(Mat 6 : 19-24)
Seringkali kita mendengar orang-orang berkata “Ini urusan dunia, ini urusan surga”. Secara tidak langsung manusia-manusia banyak yang bersikap sedemikian, termasuk juga orang-orang yang mengaku sebagai pengikut Kristus. Ada pemisahan antara dunia dan surga (baca: agama/kepercayaan). Masalah dunia maka dihadapi dengan cara dunia, masalah surga dengan cara surga. Apa memang seharusnya sedemikian rupakah? Kalau kita penuh kesungguhan dalam beriman maka sebenarnya tidaklah seperti itu dalam bersikap. Dalam kekristenan yang Yesus ajarkanpun dengan jelas tidak ada pembedaan dalam hal bersikap dan menyikapi apapun yang ada didalam kehidupan ini. Termasuk tentang materi (baca: harta).
Dalam teks bacaan kali ini, yang merupakan bagian dari kotbah dibukit, Yesus dengan jelas memperlihatkan akan hal tersebut. Yesus tidak menjadi pribadi yang mengajarkan akan bahwa materi itu salah, tidak baik. Bila kita memperhatikan pada ayat 19 itu bukan menunjukan bahwa Yesus anti terhadap materi yang mendatangkan kekayaan, tidak demikian. Yang dipersoalkanNya sepertinya adalah sikap tamak yang itu bisa menjadikan manusia menjadi lebih terikat dan diikat dengan materi saja bahkan sikap egois dan tidak adanya lagi kepekaan terhadap situasi, bisa semakin menjadi-jadi. Karena itu yang diperlukan adalah kemurnian hati yang tetap terjaga, yang itu muncul dari kesadaran akan Tuhan yang berkuasa atas hidup (20). Sehingga setiap materi yang didapat dan dimiliki tidak menjadi tuan atas diri namun itu dipakai untuk menunjukkan Sang sumber berkat yang telah memberikan semua itu kepada diri (24).
Jadi sekali lagi menjadi orang percaya tidak berbeda dalam sikap, namun semua dihadapi dan dijalani sesuai dengan kehendakNya, termasuk dalam hal materi. Dengan demikian setiap apa yang ada dalam hidup tidak menjadi pengagungan akan diri sendiri, namun semua yang ada dipakai untuk menjadi kesaksian akan DIA. Memberi menjadi identitas diri umat percaya.
Pdt. Elfriend Sitompul