(Yunus 1)
Semangat untuk menjadi pengikutnya kadang diawal bisa begitu luar biasa hebatnya (menggebu-gebu), namun seiring dengan perjalanan waktu dengan munculnya berbagai macam kisah yang ada dan bahkan harapan-harapan yang tak terkabulkan bisa menjadikan semangat yang awalnya menggebu-gebu itu menjadi kendor, yang tak jarang juga menjadi sama sekali hilang. Melarikan diri dari panggilanNya menjadi hal yang lebih tampak daripada menyaksikanNya.
Situasi sedemikian rupa tampaknya sedang ada dalam diri Nabi Yunus. Ketika ia diberi perintah untuk pergi ke kota Niniwe, kota besar dengan tujuan untuk “berseru” atau menyampaikan pertobatan bagi isi kota tersebut (1). Yunus bukan melakukannya, malahan sebaliknya, ia melarikan diri. Ia membangkang, mokong, terhadap Tuhan. Ia malah melarikan diri ke Tarsis, jauh dari hadapan Tuhan. Ia menjadikan dirinya buron kepada Tuhan. Kalau kita baca kisah selanjutnya, ini terjadi karena perintah Tuhan itu tidak sesuai dengan keinginannya Yunus, bahwa Tuhan melihat pertobatan kota Niniwe dan itu mengesalkan hatinya Yunus (4:1).
Kadang itulah yang sering menyebabkan kita melarikan diri dari panggilanNya. Apa yang ditetapkannya tidak sesuai dengan keinginan daging kita. Seribu satu macam alasan dan cara bisa kita utarakan dan lakukan untuk menolak. Sebaliknya ketika kita benar-benar sadar siapa diri ini dan siapa pula DIA (Tuhan), maka kepatuhan akan selalu ada dalam diri. TugasNya bukan lagi menjadi beban namun menjadi sukacita untuk dikerjakan dan dilaksanakan sampai paripurna. Mari lakukan panggilanNya dengan setia dan benar sampai akhir hidupmu.
Pdt. Elfriend P. Sitompul