninggalkan Dia dalam hidup kita. Itulah karakteristik seorang penggemar. Ia begitu mudah meninggalkan apa yang digemarinya, jika sudah tidak memberikan manfaat.

Saya percaya kita bukan sekedar menjadi penggemar Tuhan Yesus, melainkan adalah pengikut-Nya. Seorang pengikut Kristus, seperti yang ditulis oleh Markus adalah ia yang siap menyangkal diri, memikul salib dan mengikut Dia (ayat 23). Seorang pengikut Kristus bahkan rela kehilangan nyawa sebagai konsekuensi kepengikutannya kepada Kristus. Itulah yang dinamakan sebagai panggilan kemuridan.

Panggilan kemuridan disampaikan kepada semua orang yang bersedia menyangkal diri dan memikul salib setiap hari. Jika panggilan kemuridan ini dijalankan dengan sungguh-sungguh, niscaya kemuliaan akan diberikan kepadanya. Orang yang menyangkal diri dan memikul salib setiap hari meletakkan pengharapannya didalam tindakan Allah yang membela dan membenarkannya. Kiranya kita semua menjadi pengikut Kristus yang setia menyangkal diri dan memikul salib. Amin

Pdt. Heru Himawan

GKMI Kalirejo – Kudus

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *